• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implikasi Model

Dalam dokumen 6 IMPLEMENTASI MODEL 6.1 Verifikasi Model (Halaman 33-37)

Hasil rancangbangun model sistem manajemen ahli perencanaan produksi yang diverifikasi dan divalidasi pada agroindustri karet spesifikasi teknis

memberikan implikasi dari sisi teoritis dan sisi praktis. Pembahasan implikasi hasil perekayasaan secara teoritis berkaitan dengan relevansi dan kesesuaian hasil rekayasa model dengan teori. Implikasi pada sisi praktis berkaitan dengan implementasi dan kegunaan model untuk diaplikasikan sebagai sistem pengambilan keputusan pada agroindustri karet spesifikasi teknis.

6.3.1 Implikasi Teoritis

Implikasi rekayasa model sistem manajemen ahli perencanaan produksi secara teoritis berkaitan dengan MRP II dan proses perencanaan terintegrasi dalam pengelolaan rantai pasok menggunakan kerangka model SCOR. Pada MRP II penyusunan jadual induk produksi merupakan proses yang disusun mengacu kepada perencanaan operasi dan penjualan, serta berdasarkan pada perencanaan strategis perusahaan. Dasar perencanaan produksi pada umumnya adalah hasil prakiraan permintaan berdasarkan permintaan yang diterima periode sebelumnya sebagai dasar penyusunan rencana produksi yang relatif statis.

Pada model Proplan-TSR20 prakiraan permintaan dikembangkan dengan menggabungkan prediksi harga dan volume permintaan di pasar dunia dan selanjutnya diintegrasikan dengan prakiraan ketersediaan bahan baku guna menentukan rencana produksi yang akan datang. Integrasi prakiraan permintaan dan prakiraan pasokan bahan baku mengkonfirmasi pernyataan Tang (2006), tentang konsep consumer produser driver sebagai upaya untuk mengurangi resiko dalam pengelolaan rantai pasok agroindustri. Selain itu model telah mengakomodir pernyataan Nakano (2009) tentang kolaborasi dalam prakiraan pada perencanaan produksi sebagai salah satu prinsip pengelolaan rantai pasok.

Pemilihan metode yang menggunakan teknik kecerdasan buatan jaringan syaraf tiruan dalam melakukan prakiraan merupakan teknik yang lebih tepat dalam karena kemampuan mengenali pola data dalam rentang waktu yang lebih panjang. Arsitektur jaringan syaraf tiruan yang mengkombinasikan neuron dengan parameter berbeda pada model prakiraan harga dan permintaan, menjadikan model dapat mengenali pola yang terbentuk dari interaksi kedua parameter secara bersama-sama, sehingga menghasilkan prakiraan permintaan yang lebih dinamis. Integrasi dan dinamis juga diakomodir dalam pengembangan sistem pakar guna

penyusunan rencana produksi menggunakan pendekatan fuzzy inference system

(FIS). Metode FIS merepresentasikan proses pengambilan keputusan oleh pakar

ketika menemui kondisi tertentu yang mengandung unsur ketidaktepatan (unprecissed) dan keraguan (ambiguities). Berdasarkan sejumlah input data yang bersifat fuzzy dan aturan yang tersedia yang disusun, melalui akuisisi pengetahuan pakar, maka pengambil keputusan dapat mengambil keputusan atau tindakan yang sesuai sebagaimana yang dilakukan pakar (Siler, 2005).

Sebagai bentuk pengembangan metode perencanaan produksi yang lebih komprehensif, hasil rencana produksi divalidasi dengan ketersediaan kapasitas, sesuai dengan teori yang dikembangkan pada teknik MRP II. Perbandingan antara kapasitas yang tersedia dan kapasitas yang diperlukan menjadi dasar untuk melakukan beberapa alternatif tindakan penyesuaian baik pada sisi pengadaan bahan baku, rencana produksi dan kapasitas produksi.

Model pengukuran kinerja rantai pasok sebagai proses penentuan tingkat kemajuan untuk mencapai tujuan perlu dilakukan secara spesifik dan terukur. Kinerja dapat dibedakan atas kinerja yang berkaitan dengan aspek ekonomi seperti biaya dan aspek opereasional seperti kinerja teknis (Grunberg, 2004; Tonchia dan Toni, 2001). Pengukuran kinerja teknis pada penelitian ini adalah performansi penyusunan rencana produksi dalam mengakomodir dinamika pasokan, permintaan dan kapasitas produksi. Perhitungan dilakukan dengan membandingkan antara rencana produksi dengan realisasi produksi dengan membandingkan variansi nilai keduanya menggunakan metode perhitungan pengukuran bullwhip effect. Nilai kinerja ini berkaitan dengan metrik ukuran yang berasosiasi pada atribut pengukuran kinerja dari SCOR yang berhubungan dengan metrik; 1) realibility yang berkaitan dengan keandalan dalam pemenuhan pesanan, 2) responsiveness yang terkait dengan kecepatan waktu respon dalam pemenuhan pesanan dan 3) flexibility yang berhubungan dengan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan.

6.3.2 Implikasi Manajerial

Penerapan model sistem manajemen ahli perencanaan produksi hasil rekayasa penelitian ini secara khusus dapat digunakan untuk menyusun rencana

produksi karet alam SIR 20 pada agroindustri penghasil karet spesifikasi teknis. Implementasi model pada agroindustri memungkinkan manajemen untuk melakukan penyesuaian terhadap rencana produksi yang telah disusun. Fasilitas yang tersedia pada model untuk melakukan prediksi atas harga dan volume permintaan menjadi input bagi manajemen untuk mengelola perencanaan permintaan sebagai bagian dari kegiatan updating dalam demand management. Aplikasi model pada agoindustri karet spesifikasi teknis harus didasari keinginan pihak manajemen untuk menerapkan pendekatan perencanaan pengendalian produksi dengan memperhatikan keterkaitannya dengan mata rantai lainnya. Perencanaan produksi dalam konteks manajemen rantai pasok adalah upaya setiap pelaku (mata rantai) pasok secara bersama-sama dari hulu ke hilir menghasilkan dan mengantarkan produk kepada konsumen akhir sehingga meningkatkan service level dan memberikan nilai optimal melalui penurunan biaya (Levi et,al.2002 )

Implikasi manajerial berkaitan dengan validasi di lapangan menunjukkan bahwa agroindustri karet spesifikasi teknis berada dalam kondisi kekurangan bahan baku, sehingga kapasitas yang tersedia masih belum digunakan. Terkait dengan kondisi ini diusulkan beberapa upaya untuk mengoptimalkan kinerja yang dikelompokkan menjadi; 1) upaya yang berkaitan dengan penyesuaian strategi produksi dalam lingkup perencanaan dan pengendalian produksi dan 2) upaya berkaitan dengan pengadaan bahan baku.

Alternatif upaya berkaitan dengan penyesuaian lingkup perencanaan pengendalian produksi yang dapat dikendalikan secara internal adalah :

1. Penyusunan rencana produksi secara agregat untuk setiap jenis produk dengan mempertimbangkan arah dan dinamika permintaan pasar dunia.

2. Mengalihkan sebagian bahan baku berupa lateks yang berasal dari kebun sendiri menjadi koagulum untuk menghasilkan produk karet yang memiliki kenaikan dalam volume permintaan dan harga dalam rentang stabil dan mengalami kenaikan . Pada jenis SIR 20 meskipun harga per unit SIR 20 lebih murah dibanding dengan jenis high grade atau produk berbasis lateks, volume permintaan yang besar merupakan faktor kali untuk menghasilkan keuntungan yang lebih besar.

3. Melakukan kolaborasi dalam penyusunan rencana produksi melalui

information sharing antar mata rantai di sisi hulu dan sisi hilir.

Implikasi manajerial yang berkaitan dengan pengadaan bahan baku dan terkait dengan pihak eksternal diantaranya :

1. Meningkatkan penyerapan bahan olah karet dari kebun rakyat melalui mekanisme supply contract yang saling menguntungkan. Posisi tawar yang bersifat win-win solution antara petani dan agroindustri diharapkan mampu memperpendek jalur distribusi yang menjadi penghalang akses secara langsung antara petani dengan agroindustri.

2. Perlu suatu kelembagaan untuk mengkordinasi dan melakukan fungsi antara mata rantai pasok sehingga dapat ditingkatkan produktifitas dalam menghasilkan karet spesifikasi teknis, serta meningkatkan produksi koagulum dari petani. Beberapa bentuk kelembagaan tersebut adalah konsep inti plasma dan kemungkinan melakukan koordinasi vertikal.

3. Perlu upaya pemanfaatan lahan perkebunan karet dan peningkatan produktivitas kebun lebih optimal, sehingga kapasitas terpasang pabrik pada agroindustri dapat ditingkatkan utilisasinya.

Dalam dokumen 6 IMPLEMENTASI MODEL 6.1 Verifikasi Model (Halaman 33-37)

Dokumen terkait