• Tidak ada hasil yang ditemukan

Imunogenesitas “Kandidat Vaksin” (Antibodi Anti idiotipe)

Imunoglobulin G kelinci (Antibodi anti-idiotipe/Ab2) yang diperoleh dari serum kelinci kemudian diimunisasikan ke ayam SPF (uji imunogenesitas). Uji imunogenesitas dilakukan dengan membandingkan kelompok kandidat vaksin antibodi anti-idiotipe dengan kelompok kontrol, kelompok IgG kelinci kontrol, dan kelompok vaksin AI H5N1. Antibodi anti-idiotipe (Ab2) sebagai antigen diemulsikan dalam adjuvan yang bertujuan untuk meningkatkan respon imun ayam. Emulsi antigen dengan CFA dan IFA dapat sebagai depot antigen sehingga pembentukkan antibodi akan berlangsung terus.

Pengujian imunogenesitas dilakukan untuk mengetahui sifat imunogenik antibodi anti-idiotipe dari IgG kelinci terhadap ayam sebagai hewan target. Metode ini merupakan uji potensi vaksin AI yang mengacu pada Farmakope Obat Hewan Indonesia (FOHI) (Ditjennak 2007). Vaksin AI H5N1 sebagai pembanding adalah vaksin dengan strain yang sama dengan Ab2. Serum ayam dikoleksi sampai 4 minggu dengan interval 1 minggu.

Paratop pada Ab2 adalah idiotop Ab1. Idiotop pada Ab2 menimbulkan pembentukkan Ab3 (Kennedy & Attanasio 1990). Antibodi yang diperoleh dari serum ayam merupakan antibodi anti anti-idiotipe (Ab3), selanjutnya dilakukan uji HI untuk mengetahui titer antibodinya dan uji serum netralisasi untuk mengetahui titer antibodi secara in vitro.

. Untuk mengetahui reaksi spesifik antara Ab3 dan antigen AI H5N1 serta reaksi antara Ab2 dan Ab3 dilakukan pengujian dengan uji AGP. Adanya garis presipitasi pada Gambar 18 mengambarkan adanya reaksi homolog antara Ab3 dan antigen AI H5N1 dan terbentuknya garis presipitasi (Gambar 19) menggambarkan adanta reaksi homolog antara Ab2 dan Ab3.

Reaksi spesifik antara Ab3 dan antigen AI H5N1 menunjukkan bahwa pada serum ayam telah terbentuk antibodi yang sama dengan Ab1 dan mampu berikatan secara spesifik dengan antigen AI H5N1. Antibodi anti-idiotipe mengandung internal image

atau merupakan mimikri dari antigen AI H5N1 yang dapat menginduksi Ab3 spesifik terhadap antigen aslinya. Kemampuan meniru struktur antigen aslinya merupakan landasan penggunaan antibodi anti-idiotipe sebagai antigen (Shoenfeld 2004).

Ab3

Gambar 18 Reaksi Spesifik antara Antibodi Anti Anti-idiotipe dengan Antigen AI H5N1: Ab3. Antibodi anti anti- idiotipe; Ag. Antigen AI H5N1; ( ) garis presipitasi

Gambar19 Reaksi Spesifik antara Antibodi Anti-idiotipe dengan Antibodi Anti Anti-

idiotipe: Ab2. Antibodi anti- idiotipe; Ab3. Antibodi anti anti-idiotipe; ( ) garis presipitasi

Roitt (2003) menggambarkan regulasi idiotipik respon imun yaitu interaksi idiotipe dan anti-idiotipe yang terdapat pada antibodi dan reseptor sel T. Telah dilakukan penelitian sebagai berikut: antigen disuntikkan pada hewan pertama dan antibodi terbentuk Ab1 (idiotipe) dimurnikan dan disuntikan pada hewan ke-2, Ab2 (anti-idiotipe)

Ag Ab3 Ab2 Ab3 Ab3 Ab3 Ab3 Ab3

dimurnikan dan digunakan untuk imunisasi hewan ke-3 dan seterusnya. Secara konsisten ditemukan bahwa Ab2 mengenal idiotipe (Ab1) yang juga jelas ditemukan pada Ab3. Ab4 bersifat seperti Ab2 dalam mengenali idiotipe yang serupa pada Ab1 dan Ab3., jadi meskipun Ab1 dan Ab3 sama-sama idiotipe, hanya fraksi kecil Ab3 bereaksi dengan antigen asal. Hasil ini terlihat bila idiotipe tersebut Id yang bereaksi silang (Id umum) berada pada sejumlah antibodi yang bervariasi (secara tidak langsung adalah reseptor B) dengan spesifisitas berbeda. Antibodi anti-idiotipe (Ab2) bila disuntikkan pada hewan ke- 3 akan bereaksi dengan semua sel B pembawa Id1 dan hanya sebagian saja yang mempunyai spesifisitas sama dengan serum asal (Gambar 20).

Gambar 20 Regulasi idiotipik dari respon imun: Ab1 yang dihasilkan oleh rangsangan antigen disuntikan kepada hewan ke-dua untuk menghasilkan Ab2, yang dimurnikan dan disuntikkan ke hewan 3, dan seterusnya. Ab2 dan Ab4 masing- masing bereaksi dengan idiotip pada Ab1 dan Ab3 tetapi bagian dari Ab3 bereaksi dengan antigen asal.

(Sumber: Roitt (2003))

4.4.1 Uji Serologi Antibodi Anti Anti-idiotipe (Ab3) dengan Uji HI

Antibodi yang diperoleh dari serum ayam merupakan antibodi anti anti-idiotipe (Ab3), selanjutnya dilakukan uji serologi dengan uji HI. Uji hambatan hemaglutinasi dilakukan terhadap beberapa antigen, yaitu antigen AI H5N1 strain Legok (2003), antigen AI H5N1 IPB (2007), antigen AI H5N1 IPB (2008), dan antigen AI H5N1 IPB

(2009). Ab

Ab3

Titer antibodi yang dihasilkan pada uji imunogenesitas (Ab3) dengan uji HI terhadap antigen AI H5N1 strain Legok (2003), antigen AI H5N1 IPB (2007), antigen AI H5N1 IPB (2008), dan antigen AI H5N1 IPB (2009) dapat dilihat pada Tabel 5 sampai Tabel 8.

Hasil titer antibodi anti anti-idiotipe terhadap antigen AI H5N1 strain Legok (2003) dengan uji HI, ada perbedaan nyata antara kelompok kontrol dengan kelompok Ab2. Pembentukkan titer antibodi kelompok Ab2 dan kelompok vaksin AI H5N1 dimulai pada minggu ke-2 pasca imunisasi. Titer antibodi pada kelompok Ab2 menurun pada minggu ke-4 sedangkan pada kelompok vaksin AI H5N1 meningkat. Antara kelompok Ab2 dan vaksin AI H5N1 pada minggu ke-3 dan minggu ke-4 berbeda nyata, walaupun titer antibodi kelompok Ab2 masih protektif (Tabel 5).

Tabel 5 Rataan Titer Antibodi Anti Anti-idiotipe terhadap Antigen AI H5N1 strain Legok (2003) dengan Uji HI

Titer Antibodi

Kontrol IgG Kontrol Ab2 Vaksin Waktu Imunisasi

GMT SD GMT SD GMT SD GMT SD

Pre imunisasi <2a 0 <2a 0 <2a 0 <2a 0 1 minggu pasca

imunisasi

<2a 0 <2a 0 <2a 0 <2a 0 2 minggu pasca imunisasi <2a 0 <2a 0 12.13b 32.86 27.86b 19.59 3 minggu pasca imunisasi <2a 0 <2a 0 48.50b 21.47 97.00c 35.05 4 minggu pasca imunisasi <2a 0 <2a 0 27.86b 19.91 222.86d 57.24 Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata antar perlakuan pada taraf 0.05

Titer Ab3 terhadap antigen AI H5N1 strain Legok (2003) dengan uji HI terlihat bahwa pada kelompok Ab2 mulai terbentuk antibodi pada minggu ke dua (12.13), meningkat pada minggu ketiga (48.50) dan menurun pada minggu keempat (27.86). Walaupun titer tersebut kadarnya lebih rendah dari kelompok vaksin AI H5N1 tetapi masih bersifat protektif karena lebih besar dari 16 (Gambar 21).

0 50 100 150 200 250 R a ta an ti te r A b ( G M T ) pre 1 mgg pi 2 mgg pi 3 mgg pi 4 mgg pi Waktu Imunisasi kontrol IgG kontrol Ab2 Vaksin AI H5N1

Gambar 21 Rataan Titer Antibodi Anti anti-idiotipe (Ab3) terhadap antigen H5N1 strain Legok (2003) dengan Uji HI

Hasil titer antibodi anti anti-idiotipe (Ab3)terhadap antigen AI H5N1 IPB (2007) dengan uji HI, ada perbedaan nyata antara kelompok kontrol dengan kelompok Ab2. Pembentukkan titer antibodi kelompok Ab2 dan kelompok vaksin AI H5N1 dimulai pada minggu ke-2 pasca imunisasi. Titer antibodi pada kelompok Ab2 dan kelompok vaksin AI H5N1 meningkat pada minggu ke-3 dan ke-4 pasca imunisasi. Antara kelompok Ab2 dan vaksin AI H5N1 pada minggu ke-3 dan minggu ke-4 berbeda nyata, walaupun titer antibodi kelompok Ab2 masih protektif (Tabel 6).

Tabel 6 Rataan Titer Antibodi Anti Anti-idiotipe (Ab3)terhadap Antigen AI H5N1 IPB (2007) dengan Uji HI

Titer Antibodi

Kontrol IgG Kontrol Ab2 Vaksin Waktu Imunisasi

GMT SD GMT SD GMT SD GMT SD Pre imunisasi <2a 0 <2a 0 <2a 0 <2a 0 1 minggu pasca

imunisasi

<2a 0 <2a 0 <2a 0 <2a 0 2 minggu pasca

imunisasi

<2a 0 <2a 0 5.28b 2.2 10.56c 4.38 3 minggu pasca

imunisasi

<2a 0 <2a 0 16d 0 84.49e 35.05 4 minggu pasca

imunisasi

<2a 0 <2a 0 55.72e 14.3 128f 0 Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata antar perlakuan pada taraf 0.05

Titer Ab3 terhadap antigen AI H5N1 IPB (2007) dengan uji HI terlihat bahwa kelompok Ab2 mulai terbentuk antibodi pada minggu ke dua (5.28), meningkat pada minggu ketiga (16) dan makin meningkat pada minggu keempat (55.72). Walaupun titer tersebut kadarnya lebih rendah dari kelompok vaksin AI H5N1 tetapi masih bersifat protektif karena lebih besar dari 16 (Gambar 22).

0 20 40 60 80 100 120 140 R a ta a n T ite r A b (G M T ) pre 1 mgg pi 2 mgg pi 3 mgg pi 4 mgg pi Waktu Imunisasi kontrol IgG kontrol Ab2 Vaksin AI H5N1

Gambar 22 Rataan Titer Antibodi Anti anti-idiotipe (Ab3) terhadap antigen AI H5N1 IPB (2007) dengan Uji HI

Hasil titer antibodi anti anti-idiotipe (Ab3)terhadap antigen AI H5N1 IPB (2008) dengan uji HI, ada perbedaan nyata antara kelompok kontrol dengan kelompok Ab2.

Pembentukkan titer antibodi kelompok Ab2 dan kelompok vaksin AI H5N1 dimulai pada minggu ke-2 pasca imunisasi. Titer antibodi pada kelompok Ab2 dan kelompok vaksin AI H5N1 meningkat pada minggu ke-3 dan menurun pada minggu ke-4 pasca imunisasi. Antara kelompok Ab2 dan vaksin AI H5N1 pada minggu ke-2 tidak berbeda nyata, sedangkan pada minggu ke-3 dan minggu ke-4 berbeda nyata, walaupun titer antibodi kelompok Ab2 masih protektif (Tabel 7)

Tabel 7 Titer Antibodi Anti Anti-idiotipe (Ab3)terhadap Antigen AI H5N1 IPB (2008) dengan Uji HI

Titer Antibodi

Kontrol IgG Kontrol Ab2 Vaksin Waktu Imunisasi

GMT SD GMT SD GMT SD GMT SD Pre imunisasi <2a 0 <2a 0 <2a 0 <2a 0 1 minggu pasca

imunisasi

<2a 0 <2a 0 <2a 0 <2a 0 2 minggu pasca imunisasi <2a 0 <2a 0 6.06b 2.2 6.96b 7.2 3 minggu pasca imunisasi <2a 0 <2a 0 42.22c 17.53 73.52d 28.62 4 minggu pasca imunisasi <2a 0 <2a 0 24.25c 8.8 27.86c 7.2 Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata antar perlakuan pada taraf 0.05

Titer Ab3 terhadap antigen AI H5N1 IPB (2008) dengan uji HI terlihat bahwa pada kelompok Ab2 mulai terbentuk antibodi pada minggu ke dua (6.06), meningkat pada minggu ketiga (42.22) dan menurun pada minggu keempat (24.25). Walaupun titer tersebut kadarnya lebih rendah dari kelompok vaksin AI H5N1 tetapi masih bersifat protektif karena lebih besar dari 16 (Gambar 23).

0 10 20 30 40 50 60 70 80 R at aan t it er A b ( G M T) pre 1 mgg pi 2 mgg pi 3 mgg pi 4 mgg pi Waktu Imunisasi kontrol IgG kontrol Ab2 Vaksin AI H5N1

Gambar 23 Rataan Titer Antibodi Anti anti-idiotipe (Ab3) terhadap antigen AI H5N1 IPB (2008) dengan Uji HI

Hasil titer antibodi anti anti-idiotipe (Ab3)terhadap antigen AI H5N1 IPB (2009) dengan uji HI, ada perbedaan nyata antara kelompok kontrol dengan kelompok Ab2. Pembentukkan titer antibodi kelompok Ab2 dan kelompok vaksin AI H5N1 dimulai pada minggu ke-2 pasca imunisasi. Titer antibodi pada kelompok Ab2 dan kelompok vaksin AI H5N1 meningkat pada minggu ke-3 dan makin meningkat pada minggu ke-4 pasca imunisasi. Antara kelompok Ab2 dan vaksin AI H5N1 pada minggu ke-2 berbeda nyata, sedangkan pada minggu ke-3 dan minggu ke-4 tidak berbeda nyata, walaupun titer antibodi kelompok Ab2 masih protektif (Tabel 8).

Tabel 8 Titer Antibodi Anti Anti-idiotipe (Ab3)terhadap Antigen AI H5N1 IPB (2009) dengan Uji HI

Titer Antibodi

Kontrol IgG Kontrol Ab2 Vaksin Waktu Imunisasi

GMT SD GMT SD GMT SD GMT SD

Pre imunisasi <2a 0 <2a 0 <2a 0 <2a 0 1 minggu pasca

imunisasi

<2a 0 <2a 0 <2a 0 <2a 0 2 minggu pasca

imunisasi

<2a 0 <2a 0 6.96b 1.79 12.12c 4.38 3 minggu pasca

imunisasi

<2a 0 <2a 0 21.11cd 8.76 24.25de 8.76 4 minggu pasca

imunisasi

<2a 0 <2a 0 36.76ef 14.3 55.71f 39.19 Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata antar perlakuan pada taraf 0.05

Titer Ab3 terhadap antigen AI H5N1 IPB (2009) dengan uji HI terlihat bahwa pada kelompok Ab2 mulai terbentuk antibodi pada minggu ke dua (6.96), meningkat pada minggu ketiga (21.11) dan makin meningkat pada minggu keempat (36.76). Walaupun titer tersebut kadarnya lebih rendah dari kelompok vaksin AI H5N1 tetapi masih bersifat protektif karena lebih besar dari 16 (Gambar 24).

0 10 20 30 40 50 60 R a ta a n T ite r A b (G M T ) pre 1 mgg pi 2 mgg pi 3 mgg pi 4 mgg pi Waktu Imunisasi kontrol IgG kontrol Ab2 Vaksin AI H5N1

Gambar 24 Rataan Titer Antibodi Anti anti-idiotipe (Ab3) terhadap antigen AI H5N1 IPB (2009) dengan Uji HI

Secara gambaran umum pada kelompok kontrol dan kelompok IgG kontrol tidak menghasilkan titer antibodi terhadap antigen AI H5N1 karena dalam penelitian ini menggunakan ayam SPF. Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa tidak ada reaksi kontaminasi dari kelompok antibodi anti-idiotipe dan vaksin AI H5N1. Kelompok

antibodi anti-idiotipe titer antibodi muncul pada minggu ke-2 pasca imunisasi dan meningkat pada minggu ke-3 pasca imunisasi. Titer tersebut menunjukkan bahwa ayam pada kelompok antibodi anti-idiotipe mempunyai kekebalan yang baik terhadap AI H5N1, demikian juga dengan kelompok vaksin AI H5N1. Antara perlakuan kelompok Ab2 dengan kelompok vaksin AI H5N1 tidak ditemukan perbedaan yang nyata sehingga antibodi anti-idiotipe prospektif sebagai kandidat vaksin.

Antigen yang diimunisasikan pada hewan akan menginduksi terbentuknya antibodi sekitar 1-2 minggu pasca imunisasi. Penurunan kadar antibodi dalam serum merupakan cermin dari hilangnya populasi sel plasma penghasil antibodi spesifik. Sekali berdiferensiasi penuh, sel plasma mati setelah 3-6 hari dan Ig yang dihasilkan ini menurun perlahan-lahan karena proses katabolisme (Tizard 1995). Menurut Alberts et al. (2002), antibodi yang terbentuk oleh sel B akan bertahan melawan agen infeksi dengan mengikat virus.

4.4.2 Uji Serologi Antibodi Anti Anti-idiotipe (Ab3) dengan Uji SN

Antibodi yang diperoleh dari serum ayam merupakan antibodi anti anti-idiotipe (Ab3), juga dilakukan uji serologi secara in vitro dengan uji SN pada sel lestari dari ginjal anjing (MDCK). Uji serum netralisasi (SN) dilakukan terhadap beberapa isolat, yaitu isolat AI H5N1 strain Legok (2003), isolat AI H5N1 IPB (2005) dan isolat A/Goose/Bojonggenteng/IPB2-RS/2006.

Persiapan sebelum melakukan uji SN adalah dengan menumbuhkan virus AI dari isolat-isolat tersebut pada telur ayam berembrio TAB SPF umur 9 hari, dilanjutkan dengan menumbuhkan dan memperbanyak virus AI pada sel MDCK. Hasil propagasi virus AI pada sel MDCK selanjutnya digunakan untuk uji serologi. Pertumbuhan virus AI pada sel MDCK dapat dilihat pada Gambar 26 dimana terlihat adanya efek sitopatik (Cythopathic Effect/CPE), sedangkan pada Gambar 25 terlihat sel MDCK normal.

Gambar 25 Biakan sel Madin Darby Canine Kidney (MDCK) kontrol (Objektif 40x)

Gambar 26 Sel MDCK yang diinfeksi oleh virus AIH5N1: A. Efek sitopatik hari pertama, B. Efek sitopatik hari ke-dua, C. Efek sitopatik hari ke-tiga (Objektif 40x)

Titer antibodi yang dihasilkan pada uji imunogenesitas (Ab3) dengan uji SN terhadap isolat AI H5N1 strain Legok (2003), isolat AI H5N1 IPB (2005), dan A/Goose/Bojonggenteng/IPB2-RS/2006 dapat dilihat pada Tabel 9 sampai Tabel 11.

Hasil titer antibodi anti anti-idiotipe (Ab3)terhadap isolat AI H5N1 strain Legok (2003) dengan uji SN, ada perbedaan nyata antara kelompok kontrol dengan kelompok Ab2 . Pembentukkan titer antibodi kelompok Ab2 dan kelompok vaksin AI H5N1 dimulai pada minggu ke-2 pasca imunisasi. Titer antibodi pada kelompok Ab2 dan kelompok vaksin AI H5N1 meningkat pada minggu ke-3 dan makin meningkat pada minggu ke-4 pasca imunisasi. Antara kelompok Ab2 dan vaksin AI H5N1 pada minggu ke-2,3 dan 4 berbeda nyata, walaupun titer antibodi kelompok Ab2 masih protektif (Tabel 9)

Tabel 9 Titer Antibodi Anti Anti-idiotipe (Ab3)terhadap Isolat AI H5N1 strain Legok (2003) dengan Uji SN

Titer Antibodi

Kontrol IgG Kontrol Ab2 Vaksin Waktu Imunisasi

GMT SD GMT SD GMT SD GMT SD Pre imunisasi <2a 0 <2a 0 <2a 0 <2a 0 1 minggu pasca

imunisasi

<2a 0 <2a 0 <2a 0 <2a 0 2 minggu pasca imunisasi <2a 0 <2a 0 5.28b 2.1 13.93c 9.79 3 minggu pasca imunisasi <2a 0 <2a 0 16c 8.76 42.22d 17.52 4 minggu pasca imunisasi

<2a 0 <2a 0 24.25cd 8.76 97.00e 35.05 Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata antar perlakuan pada taraf 0.05

Titer Ab3 terhadap isolat AI H5N1 strain Legok (2003) dengan uji SN terlihat bahwa pada kelompok Ab2 mulai terbentuk antibodi pada minggu ke dua (5.28), meningkat pada minggu ketiga (16) dan makin meningkat pada minggu keempat (24.25). Walaupun titer tersebut kadarnya lebih rendah dari kelompok vaksin AI H5N1 tetapi masih bersifat protektif karena lebih besar dari 16 (Gambar 27).

0 20 40 60 80 100 R a ta a n T it er A b ( G M T ) pre 1 mgg pi 2 mgg pi 3 mgg pi 4 mgg pi Waktu Imunisasi kontrol IgG kontrol Ab2 Vaksin AI H5N1

Gambar 27 Rataan Titer Antibodi Anti anti-idiotipe (Ab3) terhadap isolat AI H5N1 Strain Legok (2003) dengan Uji SN

Hasil titer antibodi anti anti-idiotipe (Ab3)terhadap isolat AI H5N1 IPB 2005 dengan uji SN, ada perbedaan nyata antara kelompok kontrol dengan kelompok Ab2 . Pembentukkan titer antibodi kelompok Ab2 dan kelompok vaksin AI H5N1 dimulai pada minggu ke-2 pasca imunisasi. Titer antibodi pada kelompok Ab2 dan kelompok vaksin AI H5N1 meningkat pada minggu ke-3 dan makin meningkat pada minggu ke-4 pasca imunisasi. Antara kelompok Ab2 dan vaksin AI H5N1 pada minggu ke-3 dan minggu ke-4 tidak berbeda nyata. Titer antibodi kelompok Ab2 masih protektif (Tabel 10).

Tabel 10 Titer Antibodi Anti Anti-idiotipe (Ab3)terhadap Isolat AI H5N1 IPB 2005 dengan Uji SN

Kontrol IgG Kontrol Ab2 Vaksin GMT SD GMT SD GMT SD GMT SD Pre imunisasi <2a 0 <2a 0 <2a 0 <2a 0 1 minggu pasca

imunisasi

<2a 0 <2a 0 <2a 0 <2a 0 2 minggu pasca imunisasi <2a 0 <2a 0 4.00b 0 6.96bc 4.89 3 minggu pasca imunisasi <2a 0 <2a 0 9.18c 3.57 10.56c 4.38 4 minggu pasca imunisasi <2a 0 <2a 0 18.38d 7.15 21.11d 8.76 Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata antar perlakuan pada taraf 0.05

Titer Ab3 terhadap isolat AI H5N1 IPB (2005) dengan uji SN terlihat bahwa pada kelompok Ab2 mulai terbentuk antibodi pada minggu ke dua (4.00), meningkat pada minggu ketiga (9.18) dan makin meningkat pada minggu keempat (18.38). Walaupun titer tersebut kadarnya lebih rendah dari kelompok vaksin AI H5N1 tetapi masih bersifat protektif karena lebih besar dari 16 (Gambar 28).

0 5 10 15 20 25 Ra ta a n t it er Ab ( G M T) pre 1 mgg pi 2 mgg pi 3 mgg pi 4 mgg pi Waktu Imunisasi kontrol IgG kontrol Ab2 Vaksin AI H5N1

Gambar 28 Rataan Titer Antibodi Anti anti-idiotipe (Ab3) terhadap isolat AI H5N1 IPB (2005) dengan Uji SN

Hasil titer antibodi anti anti-idiotipe (Ab3) terhadap isolat A/Goose/Bojonggenteng/IPB2-RS/2006 dengan uji SN adalah antara kelompok kontrol dengan kelompok Ab2 berbeda nyata. Pembentukkan titer antibodi kelompok Ab2 dimulai minggu ke-4 pasca imunisasi dan kelompok vaksin AI H5N1 dimulai minggu ke- 3 pasca vaksinasi. Titer antibodi baik pada kelompok Ab2 dan kelompok vaksin AI

H5N1 berbeda nyata. Titer antibodi kelompok Ab2 dan kelompok vaksin AI H5N1 tidak protektif (Tabel 11).

Tabel 11 Titer Antibodi Anti Anti-idiotipe (Ab3) terhadap Isolat A/Goose/Bojonggenteng/IPB2-RS/2006 dengan Uji SN

Titer Antibodi

Kontrol IgG Kontrol Ab2 Vaksin Waktu Imunisasi

GMT SD GMT SD GMT SD GMT SD

Pre imunisasi <2a 0 <2a 0 <2a 0 <2 0 1 minggu pasca

imunisasi

<2a 0 <2a 0 <2a 0 <2 0 2 minggu pasca

imunisasi

<2a 0 <2a 0 <2a 0 <2 0 3 minggu pasca

imunisasi

<2a 0 <2a 0 <2a 0 4.00b 0 4 minggu pasca

imunisasi

<2a 0 <2a 0 4.00b 0 8.00c 0 Keterangan: angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata antar perlakuan pada taraf 0.05

Titer Ab3 terhadap isolat A/Goose/Bojonggenteng/IPB2-RS/2006 dengan uji SN terlihat bahwa pada kelompok Ab2 mulai terbentuk antibodi pada minggu keempat (4.00) pasca imunisasi. Titer tersebut kadarnya lebih rendah dari kelompok vaksin AI H5N1 dan lebih kecil dari 16, menunjukkan bahwa Ab2 tidak protektif terhadap isolat tersebut (Gambar 29).

0 2 4 6 8 R at aan T it er A b ( G M T ) pre 1 mgg pi 2 mgg pi 3 mgg pi 4 mgg pi Waktu Imunisasi kontrol IgG kontrol Ab2 Vaksin AI H5N1

Gambar 29 Rataan Titer Antibodi Anti anti-idiotipe (Ab3) terhadap isolat A/Goose/Bojonggenteng/IPB2-RS/2006 dengan uji SN

Hasil uji serologi in vitro dengan uji SN menunjukkan bahwa titer antibodi anti anti-idiotipe (Ab3) antara perlakuan Ab2 dengan vaksin AI H5N1 tidak ditemukan perbedaan yang nyata terhadap isolat AI H5N1 strain Legok (2003) dan isolat AI H5N1 IPB (2005) sehingga antibodi-anti-idiotipe prospektif sebagai kandidat vaksin, sedangkan pada antara perlakuan Ab2 dengan vaksin AI H5N1 tidak ditemukan perbedaan yang nyata terhadap isolat A/Goose/Bojonggenteng/IPB2-RS/2006, akan tetapi strain ini tidak terlindungi karena titer antibodi kurang dari 16, jadi antibodi anti- idiotipe (Ab2) tidak prospektif sebagai kandidat vaksin karena antara kelompok kontrol dan perlakuan tidak terdapat perbedaan yang nyata.

Uji serologi sangat penting dilakukan untuk memeriksa titer atau kadar antibodi pada ayam yang telah diimunisasi oleh vaksin AI. Seekor ayam dapat dinyatakan kebal terhadap penyakit AI jika memiliki titer antibodi serendah-rendahnya 4 (log 2) atau 24 atau 16. Sementara itu kelompok peternakan ayam dinyatakan kebal terhadap AI jika lebih dari 90 % memiliki titer antibodi pasca imunisasi serendah-rendahnya 16 (Ditjennak 2007).

Virus influenza A tumbuh dengan baik secara in vivo pada TAB dan in vitro pada biakan sel. Propagasi virus AI menggunakan TAB-SPF yakni telur ayam yang tidak

mengandung antibodi terhadap berbagai patogen khususnya virus AI. Biakan sel yang sering digunakan adalah biakan sel primer (sel fibroblas ayam, sel ginjal, sel hati) dan biakan sel lestari seperti MDCK. Uji serum netralisasi dengan menggunakan beberapa isolat AI H5N1 pada sel MDCK untuk mengetahui apakah Ab3 mampu menetralisasi virus AI. Uji ini (in vitro) penting dilakukan mengingat idealnya vaksin AI harus diuji tantang pada hewan target (in vivo) yang harus menggunakan fasilitas kandang

Biosecurity Level 3 (BSL 3).

Sel MDCK merupakan sel lestari yang berasal dari epitel ginjal anjing. Sel MDCK diperoleh dari American Tissue Culture Collection 34 (ATCC). Sel ini telah banyak digunakan untuk isolasi virus AI karena virus AI sangat produktif dan mudah tumbuh. Biakan sel tersebut setiap saat dapat disiapkan untuk kepentingan produksi antigen dalam jumlah banyak, dibandingkan telur ayam berembrio SPF selain harganya mahal juga tidak selalu siap pada saat diperlukan untuk pengujian karena harus menunggu umur embrio yang tepat saat inokulasi (9-11 hari). Biakan sel dalam bidang virologi, seringkali digunakan untuk perbanyakkan virus, mengetahui kandungan virus dan diagnosa penyakit. Teknik ini menjadi pilihan karena penggunaan telur ayam berembrio masih mengandung bermacam-macam kontaminasi mikroba (Park et al.

2001). Meskipun demikian teknik biakan sel memerlukan ketrampilan khusus dan harus steril(Tobita et al. 1975).

Berdasarkan rekomendasi dari ATCC sel MDCK harus dikembangkan dengan menggunakan medium Eagle yang dilengkapi 10% Fetal Calf Serum (FCS). Selain untuk propagasi virus, sel MDCK digunakan pula untuk uji serologik, yaitu untuk mengetahui antibodi terhadap virus AI dengan menggunakan uji serum neutralisasi (SN) (WHO 2002). Uji SN telah banyak digunakan di laboratorium diagnostik baik untuk

screening maupun untuk titrasi antibodi, sehingga dapat diketahui keterpaparan hewan oleh virus tersebut. Pemakaian sel MDCK sangat disarankan mengingat peraturan tentang

animal welfare yang melarang penggunaan hewan coba apabila penelitian tersebut masih dapat menggunakan sel lestari asal hewan. Titer antibodi adalah pengenceran serum tertinggi yang dapat menetralisasi virus (Maas et al. 2007).

Menurut Reina et al. 1997, sel MDCK adalah biakan sel yang paling sensitif