• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

D. Implikasi

Bagi pelayanan kebidanan diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi tenaga kesehatan khususnya tentang prosedur penatalaksanan pencegahan infeksi.Setelah membuktikan bahwa perilaku bidan dalam pencegahan infeksi dapat mengurangi kesakitan ibu, maka diharapkan para bidan untuk tetap menerapkan penatalaksanaan pencegahan infeksi pada persalinan.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai perilaku bidan dalam Penatalaksanaan Pencegahan Infeksi Saat Pertolongan Persalinan Puskesmas Hamparan Perak Medan Tahun 2015.diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengetahuan bidan dalam Penatalaksanaan Pencegahan Infeksi Saat Pertolongan Persalinan Diwilyah Kerja Puskesmas Hamparan Perak Medan Tahun 2015, mayoritas berpengetahuan baik sebanyak 24 orang (68,6%).

2. Sikap bidan dalam Penatalaksanaan Pencegahan Infeksi Saat Pertolongan Persalinan Diwilyah Kerja Puskesmas Hamparan Perak Medan Tahun 2015, seluruhnyabersikap baik sebanyak 35 orang (100,0%).

3. Tindakan bidan dalam Penatalaksanaan Pencegahan Infeksi Saat Pertolongan Persalinan Diwilayah Kerja Puskesmas Hamparan Perak Medan Tahun 2015, diperoleh hasil seluruhnya mempunyai tindakan baiksebanyak 35 orang (100,0%).

B. Saran

1. Bagi bidan

Untuk bidan agar selalu dapat memberikan pelayanan yang baik yang mengutamakan pelayanan dalam prinsip pencegahan infeksidan tetap mengikuti perkembangan ilmu tentang pencegahan infeksi yang baru karena pengalaman akan lebih baik disertai dengan bertambahnya ilmu pengetahuan.

2. Bagi Peneliti

peneliti di masa yang akan datang jumlah sampelnya lebih banyak dan dapat meneruskan penelitian ini dengan yang lebih spesifik padapencegahan infeksi pada pertolongan persalinan.

3. Bagi Pendidikan

Untuk institusi diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi dan bahan bacaan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku

1. Pengertian Perilaku

Perikalaku adalah suatu kegiatan atau akitivitas organism(makhluk hidup) yang bersangkutan. Skinner (1993) seorang ahli psikologi, mengatakan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dilihat dari bentuk terhadap stimulus perilaku dibedakan menjadi dua :

a. Perilaku tertutup (covert behavior)

Respon seseorang bterhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert).respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus belum dapat diamati secara jelas.

b. Perilaku terbuka (over behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus jelas dalam bentuk tindakan atau praktik (practice),yang dengan mudah diamati.

2. Perilaku Kesehatan

a. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanatance)

Perilaku atau usaha seeorang untuk memelihara kesehatan agar tidak akit dan usaha untuk sembuh bila sakit.

b. Perilaku pencarian dan penggunaan system (healt seeking behavior) c. Perilaku kesehatan lingkungan

Perilaku yang berkaitan dengan upaya untuk mempertahan kan dan meningkatkan kesehatannya.

2) Perilaku sakit (illness behavior)

Mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit,persepsinya terhadap sakit, pengetahjuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit.

3) Perilaku peran sakit (the sick role behavior) a) Tindakan untuk memperoleh kesembuhan

b) Mengenal atau mengetahui penyembuhan penyakit yang layak c) Mengetahui hak (hak memperoleh perawatan)

3. Domain Perilaku

Determinan perilaku dibedakan menjadi dua :

a. Determinan atau faktoe internal yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan seperti missal jenis kelamin, tingkat kecerdasan.

b. Factor eksternal yakini lingkungan, baik lingkungan fisik, social, budaya, ekonomi.

Banyamin bloom (1908) membagi prilaku menjadi tiga domain sesuai dengan tujuan pendidikan :

1) Pengetahuan (knowledge)

Hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif ada enam tingkatan : a) Tahu (know)

b) Memahami (comprehension)

Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasiakn materi terebut dengan benar. c) Aplikasi (application)

Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

d) Analisis (analysis)

Suatu kemampuan untuk mejabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masalah masih dalam suatu stuktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sam lain.

e) Sintesis (synthesis)

Suatau kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f) Evaluasi (evaluation)

Kemampuan untuk melakukan suatu penilaian tergadap suatu materi atau objek.

2) Sikap (attitude)

Merupakan suatu reaksi atau respon tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Tingkatan sikap terdiri dari :

a) Menerima (receiving)

Bahwa subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek.

b) Merespons (responding)

Memberikan apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu tindakan sikap.

c) Menghargai (valuing)

mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

3) Praktik atau tindakan (practice)

a) Respon terpimpin (guided response)

Melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh merupakan indicator praktik tingkat pertama.

b) Mekanisme(mecanisme)

Bila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebijaksanaan.

c) Adopsi (adotion)

Suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. B. Pencegahan Infeksi

1. Tujuan Pencegahan Infeksi Dalam Pelayanan Asuhan Kesehatan

Tindakan pencegahan infeksi (PI) tidak terpisah dari komponen-komponen lain dalam asuhan selama persalinan dari kelahiran bayi.Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan tenaga kesehatan lainnya dengan menguragi infeksi karena bakteri, virus, dan jamur.Dilakukan upaya untuk menurunkan resiko penyakit-penyakit menular berbahaya.

Tindakan-tindakan PI dalam pelayanan asuhan kesehatan : a. Meminimalkan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme.

b. Menurunkan risiko penularan penyakit yang mengancam jiwa seperti hepatitis dan HIV/AIDS.

Dimasa lalu, tujuan utama PI adalah untuk mencegah infeksi adalah mencegah infeksi serius pascabedah. Meskipun infeksi serius pascabedah masih merupakan masalah dibanyak Negara, munculnya HIV/AIDS dan maslah berkelanjutan yang terkait dengan hepatitis telah merubah secara dramatis focus pencegahan infeksi.

Penolong persalinan dapat terpapar hepatitis dan HIV ditempat kerjanya melalui :

a. Percikan darah atau cairan tubuh pada mata, hidung, mulut, atau melalui diskontinuitas permukaan kulit (misalnya luka atau lecet yang kecil).

b. Luka tusuk yang disebabkan oleh jarum yang terkontaminasi atau peralatan tajam lainnya, baik pada saat prosedur dilakukukan atau pada sat proses peralatan.

Memakai sarung tangan, mengenakan perlengkapan perlindungan diri(kaca mata, masker, celemek,dll) dapat melindungi penolong persalinan terhadap percikan yang dapat mengkontaminasi dan menyebarkan penyakit. Waspada dalam menangani benda tajam, melakukan proses dekontaminasi, dan menangani peralatan yang terkontaminasi merupakan cara-cara untuk meminimalkan resiko infeksi. Pencegahan infeksi tersebut tidak hanya bagi ibu dan bayi baru lahir, tapi juga terhadap penolong persalinan dan staf kesehatan.

PI adalah bagian yang essensial dari semua asuhan yang diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir dan harus dilaksanakan secara rutin pada saat menolong persalinan dan kelahiran bayi, saat memberikan asuhan selama kunjungan antenatal atau pasca persalinan/bayi baru lahir atau saat menatalaksanankan penyulit.

2. Defenisi Tindakan Dalam Pencegahan Infeksi a. Asepsis atau tehnik aseptic

Semua usaha yang dilakukan untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh dan berpotensi untuk menimbulkan infeksi. Tehnik aseptic membuat prosedur lebih aman bagi ibu, bayi baru lahir dan penolong persalinan dengan cara menurunkan jumlah atau menghilangkan seluruh (eradikasi) mikroorganisme pada kulit, jaringan dan instrument/peralatan hingga tingkat yang aman.

b. Antisepsis

Mengacu pada pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit atau jaringan tubuh lainnya.

c. Dekontaminasi

Tindakan yang dilakukan untuk memastikan bahwa petugas kesehatan dapat menangani secara aman berbagai benda yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh. Peralatan medis, sarung tangan dan permukaan (misalnya meja periksa) harus segera didekontaminasi segera setelah terpapar darah atau cairan tubuh.

d. Mencuci dan membilas

Tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan hampir semua cemaran darah, cairan tubuh atau benda asing(misalnya debu, kotoran) dari kulit atau instrument/peralatan.

Tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan hampir semua mikroorgaisme penyebab penyakit yang mencemasi benda-benda mati atau instrument.

f. Desinfeksi tingkat tinggi (DTT)

Tindakan yang dilakukan untuk menghilangakan semua mikoorganisme kecuali endospora bakteri dengan cara merebus atau kimiawi.

g. Sterilisasi

Tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme( bakteri, jamur, parasit dan virus) termasuk endospora bakteri pada benda-benda mati atau instrument.

3. Prinsip Pencegahan Infeksi Prinsip-Prinsip Pi

Pi yang efektif didasarkan pada prinsip-prinsip berikut :

a. Setiap orang (ibu, bayi baru lahir, penolong persalinan) harus dianggap dapat menularkan penyakit karena insfeksi dapat bersifat asimtomatik(tanpa gejala).

b. Setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi

c. Permukaan benda sekitar kita, peralatan dan benda-benda lainnya yang akan dan telah bersentuhan dengan permukaan kulit yang tak utuh, lecet selaput mukosa atau darah harus dianggap terkontaminasi hingga setelah digunakan, harus diproses secara benar.

d. Jika tidak ketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya telah diproses dengan benar maka semua itu harus dianggap masih terkontaminasi

e. Risiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total, tapi dapat dikurangi hingga sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan-tindakan PI secara benar dan konsisten.

Jalur penyebaran merupakan jalur yang dapat menyebarkan berbagai kuman mikroorganisme ke berbagai tempat, seperti air, makanan, udara, dan lain-lain.

1) Cara Penularan Mikroorganisme

Proses penyebaran mikroorganisme kedalam tubuh, baik pada manusia maupun hewan dapat melalui berbagai cara, diantaranya :

a) Kontak tubuh

kuman masuk kedalam tubuh melalui proses penyebaran secara langsung maupun tidak langsung, penyebaran secara langsung melalui sentuhan sedangkan tidak lansung dapat melalui benda yang terkontaminasi.

b) Makanan dan minuman

terjadinya penyebaran dapat melalui makanandan minuman yang telah terkontaminasi seperti pada penyakit tifus abdominalis,penyakit infeksi cacing.

c) Serangga

seperti penyebaran kuman pada penyakit malaria oleh plasmodium pada nyamuk anopheles.

d) Udara

proses penyebaran kuman melalui udara dapat dijumpai pada penyebaran penyakit system pernafasan.

2) Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Infeksi a) Sumber penyakit

sumber penyakit dapat mempengaruhi apakah infeksi berjalan cepat atau lambat.

b) Kuman penyebab

kuman penyebab dapat menentukan jumlah mikroorganisme, kemampuan mikroorganisme masuk kedalam tubuh dan virulensinya

c) Cara membebaskan sumber dari kuman

dapat menentukan apakah proses infeksi cepat teratasi atau diperlambat seperti tingkat keasaman (ph), suhu, penyinaran(cahaya) dll.

d) Cara penularan

Cara penularan seperti kontak lansung, melalui makanan atau udara dapat menyebabkan penyebaran kuman kedalam tubuh.

e) Cara masuknya kuman

Daya tahan tubuh yang baik dapat memperlambat proses infeksi atau mempercepat proses penyembuhan. Demikian pula sebaliknya, daya tahan yang buruk dapat memperburuk infeksi.

4. Pencegahan Infeksi Maternal Dan Neonatal

Persalinan bersih dan aman merupakan salah satu pilar safe motherhood.Berarti bebas dari infeksi.Insfeksi dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas merupakan penyebab utama kedua dari kematian ibu dan perinatal.

Menurunkan risiko infeksi maternal dan neonatal selama persalinan dan kelahiran pervaginam :

a. Menggunakan sepasang sarung tangan periksa bersih atau sarung tangan bedah yang didisinfeksi tingkat tinggi yang sudah diproses ulang untuk setiap pemeriksaan.

b. Hindari mendorong ujung jari pemeriksa pada pembukaan serviks sampai persalinan aktif terjadi atau sampai diputuskan untuk melakukan induksi persalinan.

c. Batasi pemeriksaan dalam.

5. Tindakan-Tindakan Pencegahan Infeksi

Ada berbagai praktek PI yang dapat mencegah mikroorganisme berpindah dari satu individu ke individu lainnya(ibu, bayi baru lahir, dan para penolong persalinan) sehingga memutus rantai penyebar penyakit.

Tindakan-tindakan PI termasuk hal-hal berikut : a. Cuci tangan

b. Memakai sarung tangan dan perlengkapan pelindung lainnya c. Menggunakan teknik asepsis dan aseptic

d. Memproses alat bekas pakai

e. Menangani peralatantajam dengan aman

f. Menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan(termasuk pengelolaan sampah secara benar).

1) Cuci tangan

Cuci tangan adalah prosedur yang paling penting dari pencegahan dan penyebaran infeksi yang menyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir.

Cuci tangan harus dilakukan : a) Segera setelah tiba ditempat kerja

b) Sebelum melakukan kontak fisik secara langsung dengan ibu dan bayi baru lahir

c) Setelah kontak fisik langsung dengan ibu atau bayi baru lahir

d) Sebelum memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril

e) Setelah melepaskan sarung tangan (kontaminasi melalui lubang atau robekan sarung tangan).

f) Setelah menyentuh benda yang mungkin terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh lainnya atau setelah menyentuh selaput mukosa (misalnya hidung, mulut, mata, vagina) meskipun saat itu sedang menggunakan sarung tangan.

g) Setelah kekamar mandi h) Sebelum pulang kerja

7 langkah mencuci tangan : 1. Telapak dengan telapak

2. Telapak tangan diatas punggung tangan kiri dan telapak kiri diatas punggung tangan kanan.

3. Telapak dengan telapak dan jari saling terkait.

4. Letakkan punggung jari pada telapak satunya dengan jari saling mengunci 5. Jempol kanan digosok memutar oleh telapak kiri dan sebaliknya.

6. Jari kiri menguncup, gosok memutar kekanan dan kekiri pada telapak tangan kanan dan sebaliknya.

7. Pegang pergelangan tangan kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya, gerakkan memutar.

2) Memakai Sarung Tangan

Pakai sarung tangan sebelum menyentuh sesuatu yang basah (kulit tak utuh, selaput mukosa, darah atau cairan tubuh lainya), peralatan, sarung tangan atau sampah yang terkontaminasi.Jika sarung tangan diperlukan, ganti sarung tangan untuk menangani setiap ibu atau bayi baru lahir untuk menghindari kontaminasi silang atau gunakan sarung tangan yang berbeda untuk situasi yang berbeda pula.

a) Gunakan sarung tangan steril atau disinfeksi tingkat tinggi untuk prosedur apapun yang akan mengakibatkan kontak dengan jaringan dibawah kulit seperti persalinan, penjahitan vagina atau pengambilan darah

b) Gunakan sarung tangan periksa yang bersih untuk menangani darah atau cairan tubuh.

c) Gunakan sarung tangan rumah tangga atau tebal untuk mencuci peralatan, menangani sampah, juga membersihkan darah dan cairan tubuh.

Tabel 1.1 Prosudur tindakan menggunakan sarung tangan

Prosedur/tindakan Perlu sarung tangan Sarung tangan DTT

Sarung tangan steril Memeriksa tekanan darah, temperature tubuh

atau menyuntik

Tidak Tidak Tidak

Menolong persalinan dan kelahiran bayi, menjahit laserasi atau episiotomi

Ya Bisa diterima Dianjurkan

Mengambil contoh darah/pemasangan IV Ya 2 Tidak Tidak

Menghisap lendir dari jalan nafas bayi baru lahir Ya Ya Tidak Memegang dan membersihkan peralatan yang

terkontaminasi

Ya 3 Tidak Tidak

a. Jika sterilisaisi tidak memungkinkan, sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi adalah satu-satunya alternative yang bisa diterima.

b. Dapat gunakan tangan periksa yang bersih

c. Sarung tangan tebal atau sarung tangan rumah tangga dari lateks adalah yang

paling praktis untuk tujuan ini.

Sarung tangan sekali pakai lebih dianjurkan, tapi jika jumlahnya sangat terbatas maka sarung tangan bekas pakai dapat proses ulang dengan dekontaminasi, cuci dan bilas, disinfeksi tingkat tinggi atau sterilisasi. Jika sarung tangan sekali pakai digunakan ulang, jangan diproses lebih dari tiga kali karena mungkin robekan/lubang yang tidak terlihta atau sarung tangan mungkin robek pada saat sedang digunakan.

3) Menggunakan Tehnik Aseptic

Teknik aseptic membuat prosedur menjadi lebih aman bagi ibu, bayi baru lahir dan penolong persalinan. Teknik aseptic meliputi aspek :

a) Penggunaan perlengkapan pelindung pribadi

Perlengkapan pelindung pribadi mencegah petugas terpapar mikroorganisme penyebab infeksi dengan cara menghalangi atau membatasi (kaca mata pelindung, masker wajah, sepatu boot atau sepatu tertutup, celemek) petugas dari percikan cairan tubuh, darah atau cedera selama melaksanakan prosedur klinik. Masker wajah dan celemek plastic sederhana dapat dibuat sesuai dengan kebutuhan atau sumberdaya yang tersedia dimasing-masing daerah jika alat atau perlengkapan sekali pakai tidak tersedia.

b) Antiseptis

Antisepsi adalah tindakan yang dilakukan untuk mencegah infeksi dengan cara membunuh atau mengurangi mikroorganisme pada jaringan tubuh atau kulit. Karena kulit dan selaput mukosa tidak dapat disterilkan maka penggunaanantiseptik akan sangat mengurangi jumlah mikroorganisme yang dapat mengkontaminasi luka terbuka dan menyebabkan infeksi. Cuci tangan secara teratur diantara kontak dengan setiap ibu atau bayi baru lahir, juga membantu untuk menghilangkan sebagian besar mikroorganisme pada kulit.

c) Menjaga tingkat sterilitas atau desinfeksi tingkat tinggi

Istilah antiseptic dan desinfektan kadang-kadang digunakan secara bergantian tetapi antiseptic dan desinfeksi digunakan untuk tujuan yang berbeda.Larutan antiseptic digunakan pada kulit atau jaringan yang tidak mampu menahan konsentrasi bahan aktif yang terlarut dalam larutan desinfeksi.Larutan desinfeksi dipakai juga untuk mendekontaminasi peralatan atau instrument yang digunakan dalam prosedur bedah. Membersihkan permukaan tempat periksa atau meja operasi dengan desinfektan yang sesuai (baik kontaminasi atau tidak) setidaknya sekali sehari, adalah cara yang mudah dan murah untuk mendisinfeksi suatu peralatan yang memiliki permukaan luas (misalnya, meja instrument atau ranjang bedah).

4) Memproses alat bekas pakai :

Tiga proses pokok yang direkomendasikan untuk proses peralatan dan benda-benda lain dalam upaya pencegah infeksi adalah :

a) Dekontaminasi

Langkah penting pertama untuk menangani peralatan, perlengkapan, sarung tangan dan benda-benda lainanya yang terkontaminasi. Untuk perlindungan lebih

jauh, pakai sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga jika akan menangani peralatan bekas pakai atau kotor. Segera setelah digunakan masukkan benda-benda yang terkontaminasi kedalam laritan klorin 0,5 % selama 10 menit pastikan bahwa benda-benda yang terkontaminasi terendam seluruhnya oleh larutan klorin.

b) Cuci dan bilas

Pencucian adalah cara paling efektif untuk menghilangkan sebagian besar mikroorganisme pada peralatan/perlengkapan yang kotor atau sudah digunakan. Baik sterilisasi maupun deinfeksi menjadi kurang efektif tanpa proses pencucian sebelumnya. Sebagian besar (hingga 80%) mikroorganisme yang terdapat dalam darah dan bahan-bahan organic lainnya bisa dihilangkan melalui proses pencucian. Pencucian juga dapat menurunkan endospora bakteri yang menyebabkan tetanus dan gangrene, pencucian ini penting karena residu-residu bahan-bahan organic bisa menjadi tempat kolonisasi mikroorganisme.

Tabel 1.2 Efektifitas Berbagai Proses Eridikasi Mikroorganisme Pada Alat Bekas Pakai Dekontaminasi Pencucian (hanya deterjen) Pencucian ( deterjen dan bilas) DTT Sterilisasi Efektifitas (menghilangk an atau menon-aktifkan mikroorganis me Membunuh virus AIDS dan hepatitis Hingga 50% Hingga 80% 95% 100% Waktu yang diperlukan proses berjalan efektif Rendam selama 10 menit Cuci hingga bersih Cuci hingga terlihat bersih Rebus, kukus, secara kimia 20 menit Kukus : 20-30 menit 106kpa, 121 C panas kering : 60 menit pada suhu 170 C

c) Desinfeksi tingkat tinggi atau sterilisasi

Meskipun sterilisasi adalah cara yang paling efektif untuk membunuh mikroorganisme,tetapi proses sterelisasi tidak selalu memungkinkan dan praktis. DTT adalah satu-satunya alternative dalam situasi tersebut. DTT dapat di lakukan dengan cara merebus,mengukus atau kimiawi. Untuk peralata, perebusan seringkali merupakan metoda DTT yang paling sederhana dan efesien.

Benda-benda steril atau DTT harus disimpan dalam keadaan kering dan bebas debu. Jaga agar bungkusan-bungkusan tetap kering dan utuh sehingga kondisinya tetap terjaga dan dapat digunakan hingga satu minggu setelah proses. Peralatan steril yang dibungkus dalam kantong plastic bersegel, tetap kering dan utuh masih dapat digunakan hingga satu bulan setelah proses. Peralatan dan bahan desinfeksi tingkat tinggi dapat disimpan dalam wadah tertutup yang sudah didesinfeksi tingkat tinggi, masih boleh digunakan dalam kisaran waktu satu minggu asalkan tetap kering dan debu. Jika peralatan-peralatan tersebut tidak digunakan dalam tenggang waktu penyimpanan tersebut maka proses kembali dulu sebelum digunakan kembali.

C. Persalinan

1. Pengertian persalinan

Persalinan adalah peristiwa mulai dari kenceng-kenceng teratur sampai dikeluarkannya produk konsepsi( janin, plasenta, ketuban, dan cairan ketuban) dari uterus kedunia luar melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau dengan kekuatan sendiri (Sumarah, 2010).

2. Alat-alat persalinan Staf 1

1. partuset : a. duk steril b. kasa steril

c. 2 buah arteri klem d. 2 buah hansdcoon e. Gunting episiotomy f. ½ koher

h. Benang tali pusat 2. Monoral

3. Kom obat : 1) Oxitisin 2) Lidokain 3) Ergometrin 4. Spuit 3 cc

5. Kom kapas kering 6. Kapas alkohol

7. Klorin spray/DTT spray 8. Nierbeken

9. Lampu sorot 10.Pita ukur 11.Lap tangan

12.Bak instrument : 1) kasa steril 2) kateter

3) hanscoon Staf 2

1. penghisap lendir

2. hetting set 1) gunting benang 2) nal folder 3) benang kronik 4) handscoon 5) nal hetting 6)tampon

8) nal folder 9) benang kronik 3. piring plasenta

4. kom air klorin dan DTT 5. tempat spuit bekas 6. tempat ampul bekas 7. tensi meter 8. cairan RL Staf 3 1. abocat 2. infuse set 3. celemek 4. waslap 5. plastic merah 6. plastic kuning 7. handuk 8. duk

9. alat tenun perlengkapan ibu dan bayi. 3. Bentuk-Bentuk Persalinan

a. Persalinan spontan

Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri b. Persalinan buatan

c. Persalinan anjuran

Bila kekuatan yang diperlukan untuk perslinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi, yang dapat hidup kedunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain. Focus asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih dan aman serta mencegah terjadinya komplikasi. Persalinan bersih dan aman serta pencegahan komplikasi selama dan pasca persalinan terbukti mampu mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir.

Persalinan yang aman dan bersih merupakan pilar safe motherhood , bersih berarti bebas dari infeksi. Infeksi kehamilan, persalinan dan nifas merupakan penyebab utama kematian ibu dan perinatal.Persalinan terjadi dirumah sakit atau rumah bersalin yang telah menjalankan praktek pencegahan infeki dengan baik.

Dokumen terkait