• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

Indeks Entropi

Indeks Entropi

Metode ini digunakan untuk mengukur tingkat perkembangan suatu wilayah, misalnya aktivitas suatu sektor. Dengan demikian, dapat diketahui sektor/aktivitas apa yang berkembang pada suatu wilayah. Prinsip pengertian indeks entropi ini adalah semakin beragam aktivitas atau semakin luas jangkauan spasial, maka semakin tinggi entropi wilayah. Artinya wilayah tersebut semakin berkembang. Persamaan umum entropy ini adalah sebagai berikut:

∑∑

= = − = n i n j ij P S 1 1 LogPij (3)

Pij adalah proporsi kegiatan i (misal sektor, komoditas) di wilayah j. Analisis ini

digunakan untuk mengetahui perkembangan sektor-sektor perekonomian Kabupaten Kebumen dan beberapa Kabupaten di sekitarnya, sehingga dapat dibandingkan perkembangan perekonomia n Kabupaten Kebumen dan kabupaten sekitarnya di Provinsi Jawa Tengah. Jika S semakin tinggi maka tingkat perkembangan semakin meningkat, dimana nilai S akan selalu ≥ 0. Dalam analisis ini Pij adalah proporsi sektor-sektor perekonomian. Data yang digunakan adalah PDRB Jawa Tengah dan Kabupaten Kebumen atas dasar lapangan usaha tahun 1995-2003.

Fungsi produksi Cobb and Douglass

Untuk memprediksi peranan sektor-sektor unggulan dalam pembentukan PDRB digunakan pendekatan fungsi produksi Cobb-Douglass (Miner 1988) sebagai berikut : λ γ β α 2 3 4 1

.Sektor Sektor Sektor Sektor A

Y = (4)

Dimana :

Y adalah jumlah PDRB, untuk suatu tahun tertentu

Sektor 1,2,3 dan 4 adalah sektor-sektor perekonomian dalam PDRB yang merupakan sektor unggulan di Kabupaten Kebumen.

A adalah konstanta , α, β, γ dan λ adalah koefisien elastisitas masing-masing sektor. Dengan mengetahui nilai nilai α, β, dan γ pada masing-masing sektor unggulan, maka

dapat diduga nilai PDRB pada suatu tahun.

Analysis Hierarchy Process (AHP)

Untuk mengetahui isu sentral sebagai prioritas kebijakan pembangunan, maka dilakukan analisa dengan menggunakan metode Analysis Hierarchy Process (AHP). Untuk mendapatkan skoring yang diperlukan, maka telah dilakukan penyebaran kuesioner dan wawancara dengan berbagai unsur yakni Pemda sebanyak 5 orang, LSM sebanyak 2 orang dan DPRD sebanyak 1 orang, sehingga jumlah responden sebanyak 8 orang. Tujuan utama yang ingin diperoleh dari metode AHP ini adalah ingin menjaring persepsi awal tentang prioritas utama yang perlu dilakukan dalam kebijakan pembangunan di Kabupaten Kebumen. Metode sampling yang digunakan adalah

purposive sampling , dengan kriteria responden adalah pihak-pihak yang terlibat

langsung atau minimal pernah terlibat dalam perumusan kebijakan pembangunan di Kabupaten Kebumen. Kriteria responden tersebut dimaksudkan agar jawaban yang diperoleh dapat mencerminkan kondisi yang lebih realistis dalam perumusan kebijakan pembangunan. Analisis AHP dilakukan dengan sofware expert choice 2000.

Dalam analisis ini, langkah-langkah yang dilakukan dalam metode AHP adalah (Saaty 1980) :

1. Mengidentifikasi/menetapkan masalah-masalah yang muncul; 2. Menetapkan tujuan, kriteria dan hasil yang ingin dicapai;

3. Mengidentikasi kriteria-kriteria yang yang mempunyai pengaruh terhadap masalah yang ditetapkan;

4. Menetapkan struktur hierarchy;

Menurut Saaty (1980) hirarkhi adalah suatu sistem yang tersusun dari beberapa level/tingkatan, dimana masing-masing tingkat mengandung beberapa unsur atau faktor. Hal yang dilakukan dalam suatu hirarkhi adalah mengukur pengaruh berbagai kriteria yang terdapat pada hirarkhi. Pada umumnnya masalah dasar yang muncul dalam penyusunan hirarkhi adalah menentukan level tertinggi dari berbagai interaksi yang terdapat pada berbagai level;

5. Menentukan hubungan antara masalah dengan tujuan, hasil yang diharapkan, pelaku / objek yang berkaitan dengan masalah, nilai masing-masing faktor;

6. Membandingkan alternatif-alternatif (comparative judgement);

7. Menentukan faktor -faktor yang menjadi prioritas (Synthesis of priority );

8. Menentukan urutan alternatif -alternatif dengan memperhatikan logical conssistency.

Data yang dianalisis diperoleh dari hasil kuesioner terhadap para responden terpilih yang terdiri dari unsur -unsur Pemda, LSM, DPRD dan masyarakat. Penyebaran kuesioner dilakukan pada saat penelitian. Skor yang diberikan oleh setiap responden bersifat subyektif, artinya sesuai dengan persepsi masing-masing responden terhadap kebijakan pembangunan di Kabupaten Kebumen. Nilai skor yang diperloleh dari hasil kuesioner tersebut dianalisis dengan bantuan program aplikasi expert choice 2000. Dengan memperhatikan tahapan-tahapan di atas, maka rancangan struktur hierarkhi AHP dalam thesis ini seperti pada Gambar 4 di bawah.

Matrik masalah, tujuan, dan kerangka analisis penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, tujuan dan kerangka analisis penelitian , maka disusun matrik sebagaimana Tabel 1 dan Gambar 5 di bawah.

Level 1 Tujuan Level 2 Kriteria Level 3 Sasaran Level 4 Alternatif

Gambar 4 Struktur hirarkhi AHP.

Tujuan Utama

Kriteria A Kriteria B Kriteria C Kriteria D

Sektor 2A

Sektor 1A Sektor 1B Sektor 2C

Sektor 1D Sektor 1D Sektor 2B

Sektor 1C

Alternatif 2 Alternatif 1

Tabel 1 Masalah, tujuan dan metode analisis

Data yang dibutuhkan

N

o. Masalah Tujuan Analisis Primer Sekunder

Sumber Data 1 Apa sektor unggulan yang dimilki Kab. Kebumen ? Mengkaji sektor perekonomian daerah yang potensial menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan kemampuan daerah berdasarkan potensi yang dimilki Kab. Kebumen PCA, LQ, indeks Entropi, Fungsi produksi Co bb- Douglass, deskriptif. PDRB Kebumen tahun 1994-2003, hasil studi BPS , Pemda, sumber pustaka lain 2 Apakah kebijakan pembangunan yang dijalankan oleh pemda Kab. Kebumen telah memperhatikan sektor unggulan yang dimilikinya? Mengkaji kesesuaian strategi pembangunan yang dijalankan Pemda. Deskriptif PCA AHP Wawancara Kuesioner PDRB Kebumen tahun 1994-2003, dokumen perenc. pembangu nan BPS, Pemda dan pustaka lain 3 Bagaimana kebijakan pembangunan yang tepat dijalankan oleh Pemda ? Mengkaji strategi kebijakan pembangunan yang tepat dijalankan. Deskriptif PCA AHP Wawancara Kuesioner PDRB Kebumen 1994-2003, hasil studi BPS, Pemda dan pustaka lain

Gambar 5 Kerangka analisis penelitian.

Potensi Wilayah /Daerah :

SDA, SDM, SD Buatan, SD lain Data-data statistik Pemerintah Daerah DPRD Kebijakan Pembangunan oleh Pemda

Usulan strategi dasar Kebijakan Pembangunan bagi Kabupaten

Kebumen Wilayah / Daerah Kabupaten Kebumen Identifikasi sektor Unggulan Kontribusi, Pertumbuhan, Penyerapan TK, Sektor Basis (LQ)

Analisis : PCA, Fungsi Produksi Cobb & Douglass, deskriptif

Perkembangan wilayah

Indeks entropi, PCA

Perkembangan sektor-sektor perekonomian Sektor-sektor Unggulan Masyarakat Isu sentral Kebijakan Pembangunan Persepsi tentang Kebijakan

pembangunan

Kondisi Geografis

Kabupaten Kebumen merupakan salah satu kabupaten di pesisir selatan Provinsi Jawa Tengah, dengan luas wilayah 128 111.5 Ha atau 1 281.115 km2. Secara geografis Kabupaten Kebumen terletak pada 70271-70501 Lintang selatan dan 1090221– 1090501 Bujur Timur. Secara topografi, mempunyai wilayah pegunungan di bagian utara dan pantai di bagian selatan serta terletak diantara 2 (dua) wilayah yang mempunyai potensi ekonomi cukup besar yakni Provinsi Yogyakarta dan Kabupaten Cilacap.

Berdasarkan aspek spasial, ketinggiannya bervariasi dari dataran rendah dengan topografi datar hingga dataran pegunungan dengan topografi bergelombang. Kabupaten Kebumen mempunyai daerah perbukitan bergelombang halus hingga hampir tegak yang dibentuk oleh batuan tua berumur tersier.

Batas-batas wilayah Kabupaten Kebumen adalah sebagai berikut : - Sebelah Barat : Kabupaten Cilacap dan Banyumas; - Sebelah Utara : Kabupaten Banjarnegera dan Wonosobo; - Sebelah Timur : Kabupaten Purworejo;

- Sebelah Selatan : Samudera Indonesia.

Diperbatasan wilayah dengan Kabupaten Banjarnegara terdapat Waduk Sempor yang telah mulai dibangun sejak tahun 1960’an, sedangkan di perbatasan dengan Kabupaten Wonosobo terdapat Waduk Wadaslintang yang mampu menghasilkan energi listrik cukup besar serta mampu mengairi sawah hingga ribuan hektar. Sehingga, tidak mengherankan apabila bidang pertanian terutama lahan untuk tanaman padi, terutama yang beririgasi teknis cukup mendominasi areal persawahan di Kebumen. Perkembangan penggunaan lahan di Kabupaten Kebumen nampak pada Tabel 2 di bawah.

Tabel 2 Penggunaan lahan di Kabupaten Kebumen tahun 1995 dan 2003 Tahun Perubahan Penggunaan Tanah 1995 (Ha) % 2003 (Ha) % % A Tanah Sawah 39 666.50 30.96 39 632.00 30.94 -0.03 1 Irigasi teknis 19 385.30 15.13 18 056.00 14.09 -1.04

2 Irigasi setengah teknis 3 629.80 2.83 4 151.00 3.24 0.41

3 Irigasi sederhana PU 1 220.51 0.95 2 882.00 2.25 1.30

4 Irigasi sederhana Non PU 2 330.50 1.82 1 538.00 1.20 -0.62

5 Tadah Hujan 13 100.39 10.23 13 005.00 10.15 -0.07

B Tanah kering 88 445.00 69.04 88 479.50 69.06 0.03

1 Bangunan & lahan sekitarnya 34 294.60 26.77 36 421.00 28.43 1.66

2 Tegalan / kebun 30 928.10 24.14 29 097.00 22.71 -1.43

3 Tanah Penggembalaan 50.74 0.04 4.00 0.00 -0.04

4 Tambak 11.00 0.01 21.00 0.02 0.01

5 Kolam 67.46 0.05 25.50 0.02 -0.03

6

Tanah Sementara tak

diusahakan 982.30 0.77 336.00 0.26 -0.50

7 Tanah kayu-kayuan 901.84 0.70 1 191.00 0.93 0.23

8 Hutan Negara 1 7034.91 13.30 16 861.00 13.16 -0.14

9 Tanah lainnya 4 174.05 3.26 4 523.00 3.53 0.27

LUAS SELURUHNYA 128 111.50 100.00 128 111.50 100.00

Sumber : Kebumen Dalam Angka tahun 1995 dan 2003

Dari Tabel 2 di atas, nampak bahwa secara umum pola pemanfaatan lahan di Kabupaten Kebumen untuk kurun waktu 1995– 2003 atau selama 8 tahun tidak mengalami banyak perubahan. Hal ini mengindikasikan bahwa selama kurun waktu tersebut di Kabupaten Kebumen hanya terjadi sedikit konversi

penggunanaan lahan dari lahan sawah atau lahan kering menjadi

bangunan/konstruksi, dan tidak ada kegiatan proyek baik oleh swasta maupun pemerintah dengan mengkonversi lahan menjadi bangunan dalam skala besar seperti pabrik, perumahan dan sebagainya. Secara implisit hal ini menyiratkan bahwa Kabupaten Kebumen belum menjadi tujuan investasi bagi para investor.

Kabupaten Kebumen sampai dengan tahun 2003 mempunyai 26 Kecamatan dan 460 desa/kelurahan, dimana 4 (empat) kecamatan diantaranya yaitu

Bonorowo, Padureso, Poncowarno dan Karangsambung merupakan kecamatan baru hasil pemekaran dari kecamatan-kecamatan yang telah ada sebelumnya.

Tabel 3 Nama kecamatan, luas lahan dan jumlah desa / kelurahan di Kabupaten Kebumen tahun 2003

No. Nama Luas Lahan Jumlah

Kecamatan Sawah

(Ha)

% Kering (Ha) Jumlah

(Ha) % Desa / kel. 1 Ayah 1 333.0 17.5 6 304.0 82.5 7 637.0 6.0 18 2 Buayan 999.0 14.6 5 843.0 85.4 6 842.0 5.3 20 3 Puring 2 463.0 39.7 3 734.0 60.3 6 197.0 4.8 23 4 Petanahan 1 965.0 43.8 2 519.0 56.2 4 484.0 3.5 21 5 Klirong 1 326.0 30.7 2 999.0 69.3 4 325.0 3.4 24 6 Buluspesantren 2 106.0 43.2 2 771.0 56.8 4 877.0 3.8 21 7 Ambal 2 837.0 45.5 3 404.0 54.5 6241.0 4.9 32 8 Mirit 2 022.0 38.6 3 213.0 61.4 5 235.0 4.1 22 9 Bonorowo 1 315.0 62.9 776.0 37.1 2 091.0 1.6 11 10 Prembun 959.0 41.8 1 337.0 58.2 2 296.0 1.8 13 11 Padureso 171.0 5.9 2 724.0 94.1 2 895.0 2.3 9 12 Kutowinangun 1 238.0 36.7 2 135.0 63.3 3 373.0 2.6 19 13 Alian 1 627.0 28.2 4 148.0 71.8 5 775.0 4.5 16 14 Poncowarno 988.0 36.1 1 749.0 63.9 2 737.0 2.1 11 15 Kebumen 2 430.0 57.8 1 774.0 42.2 4 204.0 3.3 29 16 Pejagoan 625.0 18.1 2 833.0 81.9 3 458.0 2.7 13 17 Sruweng 1 367.0 31.3 3 001.0 68.7 4 368.0 3.4 21 18 Adimulyo 3 000.0 69.1 1 343.0 30.9 4 343.0 3.4 23 19 Kuwarasan 1 989.0 58.8 1 395.0 41.2 3 384.0 2.6 22 20 Rowokele 961.0 17.9 4 418.5 82.1 5 379.5 4.2 11 21 Sempor 1 186.0 11.8 8 829.0 88.2 10 015.0 7.8 16 22 Gombong 1 060.0 54.4 888.0 45.6 1 948.0 1.5 14 23 Karangngayar 819.0 26.1 2 321.0 73.9 3 140.0 2.5 11 24 Karanggayam 1 618.0 14.8 9 311.0 85.2 10 929.0 8.5 19 25 Sadang 1 263.0 23.3 4 160.0 76.7 5 423.0 4.2 7 26 Karangsambung 1 965.0 30.2 4 550.0 69.8 6 515.0 5.1 14 Jumlah 39 632.0 30.9 88 479.5 69.1 128 111.5 100.0 460 Maksimal 3 000.0 69.1 9 311.0 94.1 10 929.0 8.5 32 Minimal 171.0 5.9 776.0 30.9 1 948.0 1.5 7 Rata-rata 1 524.3 34.6 3 403.1 65.4 4 927.4 3.8

Dari Tabel 3 tersebut nampak bahwa lahan persawahan terdapat di semua kecamatan dengan rata-rata luas mencapai 34.6% dari luas kecamatan.. Kecamatan-kecamatan pesisir seperti Ambal, Adimulyo, Buluspesantren, Bonorowo pada umumnya mempunyai areal persawahan yang luas. Kecamatan Karanggayam mempunyai wilayah terluas di Kebupaten Kebumen dan sebagian besar wilayahnya berupa lahan kering, dan hanya sekitar 14.8% wilayahnya berupa areal persawahan.

Jenis tanah

Jenis-jenis tanah yang ada di Kabupaten Kebumen dapat dibedakan atas tanah alluvial, latosol, podsolik, regosol, glei humus, alluvial kelabu dan mediteran coklat . Hal tersebut menunjukkan bahwa Kabupaten Kebumen pada sebagian wilayahnya tergolong cukup subur, sehingga dapat difungsikan sebagai lahan pertanian, walaupun terdapat pula wilayah yang kurang subur untuk dibudidayakan sebagai lahan pertanian seperti yang terdapat di Kecamatan Sempor, Karanggayam, Sadang dan Alian (Bappeda 2004). Kecamatan-kecamatan ini terletak di bagian utara wilayah Kabupaten Kebumen dan sebagian besar lahannya berupa pengunungan.

Menurut hasil studi yang dilakukan oleh PT. Saranabudi Prakarsaripta pada tahun 2003 bahwa geologi yang terdapat di Kabupaten Kebumen sangat menarik karena mempunyai 3 (tiga) jenis batuan yang terdapat di alam, yakni batuan beku, batuan metamorf, dan batuan sedimen.

Melihat kondisi geologi yang demikian, maka terdapat beberapa daerah yang mempunyai kondisi geomorfologi yang kontras walaupun daerah tersebut berdekatan. Sebagai contoh hasil inventariasi yang dilakukan oleh Ditjen Geologi dan Sumber Daya Mineral pada tahun 2003 dikatakan bahwa terdapat kondisi geomorfologi yang kontras antara bagian selatan dan utara jalur jalan Rowokele – Prembun. Lahan pada bagian selatan jalur jalan tersebut, sebagian besar berupa daerah dataran rendah yang dibentuk oleh endapan limbah banjir, endapan rawa dan pantai. Sementara itu, di sebelah utara jalur jalan tersebut berupa daerah perbukitan dengan berbagai struktur geologi (sesar/patahan, lipatan, ketidak selarasan retakan/rekahan batuan). Pada daerah-daerah tersebut, terdapat berbagai

jenis batuan tua hingga batuan campur-aduk (malange ) dan batuan malihan serta berbagai proses geologi seperti erosi dan longsoran. Disampimg itu, dijumpai pemunculan mata air panas di daerah Krakal yang tidak berhubungan dengan aktivitas kegunungberapian, sehingga diduga berhubungan dengan aktivitas sesar.

Keaneragaman struktur geologi tersebut melahirkan beberapa potensi yang perlu dikembangkan dan dilestarikan, misalnya formasi geologi Karangsambung ditetapkan sebagai kawasan laboratorium geologi oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Oleh karena itu, dalam pemanfaatan lahan terdapat perbedaaan antara bagian utara dan selatan wilayah kabupaten. Areal persawahan yang luas pada umumnya terdapat di bagian selatan wilayah yang berdekatan dengan wilayah pesisir.

Klimatologi

Sebagaimana daerah-daerah lain di Indonesia, Kabupaten Kebumen beriklim tropis dengan dua musim yakni musim hujan dan kemarau. Pada umumnya musim kemarau jatuh pada bulan April– September. Sedangkan musim hujan dari bulan Oktober–Maret. Pada peralihan musim hujan dan kemarau, sering ter jadi angin kencang yang bertiup dari Tenggara ke arah Barat dan bersifat kering.

Dilihat dari keadaan temperatur udaranya, Kabupaten Kebumen mempunyai 2 (dua) bagian temperatur yakni di bagian utara dan selatan. Pada bagian utara, temperatur rata -rata adalah 20o–25o C, sedangkan di bagian selatan adalah 27o–32o C. Hal ini kemungkinan disebabkan kondisi topografi wilayah yang berbeda antara bagian utara yang didominasi pegunungan dan di bagian selatan yang didominasi dataran rendah. Sedangkan curah hujan rata-rata sebanyak 2 816 mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata -rata selama 110 hari/tahun.

Dengan kondisi tersebut, maka untuk lahan persawahan yang berupa sawah tadah hujan memungkinkan untuk panen padi 1 kali dalam setahun dan tanaman komoditi palawija lainnya seperti kacang tanah, kedelai, jagung. Sedangkan areal persawahan yang beririgasi teknis mampu panen padi 2 (dua) kali dalam setahun, serta panen komoditi pertanian lainnya.

Hidrologi

Kabupaten Kebumen mempunyai beberapa sungai yaitu, Sungai Luk Ulo, Ijo, Cincingguling, Karanganyar, Kedung Bener, Jati Negara dan Sungai Mawar. Hulu-hulu sungai tersebut pada umumnya terdapat di bagian tengah maupun utara wilayah yang merupakan wilayah dataran agak tinggi dan banyak ditumbuhi hutan dan bermuara di Samudera Hindia. Sungai-sungai tersebut berfungsi untuk mendukung jaringan irigasi guna mengairi areal persawahan

Kependudukan

Jumlah penduduk Kabupaten Kebumen tergolong besar. Berdasarkan sensus penduduk tahun 1980 tercatat sebanyak 1 032 226 jiwa, sensus penduduk tahun 1990 sebanyak 1.120.982 jiwa dan sensus tahun tahun 2000 sebanyak 1.164.940 jiwa. Berdasarkan data tersebut, rata-rata pertumbuhan penduduk dari tahun 1980-1990 adalah 0.78%. Sedangkan berdasarkan Survey Sosial Ekonomi Daerah (SUSEDA) 2003, maka jumlah penduduk menjadi 1 187 614 jiwa atau tumbuh sebesar 0.64% dibandingkan tahun 2000. Dengan demikian, pada tahun 2003 kepadatan rata -rata penduduknya adalah 927 jiwa/km2. Namun demikian, kepadatan penduduk pada tiap kecamatan tidak sama, dimana dari 26 kecamatan di Kabupaten Kebumen terdapat 12 kecamatan yang mempunyai kepadatan diatas rata-rata kabupaten, seperti Kecamatan Kebumen, Pejagoan, Alian, Klirong, Gombong.

Struktur umur penduduk Kabupaten Kebumen termasuk kategori sedang sebab sekitar 64.6% penduduknya berumur antara 15-65 tahun. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin, komposisi antara berkelamin laki-laki dan perempuan hampir seimbang. Berdasarkan komposisi pemeluk agama penduduknya, maka sebagian besar beragama Islam, bahkan di beberapa tempat terdapat pesantren yang cukup terkenal yang terdapat di desa Semlangu.

Tabel 4 Komposisi penduduk Kabupaten Kebumen

Jenis Kelamin %

Tahun

Laki-laki Perempuan Jumlah Pertumbuhan 2000 584 076 580 864 1 164 940

2001 588 652 585 654 1 174 306 0.8 2002 593 208 590 548 1 183 756 0.8 2003 603 022 590 956 1 193 978 0.9

Sumber : Kebumen Dalam Angka tahun 2002 dan 2003

Kondisi Makro Perekonomian

Salah satu indikator yang umum digunakan guna melihat perkembangan wilayah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Perkembangan PDRB Kabupaten Kebumen dalam kurun waktu 10 tahun (1994-2003) atas dasar harga konstan serta kontribusi masing-masing sektor perekonomian, nampak pada Tabel 5 di bawah

Tabel 5 PDRB Kabupaten Kebumen ta hun 1994 – 2003 atas dasar harga konstan 1993 (juta rupiah)

Sektor Tahun

Tani Tmb Ind Ligas Kons Dag Akt Keu Jasa Jumlah

1994 394 908 33 531 48 248 4 420 25 585 134 869 28 816 34 770 154 420 859 567 1995 405 519 38 237 59 795 5 821 26 819 146 269 31 733 36 324 162 247 912 764 1996 417 078 44 862 68 888 6 898 28 014 159 575 34 312 39 003 169 600 968 229 1997 395 850 53 631 83 260 8 481 28 373 172 825 36 205 40 870 175 325 994 821 1998 332 412 45 911 84 776 8 963 19 008 155 754 37 105 38 984 142 301 865 213 1999 335 281 47 454 85 293 9 651 20 377 157 847 36 997 44 709 155 024 892 634 2000 367 829 43 632 83 876 7 117 17 367 134 841 39 196 48 775 156 751 899 383 2001 364 705 46 021 85 531 7 449 17 710 137 896 41 257 50 086 164 717 915 371 2002 378 477 47 846 88 051 8 256 19 782 142 024 42 877 51 256 163 013 941 581 2003 384 160 50 375 90 725 8 787 20 944 147 367 44 779 52 801 170 643 970 579 Jumlah 3 776 219 4 51 500 778 442 75 843 223 978 1 489 268 373 275 437 579 1 614 039 9 220 143 Maks. 417 078 53 631 90 725 9 651 28 373 172 825 44 779 52 801 175 325 994 821 Min. 332 412 33 531 48 248 4 420 17 367 134 841 28 816 34 770 142 301 859 567 Rata-rata 377 622 45 150 77 844 7 584 22 398 148 927 37 328 43 758 161 404 922 014 Simp. Baku 28 105 5 757 14 065 1 588 4 330 12408 4 939 6 616 9 642 45 715

Tabel 6 Persentase distribusi sektor-sektor perekonomian PDRB Kabupaten Kebumen.

Sektor No Tahun

Tani Tmb Ind Ligas Kons Dag Akt Keu Jasa Jumlah 1 1994 45.9 3.9 5.6 0.5 3.0 15.7 3.4 4.0 18.0 100.0 2 1995 44.4 4.2 6.6 0.6 2.9 16.0 3.5 4.0 17.8 100.0 3 1996 43.1 4.6 7.1 0.7 2.9 16.5 3.5 4.0 17.5 100.0 4 1997 39.8 5.4 8.4 0.9 2.9 17.4 3.6 4.1 17.6 100.0 5 1998 38.4 5.3 9.8 1.0 2.2 18.0 4.3 4.5 16.4 100.0 6 1999 37.6 5.3 9.6 1.1 2.3 17.7 4.1 5.0 17.4 100.0 7 2000 40.9 4.9 9.3 0.8 1.9 15.0 4.4 5.4 17.4 100.0 8 2001 39.8 5.0 9.3 0.8 1.9 15.1 4.5 5.5 18.0 100.0 9 2002 40.2 5.1 9.4 0.9 2.1 15.1 4.6 5.4 17.3 100.0 10 2003 39.6 5.2 9.3 0.9 2.2 15.2 4.6 5.4 17.6 100.0 Maks. 45.9 5.4 9.8 1.1 3.0 18.0 4.6 5.5 18.0 Min. 37.6 3.9 5.6 0.5 1.9 15.0 3.4 4.0 16.4 Rata-rata 41.0 4.9 8.4 0.8 2.4 16.2 4.0 4.7 17.5 Simp. Baku 2.7 0.5 1.5 0.2 0.4 1.2 0.5 0.7 0.4 Keterangan :

Tani Pertanian Dag Perdagangan

Tmb Pertambangan dan Pengalian Akt Angkutan dan Komunikasi

Ind Industri Pengolahan Keu Lembaga Keu. Persewaan dan jasa perusahaan Ligas Listrik, gas dan air

minum Jasa Jasa-jasa

Kons Bangunan dan konstruksi

PDRB Kabupaten Kebumen didominasi oleh sektor Pertanian, walaupun mengalami penurunan dari 45.9% di tahun 1994 menjadi 39.6% di tahun 2003 atau 0.63% per tahun. Besarnya kontribusi sektor pertanian menunjukkan bahwa perekonomian di Kabupaten Kebumen masih didominasi oleh sektor primer. Dominasi ini cukup wajar mengingat, luas lahan persawahan di Kabupaten Kebumen meliputi 30-31% luas wilayah atau sekitar 39.7 ribu hektar, baik yang beririgasi teknis maupun non teknis Produksi padi yang dihasilkan rata-rata sebesar 377.7 ribu ton atau 4.5% dari total produksi padi di Jawa Tengah. Sedangkan untuk lahan non persawahan banyak digunakan untuk kegiatan perkebunan dan palawija.

Selama kurun waktu 10 tahun pertumbuhan PDRB mengalami fluktuasi dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 1.5%. Namun, untuk sektor pertanian yang

merupakan sektor andalan Kabupaten Kebumen mengalami penurunan rata -rata 0.1%. Sedangkan untuk sektor lain pada umumnya mengalami kenaikan kecuali untuk sektor konstruksi. Sektor-sektor perekonomian yang mengalami kenaikan cukup besar adalah sektor listrik dan gas, sektor industri, serta sektor angkutan yang mampu tumbuh diatas 5%.

Tabel 7 Pertumbuhan lapangan usaha PDRB Kabupaten Kebumen tahun 1994-2003 (dalam persen)

Sektor Total

Tahun

Tani Tmb Ind Ligas Kons Dag Akt Keu Jasa 1994 1995 2.7 14.0 23.9 31.7 4.8 8.5 10.1 4.5 5.1 6.2 1996 2.9 17.3 15.2 18.5 4.5 9.1 8.1 7.4 4.5 6.1 1997 -5.1 19.5 20.9 22.9 1.3 8.3 5.5 4.8 3.4 2.7 1998 -16.0 -14.4 1.8 5.7 -33.0 -9.9 2.5 -4.6 -18.8 -13.0 1999 0.9 3.4 0.6 7.7 7.2 1.3 -0.3 14.7 8.9 3.2 2000 9.7 -8.1 -1.7 -26.3 -14.8 -14.6 5.9 9.1 1.1 0.8 2001 -0.8 5.5 2.0 4.7 2.0 2.3 5.3 2.7 5.1 1.8 2002 3.8 4.0 2.9 10.8 11.7 3.0 3.9 2.3 -1.0 2.9 2003 1.5 5.3 3.0 6.4 5.9 3.8 4.4 3.0 4.7 3.1 Maks. 9.7 19.5 23.9 31.7 11.7 9.1 10.1 14.7 8.9 6.2 Min. -16.0 -14.4 -1.7 -26.3 -33.0 -14.6 -0.3 -4.6 -18.8 -13.0 Rata-rata -0.1 5.2 7.6 9.1 -1.2 1.3 5.1 4.9 1.4 1.5 Simp. Baku 7.2 11.2 9.6 16.1 14.0 8.3 3.0 5.3 8.1 5.7

Pertumbuhan PDRB Kabupaten Kebumen pada tahun 1998 mengalami penurunan yang cukup tajam (kontraksi) sebesar 13 %. Hal ini merupakan imbas dari krisis ekonomi dan moneter yang terjadi pada tahun tersebut. Namun berangsur -angsur tumbuh walaupun dengan pe ningkatan yang tidak terlampau tinggi.

Bila dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB Jawa Tengah untuk kurun waktu yang sama, maka nampak bahwa rata-rata pertumbuhannya masih lebih rendah dari rata-rata Jawa Tengah yang mencapai 2.4% per tahun. Sebagaimana wilayah lain, maka di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 1998 juga mengalami kontraksi sebesar 12.4% akibat krisis ekonomi dan moneter pada tahun tersebut.

0.0 7.3 -12.4 4.1 0.0 6.1 -13.0 3.1 3.5 3.3 3.9 4.2 3.0 7.3 2.7 0.8 1.8 2.9 6.2 3.2 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 Kebumen Jateng

Gambar 6 Pertumbuhan PDRB Kabupaten dan Jawa Tengah Tahun 1994-2003.

Kontribusi yang besar dari sektor pertanian bagi Kabupten Kebumen nampaknya tidak diimbangi dengan angka pertumbuhan PDRB nya. Hal ini minimal mengindikasikan 2 (dua) hal yakni :

a. belum ada kebijakan atau implementasi kebijakan yang berakibat langsung terhadap peningkatan sektor pertanian,

b. arah kebijakan pembangunan di Kabupaten Kebumen lebih diarahkan pada sektor-sektor sekunder dan tersier seperti sektor industri pengolahan, perdagangan, jasa dari pada meningkatkan sektor primer yakni pertanian dan pertambangan.

Menurut Sukirno (2002) di dalam perekomian yang belum berkembang, sektor pertanian penting sekali artinya. Sebagian besar produksi nasional merupakan hasil pertanian dan sebagian besar pendapatan rumah tangga dibelanjakan untuk membeli hasil-hasil pertanian. Perkembangan ekonomi sedikit demi sedikit akan mengurangi peranan sektor pertanian. Kemunduran peranan sektor pertanian dalam perekonomian antara lain disebabkan oleh permintaan terhadap hasil pertanian yang lambat perkembangannya.

Garis Besar Kebijakan Pembangunan

Pembangunan merupakan aspek yang sangat penting dalam mewujudkan kemajuan wilayah. Agar pelaksanaan pembangunan dapat berjalan dengan optimal dan dapat mencapai hasil yang diharapkan, maka perlu adanya perumusan kebijakan pembangunan yang jelas, terarah, logis, dan memperhatikan kharakteristik yang dimiliki oleh daerah. Dengan diberlakukannnya UU nomor 22 tahun 1999 juncto. UU nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah serta UU nomor 25 tahun 1999 juncto UU nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, maka daerah mempunyai kewenangan yang lebih luas dalam merumuskan kebijakan pembangunan yang sesuai dengan kondisi dan potensi yang dimilikinya.

Pelaksanaan otonomi daerah yang telah dimulai sejak tahun 2001, mengandung konsekuensi yang cukup menantang bagi daerah. Di satu sisi, kebebasan berkreasi membangun daerah benar-benar terbuka lebar bagi daerah. Namun demikian, di sisi lain telah menghadang setumpuk masalah yang harus diselesaikan. Masalah yang sangat mendasar adalah pola pengelolaan daerah dari sentralistik menjadi desentralisasi, misalnya sumber dana untuk membiayai pembangunan, sumber daya manusia sebagai aparat pelaksana seluruh aktivitas pembangunan (Suhandono 2002)

Secara umum pola kebijakan pembangunan daerah di Kabupaten Kebumen telah dituangkan dalam berbagai peraturan daerah antara lain :

1. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen nomor 13 tahun 2001 tentang Pola Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten (POLDAS) Kebumen tahun 2001–2005;

2. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen nomor 17 tahun 2002 tentang Program Pembangunan Daerah (PROPEDA) Kabupaten Kebumen tahun 2002-2005;

3. Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 18 tahun 2002 tentang Rencana Strategis Pembangunan (RENSTRA) Kabupaten Kebumen tahun 2002-2005.

Sesuai dengan UU nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, maka pola perencanaan pembangunan telah berubah dengan dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP-D), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM-D) dan Rencana Pembangunan Tahunan Daerah (RKPD). Perubahan pola kebijakan perencanaan tersebut terkait erat dengan perubahan sistem penyelengaraan pemerintahan, dimana pada saat ini kepala daerah dipilih langsung oleh rakyat melalui mekanisme Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Sesuai UU tersebut maka dokumen RPJM-D merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program kerja kepala daerah yang terpilih. Pada saat penelitian dokumen-dokumen tersebut masih dalam proses pembahasan mengingat Kabupaten Kebumen baru saja menyelesaikan tahapan Pilkada yang dilaksanakan pada bulan Juni 2005

Visi pembangunan yang dilaksanakan oleh Kabupaten Kebumen adalah ”terwujudnya masyarakat yang agamis, adil, sejahtera, berdaulat, demokratis, disiplin, menjunjung rasa persatuan dan kesatuan dengan dukungan sumber daya manusia yang maju, mandiri, berkualitas, jujur serta bertanggung jawab”. Untuk mewuujudkan visi tersebut, maka arah kebijakan pembangunan dilaksanakan dalam beberapa bidang yakni hukum, ekonomi, politik, agama, pendidikan, sosial dan budaya, pembangunan wilayah dan perdesaan, sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta keamanan dan ketertiban masyarakat.

Khusus pembangunan di bidang ekonomi, maka dalam PROPEDA tahun 2002-2005 dikatakan bahwa pembangunan ekonomi di Kabupaten Kebumen lebih diprioritaskan pada pembangunan sektor pertanian, perdagangan dan industri, dengan pertimbangan bahwa kontribusi dalam PDRB dan kemampuan menyerap tenaga kerja sektor-sektor perekonomian tersebut cukup besar. Secara garis besar arah kebijakan yang dicanangkan dalam bidang ekonomi adalah :

1. Memberdayakan masyarakat melalui 3 (tiga) sisi yakni enabling,

empowering, dan protecting;

2. Mengembangkan perekonomian melalui kebijakan yang sinergis / terpadu antar sektor pertanian, pariwisata, perdagangan dan industri;

Dokumen terkait