METODE PENELITIAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Pra Estimas
4.5 Implikasi Kebijakan
Pengeluaran pemerintah Indonesia setiap tahunnya mengalami perubahan. Masing-masing negara memiliki target pertumbuhan ekonomi yang akan dicapai setiap periode, demikian juga dengan negara Indonesia. Hal inilah yang menjadi tujuan dari peningkatan pengeluaran pemerintah setiap tahunnya, yakni mencapai target pertumbuhan ekonomi yang telah ditentukan pada awalnya. Untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi tersebut pemerintah dapat melakukan kebijakan manajemen pengelolaan pengeluaran pemerintah, sehingga pengeluaran pemerintah tersebut terstruktur dan jelas. Seperti halnya dalam Penyusunan RAPBN haruslah optimal, dan pelaksanaan APBN harus sesuai dengan RAPBN tersebut. Pengelolaan pengeluaran pemerintah yang baik juga akan berdampak pada kondisi lingkungan ekonomi yang kodusif. Lingkungan yang kondusif ini secara langsung akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi Indonesia.
Menurut sumber terjadinya inflasi, inflasi dipengaruhi dari sisi permintaan dan sisi penawaran. Dimana inflasi dari sisi permintaan dapat dipengaruhi oleh kebijakan moneter dan kebijakan fiskal contohnya kebijakan defisit atau surplus anggaran. Sedangkan, inflasi dari sisi penawaran terjadi diluar otoritas moneter seperti Tarif Dasar Listrik, harga BBM, dan harga pangan. Implikasi kebijakan untuk meminimalisir dampak dari guncangan inflasi ini yaitu perlu adanya koordinasi yang baik antara kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan kebijakan harga dalam mengendalikan inflasi. Hal ini, dikarenakan bank indonesia hanya dapat mengendalikan inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar dari sektor moneter saja. Oleh karena itu perlu ada kerja sama yang baik dengan pemerintah dalam pengendalian inflasi dari sektor lainnya. Kebijakan menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serta perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan permintaan total. Kebijakan yang berupa pengurangan pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan total. Sehingga, inflasi dapat ditekan.
Ketika terjadi depresiasi nilai tukar maka harga barang impor meningkat. Peningkatan harga barang impor ini dapat menyebabkan peningkatan struktur
biaya ataupun peningkatan pengeluaran pemerintah sehingga mendorong terjadinya kenaikan harga barang domestik. Implikasi kebijakan yang dapat dilakukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah yaitu melalui kebijakan suku bunga dalam operasi pasar terbuka. Ketika suku bunga SBI dinaikkan maka masyarakat akan cenderung menukarkan uangnya dengan surat berharga atau obligasi, karena suku bunga adalah harga uang dimasa depan. Sehingga jumlah uang beredar di masyarakat berkurang. Apabila uang rupiah relatif berkurang dibandingkan mata uang asing, maka nilai rupiah akan cenderung menguat terhadap mata uang asing.
Ekpor bersih yang semakin meningkat akan membawa pengaruh positif terhadap pembangunan ekonomi Indonesia melalui pertumbuhan produk domestik bruto. Untuk itu pemerintah harus menggalakkan kebijakan ekspor berjumlah lebih besar daripada impor, dan kebijakan mencintai produk Indonesia. Tujuan dari kebijakan tersebut adalah perolehan surplus perdagangan luar negeri yang berpengaruh terhadap cadangan devisa Indonesia yang melimpah. Devisa yang dihasilkan dari ekspor merupakan penebus dari impor. Peningkatan cadangan devisa akan meningkatkan pendapatan pemerintah dan memperkecil perluang terjadinya defisit anggaran. Peningkatan cadangan devisa ini juga dapat membantu Indonesia mengatasi masalah utang luar negeri. Akan lebih baik lagi apabila Industri nasional memiliki orientasi ekspor sehingga terjadi perluasan kesempatan kerja atau tingkat penyerapan angkatan kerja mengalami peningkatan. Kondisi tersebut akan menyebabkan neraca pembayaran yang favorable/sehat. Artinya total ekspor lebih besar dibandingkan dengan total impor dan peningkatan cadangan devisa yang diperoleh dari surplus ekspor bukan dari bertambahnya utang luar negeri.
Pertumbuhan ekonomi merupakan perubahan pendapatan nasional. Pertumbuhan ekonomi merupakan bagian pembangunan ekonomi yang bersifat konkret dan nyata. Dalam pandangan permintaan agregat Keynesian, pendapatan nasional dihasilkan lewat konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, ditambah keseimbangan ekspor impor (ekspor bersih). Jadi produk domestik bruto meningkat, jika pelaku ekonomi dalam arus kegiatan ekonomi melakukan aktivitas belanja yang meningkat. Dengan kata lain, terjadi peningkatan belanja
konsumsi oleh konsumen, produsen memperbesar investasinya, belanja negara meningkat dan terjadi peningkatan ekspor bersih. Oleh karena itu, kebijakan ekonomi pemerintah yang diberlakukan adalah kebijakan berfokus pada pertumbuhan ekonomi yang didukung oleh perluasan kesempatan kerja, perkembangan harga dan nilai tukar yang stabil, serta utang luar negeri yang terkendali sehingga tidak terjadi “gali lubang, tutup lubang” dalam APBN.
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Negara Indonesia setiap tahunnya mengalami pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi ini dibarengi dengan peningkatan pengeluaran pemerintah Indonesia setiap tahunnya. Bahkan dalam beberapa tahun Indonesia mengalami tahun-tahun defisit anggaran yakni pengeluaran pemerintah lebih besar daripada penerimaan pemerintah. Berdasarkan hasil penelitian, dalam jangka pendek variabel yang signifikan adalah variabel ekspor bersih dan pertumbuhan ekonomi. Sementara variabel yang signifikan dalam jangka panjang adalah variabel nilai tukar, ekspor bersih, inflasi, pertumbuhan ekonomi. Variabel yang signifikan dalam jangka pendek signifikan juga dalam jangka panjang namun memiliki pengaruh yang berbeda. Hal ini ditandai dengan perbedaan tanda koefisien variabel tersebut. Dalam jangka pendek penerimaan pemerintah Indonesia yang berasal dari penerimaan pajak memiliki hubungan positif, namun tidak signifikan terhadap pengeluaran pemerintah Indonesia.
2. Hasil Impulse Response Function (IRF) menunjukkan bahwa jika suatu guncangan diberikan terhadap variabel ekonomi seperti pertumbuhan PDB (GW), investasi (INV), inflasi (INF), ekspor bersih (NE), penerimaan pajak (TR) dan nilai tukar (ER) akan menyebabkan respon yang fluktuatif terhadap variabel pengeluaran pemerintah (G).
3. Hasil Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel yang memberikan kontribusi besar dalam menjelaskan variabilitas pengeluaran pemerintah adalah nilai tukar, inflasi dan pertumbuhan PDB negara Indonesia. Selain dari variabel nilai tukar, inflasi, dan pertumbuhan ekonomi tersebut hanya memberikan kontribusi yang kecil terhadap variabilitas pengeluaran pemerintah.
OLEH
NENTI SIMBOLON