• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Implikasi dalam Pembelajaran Sastra di SMA

3. Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA

Adapun implikasinya terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesai di sekolah adalah siswa dapat mempelajari kebudayaan Tionghoa melalui novel Dimsum Terakhir ini dan diharapkan siswa tumbuh jiwa saling menghargai terhadap sesama dan tumbuh pula sikap anti diskriminasi dalam diri siswa.

B. Saran

Ada beberapa saran yang ditujukan kepada pembaca dan peneliti lainnya yang ingin meneliti kebudayaann Tionghoa, saran itu antara lain sebagai berikut.

1. Novel Dimsum Terakhir dapat dipilih sebagai alternatif dalam mengajarkan pelajaran sastra di sekolah karena konten kebudayaan Tionghoa sarat terdapat dalam novel ini. Jika dikaitkan dengan silabus mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMA, novel Dimsum Terakhir cocok diberikan untuk siswa kelas XI SMA. Silabus Bahasa Indonesia di SMA kelas XI berisi standar kompetensi berupa memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan. Standar kompetensi tersebut berisi kompetensi dasar yang relevan dengan penelitian ini, yakni menjelaskan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan.

2. Bagi peneliti yang ingin meneliti kebudayaan ataupun konflik etnis Tionghoa diharapkan mampu menganalisis kebudayaan dengan perasangka yang baik dan tidak memihak atau mampu bersikap netral. Kenentralan sangat penting dalam meneliti, agar kita sebagai peneliti mengedepankan kejujuran bukan hanya impresi-imperesi pribadi yang tidak mendasar.

129

Damono, Sapardi Djoko. Sosiologi Sastra. Ciputat: Editum, 2009.

Danandjaja, James. Folklor Tionghoa: Sebagai Terapi Penyembuh Amnesia terhadap Suku Bangsa Tionghoa. Jakarta. Grafiti, 2007.

Endraswara, Suwardi. Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta. CAPS, 2013.

Endraswara, Suwardi. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan: Ideologi, Epistemologi, dan Aplikasi. Tangerang: Pustaka Widyatama, 2006.

Endraswara, Suwardi. Teori Pengkajian Sosiologi Sastra. Yogyakarta: UNYpress, 2012.

Escarpit, Robert. Sosiologi Sastra. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005. Fairservis, Walter A, Jr. Asal-usul Peradaban Orang-orang Jawa dan Tionghoa.

Surabaya. Selasar Publishing, 2009.

Faruk. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.

Hermawan, Sainul. Tionghoa Dalam Sastra Indonesia. Yogyakarta: IRCiSold, 2005.

Iskandarwassid, Dadang suhndar. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Rosda. 2011.

Keraf, Gorrys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia, 2008.

Koentjaraningrat. Bunga Rampai: Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta.Gramedia, 2008.

Lilian Too. Penerapan Feng Shui Pa kua dan Lo Shu. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2002.

Meij, Lim Sing, Ruang Sosial Baru Perempuan Tionghoa: Sebuah Kajian Pascakolonial. Jakarta: Yayasan Obor, 2009.

Ng, Clara. Dimsum Terakhir. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2006. Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada

UniversityPress, 2005.

Philip Cheong& S. L. Ang. Ajaran Leluhur Tabu-Tabu China: Kumpulan Tabu & Kepercayaan. Jakarta: Yayasan Karaniya, 2010.

Prasetyadji. Semangat Perjuangan Peranakan Idealis: Merintis jalan menuju kesetaraan dan penyesuaian kewarganegaraan etnis Tionghoa sejak tahun 1945. Jakarta. Forum Komunikasi Kesatuan Bangsa, 2011.

Prasetyo, Joko Tri. Tanya Jawab Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Rineka Cipta, 2000.

Rahmanto, B. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. 1992. Rampan, Korrie Layun. Aresiasi Cerpen Indonesia Mutakhir. Jakarta: bukupop,

2009.

Ratna, Nyoman Kutha. Teori, Metode, dan Penelitian Sastra: Dari Strukturalisme Hingga Poststrukturalisme Perspektif Wacana Naratif. Yogyakarta. Pustaka Pelajar, 2007.

Rosyidi, M. Ikhwan dkk. Analisis Teks Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.

Santosa, Iwan. Peranakan Tionghoa di Nusantara: Catatan Perjalanan dari Barat

ke Timur. Jakarta: Kompas, 2012.

Setiono, Benny G. Tionghoa Dalam Pusaran Politik. Jakarta: Transmedia, 2008. Suryadinata, Leo. Pemikiran Politik Etnis Tionghoa Indonesia 1900-2002.

Jakarta. LP3ES, 2005.

Suryadinata, Leo. Dilema Minoritas Tionghoa. Jakarta: Grafiti, 1984.

Suryadinata, Leo. Etnis Tionghoa dan Nasionalisme Indonesia: Sebuah Bunga Rampai 1965-2008. Jakarta. Kompas, 2010.

Tan, Mely G. Etnis Tionghoa di Indonesia: Kumpulan Tulisan. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia, 2008.

Thung Jul an & I. wibowo. Setelah Air Mata Kering: Masyarakat Tionghoa Pasca Peristiwa Mei 1998. Jakarta. Kompas, 2010.

Tregear, Mary. Chinese Art. Slovenia. Mladinska Knjiga 1995.

Wellek, Rene & Austin Warren. Teori Kesustraan: Diindonesiakan oleh Melani Budianta. Jakarta: PT Gramedia, 1989.

Widagdho, Djoko. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Wiranata, I Gede A. B. Antropologi Budaya. Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2011.

Yusuf, Tedy. Sekilas Budaya Tionghoa di Indonesia (ebook). Jakarta: Buana Ilmu. 2000.

Lampiran 1

A. Sinopsis

Dimsum Terakhir berkisah tentang empat orang gadis kembar keturunan Cina anak dari pasangan Nung Atasana dan Anas. Mereka ialah Siska, Indah, Rosi, dan Novera. Siska anak yang paling pertama lahir, diikuti oleh Indah, Rosi, dan terakhir Novera. Mereka hidup terpisah-pisah ketika dewasa sesuai dengan pekerjaan mereka masing-masing. Siska tinggal di Singapura ia bos dari sebuah perusahaan di sana. Indah tinggal di Jakarta, ia bekerja sebagai wartawan. Rosi tinggal di Puncak, ia seorang petani mawar. Novera tinggal di Jogja, ia bekerja sebagai guru TK.

Suatu ketika mereka berempat mendapat kabar bahwa ayah mereka, Nung Atasana, kena stroke, hal ini memaksa mereka untuk berkumpul kembali untuk merawat ayah mereka yang tinggal di kawasan Kota. Ibu mereka sudah meninggal sehingga Nung tinggal sendirian di rumah. Akan tetapi sebagian dari mereka merasa keberatan jika harus tinggal di Jakarta karena pekerjaan mereka yang tidak bisa ditinggal begitu saja. Indah yang tinggal di Jakarta berinisiatif untuk mengumpulkan mereka berempat untuk tinggal di rumah masa kecil mereka. Ide ini awalnya ditolak oleh Siska, Rosi, juga Novera. Mereka beralasan tidak bisa meninggalkan pekerjaan mereka. Akan tetapi Indah meyakinkan bahwa berkumpulnya mereka kembali demi ayah mereka.

Mereka akhirnya berkumpul kembali dalam satu rumah. Siska meninggalkan perusahaannya. Rosi meninggalkan mawar-mawarnya, dan Novera meninggalkan murid-muridnya untuk sementara sampai waktu yang tidak ditentukan. Kehidupan baru mereka dimulai. Satu persatu kehidupan pribadi mereka terbongkar. Siska tersangkut masalah dengan kliennya di Hongkong. Ia dituduh melakukan pelacehan seksual oleh Michael kliennya. Bermula dari Siska yang melanggar sumpahnya sendiri untuk tidak tidur dengan kliennya, Siska tidur dengan Michael yang notabene adalah kliennya. Hal ini memunculkan masalah buat Siska di hari-hari berikutnya. Siska dilaporkan Michael atas tuduhan pelecehan seksual. Michael dengan licik memanfaatkan momentum perusahaan

Siska yang tengah ditimpa masalah untuk mengambilkan keuntungan dari kasusnya. Tidak tanggung-tanggung Michael menuntut 200 juta dollar Singapura kepada Siska.

Indah terlibat masalah percintaan dengan seorang pastor. Cinta terlarang ini membuahkan janin di tubuh Indah. Indah dalam pilihan sulit untuk memperthankan atau mengugurkan janinnya mengingat ayah dari anak yang dikandung Indah adalah seorang pastor yang tidak mnungkin bertanggung jawab dengan menikahi Indah.

Rosi sejak kecil memiliki perbedaan dengan saudari-saudarinya. Ia tidak menyukai segala sesuatu yang identik dengan perempuan. Ia tidak suka pakai bra dan rok. Ia lebih suka pakai celana dan kaos. Sifatnya seperti lelaki. Ketika beranjak remaja orientasi seksnya berubah haluan. Rosi tidak menyukai laki-laki, ia menyukai perempuan. Dirinya makin tertekan dengan kenyataan ini. Rosi merasa berada pada tubuh yang salah. Dia seharusnya bukan seorang perempuan melainkan laki-laki. Pada saa-saat kritis inilah muncul sosok Roni dalam tubuhnya. Roni mengambil alih tubuh dan pikiran Rosi.

Novera bayi yang paling terakhir lahir dan bayi yang paling lemah. Ia tumbuh dengan lambat. Ia gadis yang lembut dan penyayang. Musibah menghampirinya ketika beranjak dewasa. Ia harus merelakan rahimnya diangkat karena kista ganas yang bersarang di rahimnya. Kehidupan Novera makin melambat. Ia ditinggalkan begitu saja oleh kekasihnya, Ia kehilangan kepercayaan dirinya. Novera mencoba berlari menghindari kehidupan dengan jalan menjadi biarawati. Namun, keputusan tersebut ditentang keras oleh saudari-saudarinya. Berkumpulnya mereka kembali dalam rumah membuat kehidupan pribadi mereka perlahan-lahan terkuak. Rahasia yang mereka pendam dalam-dalam satu persatu muncul ke pemukaan. Ayah mereka pun mulai menyadari adanya sesuatu yang janggal. Sebelum meninggal ia ingin melihat anak-anaknya berkeluarga. Akan tetapi, hal ini sangat sulit dikabulkan oleh keempat anaknya. Pernikahan bagi mereka berempat rasanya sulit untuk terwujud.