• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Indeks LQ-45

untuk menilai manajemen perusahaan dan kinerja keuangan berdasarkan

laopran keuangannya.

Laporan keuangan merupakan alat yang digunakan untuk

mengungkapkan informasi keuangan untuk pihak eksternal. Laporan

keuangan menjadi sumber informasi bagi calon investor karena dari laporan

keuangan para investor dapat mengambil keputusan yang berkaitan dengan

investasi dana mereka dan mengetahui kinerja perusahaan dimana modal

mereka ditanamkan. Dalam menanamkan modal mereka, para investor akan

mempertimbangkan perusahaan mana yang akan menjadi tempat penanaman

modal mereka. Perusahaan yang akan dipilih tentu saja perusahaan yang

memiliki manajemen dan kinerja keuangaan yang baik.

Banyak manajemen perusahaan yang melakukan manajemen laba

karena harga pasar saham didalam suatu perusahaan dipengaruhi oleh laba,

kenaikan dari periode satu ke periode berikutnya maka akan mengakibatkan

risiko perusahaan mengalami penurunan lebih besar dibandingkan dengan

kenaikan labanya. (Halim et al, 2005)

Jika pihak manajemen tidak berhasil meningkatkan laba pada target

yang telah ditentukan, maka pihak manajemen akan memodifikasi laba yang

dilaporkan. Pihak manajemen selalu ingin menunjukkan kinerja yang baik

dalam usahanya untuk mencapai laba yang diinginkan atau laba yang

maksimal bagi perusahaan sehingga pihak manajemen dapat menerapkan

metode akuntansi yang dapat memberikan laba yang baik.

Selain ditinjau dari bagaimana cara manajemen melakukan manajemen

laba, kinerja keuangan pun menjadi indikator untuk menilai apakah

perusahaan yang menjadi tempat penanaman modal merupakan perusahaan

yang sehat. Kinerja merupakan ukuran keberhasilan dari setiap bisnis yang

ada.

Dalam hal ini kinerja keuangan dapat memberikan kondisi keuangan

perusahaan di masa lalu dan menunjukkan resiko atau peluang pada

perusahaan. Hal ini menunjukkan meskipun kinerja keuangan didasarkan

pada kondisi masa lalu akan tetapi kinerja keuangan dapat menilai resiko atau

peluang dimasa yang akan datang. Teknik pengukuran kinerja keuangan

didasarkan pada rasio-rasio keuangan yang ada. Dengan adanya rasio-rasio

keuangan yang ada dapat membantu investor dalam menilai kinerja keuangan

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa didalam

menanamkan modal, para investor terlebih dahulu menganalisis kinerja

keuangan yang didasarkan pada rasio keuangan dan bagaimana manajemen

perusahaan tersebut dalam mengelola laba yang dihasilkan. Oleh karena itu,

penulis termotivasi untuk meneliti “Analisis Hubungan Leverage dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan

masalah sebagai berikut:

1. Apakah DER berpengaruh terhadap tindakan manajemen laba?

2. Apakah ROA berpengaruh terhadap tindakan manajemen laba?

3. Apakah NPM berpengaruh terhadap tindakan manajemen laba?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat pengaruh DER,

ROA dan NPM terhadap tindakan manajemen laba pada perusahaan yang

termasuk dalam indeks LQ-45.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan memberikan

informasi yang berkaitan dengan profitabilitas, leverage, dan manajemen

2. Bagi Investor

Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi investor dalam mengambil

keputusan untuk berinvestasi.

3. Bagi Penulis

Penelitian ini memberikan wawasan dan pengetahuan bagi penulis

terutama dalam hal yang berkaitan dengan manajemen laba.

E. Sistematika Penelitian

Didalam penelitian ini, sistematika yang dibuat terdiri dari enam bab,

yaitu:

BAB I: Pendahuluan

Bab ini akan menjelaskan mengenai latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika

penulisan.

Bab II: Tinjauan Pustaka

Bab ini menjelaskan mengenai teori-teori yang mendasari dan yang

menjadi pedoman didalam melakukan penelitian ini. Bab ini terdiri

dari landasan teori, penelitian terdahulu, dan pengembangan

BAB III:Metode Penelitian

Dalam bab ini akan dibahas mengenai jenis penelitian, metode

pengumpulan data, populasi dan sampel penelitian, jenis dan sumber

data, dan variabel penelitian.

BAB IV:Gambaran Umum Perusahaan

Dalam bab ini akan dibahas mengenai gambaran umum perusahaan

yang akan diteliti.

BAB V: Hasil dan Pembahasan

Dalam bab ini akan dibahas mengenai langkah-langkah menganalisis

data dan hasil serta pembahasan hasil dari pengujian.

BAB VI: Penutup

Dalam bab ini akan membahas mengenai kesimpulan dari hasil yang

telah diuji serta saran yang dapat disampaikan untuk penelitian

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Keagenan

Teori keagenan merupakan teori yang dapat digunakan untuk

menjelaskan konsep dari manjemen laba didalam penelitian ini. Teori

keagenan muncul ketika pihak principal dan agent termotivasi oleh

kepentingan diri sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara

principal (pemilik) dan agent (manajemen). Hal tersebut menyebabkan terjadinya perbedaan kepentingan dimana pihak principal termotivasi untuk

melakukan kontrak dengan tujuan untuk menyejahterakan dirinya melalui

profitabilitas yang diharapkan selalu mengalami peningkatan. Sedangkan

agent termotivasi untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya (Widyaningdyah 2001). Hal ini menyebabkan terjadinya asimetri informasi

dimana didalam kondisi ini manajemen lebih mengetahui informasi mengenai

keuangan perusahaan dibandingkan dengan pemilik perusahaan. Kondisi

seperti inilah yang digunakan oleh pihak manajemen untuk memanipulasi

laporan keuangan untuk memaksimalkan keuntungannya sendiri.

B. Manajemen Laba

Istilah manajemen laba bukan suatu hal yang asing bagi pemerhati

manajemen dan akuntansi. Manajemen laba biasanya dihubungkan dengan

melakukan upaya perataan laba (incoming smoothing) dan melakukan upaya

peningkatan atau penurunan laba dalam suatu periode.

Manajemen laba merupakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh

manajer dari standar akuntansi yang ada dan secara alamiah dapat

memaksimumkan utilitas mereka dan atau nilai pasar perusahaan (Scott,

1997). Terdapat dua cara mengenai pemahaman manajemen laba :

1. Manajemen laba merupakan perilaku oportunistik manajer dalam

memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi,

kontak utang, dan biaya politik (political cost).

2. Dilihat dari sudut pandang efficient contracting, bahwa manajemen laba

memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan

perusahaan dalam mengantisipasi kejadian yang tak terduga untuk

kepentingan pihak yang terlibat dalam kontrak.

Watt dan Zimmerman (1986) menjelaskan suatu teori akuntansi yang

berusaha mengungkapkan bahwa faktor-faktor ekonomi bisa dihubungkan

terhadap perilaku manajer. Mereka menegaskan bahwa teori ini dapat

memberikan pedoman kepada manajer untuk melakukan perkiraan-perkiraan

Terdapat tiga hipotesis PAT (Positive Accounting Theory) yang menjadi dasar

pemikiran mengenai manajemen laba menurut Watts dan Zimmerman (1986)

yaitu:

1. Bonus Plan Hypothesis

Hipotesis ini menunjukkan bahwa manajer pada perusahaan yang

akan memberikan bonus, lebih cenderung memilih metode akuntansi

yang dapat menaikkan laba dari periode satu ke priode berikutnya.

Konsep ini tidak hanya memotivasi manajer untuk melakukan

kecurangan manajerial. Manajer akan mempermainkan besar kecilnya

angka-angka dalam akuntansi dalam laporan keuangan agar selalu bisa

mencapai tingkat kinerja yang meberikan bonus.

2. Debt Equity Hypothesis (Debt Covenant Hypothesis)

Hipotesis ini menunjukkan bahwa perusahaan yang menghadapi

kesulitan utang akan membuat manajer perusahaan menggunakan metode

akuntansi yang dapat menaikkan laba dan pendapatan serta cenderung

melanggar perjanjian utang apabila hal tersebut memberikan keuntungan

dan manfaat.

Keuntungan tersebut berupa permainan laba agar kewajiban

utang-piutang dapat ditunda untuk periode berikutnya sehingga pihak yang

3. Political Cost Hypothesis (Size Hypothesis)

Hipotesis ini menunjukkan jika biaya politik semakin besar maka

manajer memilih metode akuntansi yang akan memperkecil laba dengan

cara menangguhkan laba sekarang ke laba masa datang.

Konsep ini membahas bahwa manajer perusahaan cenderung

melanggar regulasi pemerintah seperti undang-undang perpajakan.

Manajer akan mempermainkan laba agar kewajiban pembayaran tidak

terlalu tinggi sehingga alokasi laba sesuai dengan kemauan perusahaan.

Manajemen laba dapat dihitung menggunakan model yang telah

dikembangkan oleh Dechow, Sloan, dan Sweeney (1995) yaitu model

modified jones. Model ini terdiri dua jenis yaitu discretionary accruals dan non discretionary accruals.

Discretionary accruals yaitu komponen total accrual yang berasal dari rekayasa manajerial dengan memanfaatkan kebebasan dan fleksibilitas dalam

menentukan nilai estimasi pada metode akuntansi. Sedangkan, non

discretionary accruals yaitu komponen total accrual yang diperoleh secara alami dengan mengikuti standar akuntansi yang diterima secara umum

Scott (2000) menyatakan bahwa ada beberapa hal yang membuat

manajer melakukan manajemen laba, antara lain:

1. Alasan bonus

Manajer mempunyai akses informasi mengenai keuangan sehingga

menyebabkan tindakan manajemen dalam mengatur laba bersih untuk

meningkatkan bonus mereka. Manajemen akan melakukan manajemen

laba dengan mentransfer laba masa depan menjadi laba sekarang dengan

harapan akan memperoleh bonus.

2. Kontrak utang jangka panjang

Pemindahan laba di masa yang akan datang ke masa sekarang dengan

tujuan untuk mengurangi resiko perusahaan dalam melunasi utang.

Kontrak utang dilakukan untuk menjamin bahwa manajer selalu

melakukan aktivitas yang mengarah pada upaya untuk mengembalikan

pinjaman tepat waktu disertai dengan pembayaran bunga.

3. Motivasi regulasi

Terdapat hubungan antara perusahaan dengan pemerintah yang

menjadi pemicu terjadinya permasalahan agensi di kedua pihak. Didalam

hubungan agensi terdapat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi dan

dapat diterima oleh semua pihak. Kewajiban yang harus dipenuhi oeh

perusahaan yaitu membayar sejumlah pajak yang ditentukan dengan

menggunakan laba sebagai dasar perhitungannya dan memperoleh hak

berupa rasa aman dan pelayanan publik dalam menjalankan usahanya.

aman dan pelayanan publik dan mempunyai hak untuk menerima

pembayaran pajak perusahaan. Manajer akan berusaha untuk

meminimalkan laba perusahaan agar nilai pajak yang harus dibayar oleh

perusahaan menjadi rendah.

4. Pergantian CEO

Pada saat diadakan pergantian CEO, CEO lama akan cenderung

melaporkan laba yang tinggi agar CEO baru merasa sangat berat untuk

mencapai tingkat laba tersebut . Ketika masa pensiun CEO tiba, maka

CEO akan memaksimalkan laba untuk meningkatkan bonus.

5. IPO (Initial Public Offering)

Penetapan nilai saham yang ditawarkan oleh perusahaan yang baru

pertama kali menawarkan harga saham membuat pihak manajemen

perusahaan melakukan manajemen laba untuk memperoleh harga lebih

tinggi atas saham yang akan dijual.

Selain itu, manajemen melakukan pengaturan terhadap laba karena laba

merupakan suatu target yang dijadikan untuk proses penilaian prestasi usaha

suatu departemen secara khusus (manajer) atau organisasi secara umum. Laba

juga merupakan alat untuk mengurangi biaya keagenan (agency costs) dan

biaya kontrak.

Magman dan Cormier (1997) menyatakan bahwa terdapat tiga sasaran

yang dapat dicapai oleh manajer yang berkaitan dengan praktek manajemen

laba. Ketiga sasaran tersebut adalah minimisasi biaya politis (political cost

maximization), dan minimisasi biaya finansial (minimization of financing costs).

Menurut Scott (1997) dalam Liani (2010: 31-32) terdapat empat bentuk

tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh manajer, yaitu:

1. Taking a bath

Taking a bath dilakukan dengan cara mengakui biaya-biaya pada periode yang akan datang dan kerugian periode berjalan. Taking a bath

terjadi ketika reorganisasi pada periode dimana perusahaan mengalami

kinerja buruk termasuk pada saat penerimaan CEO baru.

2. Income minimization

Income minimization dilakukan pada saat perusahaan mendapatkan laba yang tinggi dengan cara menurunkan laba agar tidak mendapat

perhatian dari berbagai pihak yang berkepentingan. Income minimization

dilakukan dengan cara penghapusan aktiva tetap dan aktiva tak berwujud,

membebankan biaya Research and Development dan biaya iklan.

3. Income maximization

Income maximization dilakukan pada saat laba mengalami penurunan dengan cara menaikkan laba didalam laporan keuangan. Income

maximization dilakukan oleh manajer dengan tujuan bonus dan perusahaan yang mendekati kontrak utang jangka panjang.

4. Income smoothing

Income smoothing merupakan cara manajemen laba yang sering digunakan. Income smoothing dilakukan dengan cara meratakan laba yang

untuk mengurangi fluktuasi yang besar agar perusahaan terlihat memiliki

laba yang stabil dan tidak mempunyai resiko.

C. Kinerja Keuangan

Pengertian kinerja keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan

yaitu penggunaan laba sebagai ukuran kinerja atau sebagai dasar bagi ukuran

yang lain seperti investasi (return on investment) atau penghasilan per saham

(earning per share). Unsur yang berkaitan dengan laba yaitu pendapatan dan

beban, dan karenanya juga laba, tergantung pada dan pemeliharaan modal

yang digunakan perusahaan dalam menyusun laporan keuangan (Ikatan

Akuntan Indonesia 2007:17) kinerja keuangan digunakan untuk menilai

perubahan potensial sumber daya ekonomi yang akan digunakan di masa yang

akan datang dan untuk memprediksi kapasitas produksi dari sumber daya

yang ada (Barlian, 2003). Didalam penelitian ini, kinerja keuangan diukur

dengan menggunakan rasio profitabilitas atau rentabilitasdan leverage.

1. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas atau rentabilitas yaitu rasio yang digunakan untuk

menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Dari rasio

profitabilitas perusahaan dapat melihat tingkat keuntungan yang dihasilkan. Untuk menjaga kelangsungan hidup suatu perusahaan, perusahaan harus berada dalam kondisi yang menguntungkan karena akan sulit bagi perusahaan untuk mendapatkan pinjaman dari kreditor dan akan dinilai buruk oleh investor. Rasio profitabilitas dapat diukur dengan net profit margin, gross profit margin, return on asset, return on investment, dan return on equity.

Didalam penelitian ini, rasio profitabilitas diproksikan dengan return

on asset (ROA) dan net profit margin (NPM). Menurut Sutrisno (2009) dalam Natalia, dkk (2011) ROA disebut juga rentabilitas karena

merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan

semua aktiva yang dimiliki. ROA diukur dengan laba sebelum bunga dan

pajak dibagi total aktiva. NPM digunakan untuk mengukur perusahaan

yang mendapat keuntungan lebih banyak. NPM dapat diperoleh dari

perbandingan laba operasi dengan pendapatan. Rasio NPM menunjukkan

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktivitas

operasionalnya.

2. Rasio Leverage

Rasio leverage merupakan rasio yang menjelaskan tentang besarnya

proporsi sumber-sumber pendanaan jangka panjang atau jangka pendek

terhadap ekuitas perusahaan. Leverage digunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam menjamin seluruh hutangnya dengan

modal yang dimiliki (Antonia, 2008). Pihak yang paling berkepentingan

terhadap rasio leverage adalah kreditur dan investor. Semakin besar

jumlah pendanaan dari pihak kreditur, semakin tinggi resiko perusahaan

tidak dapat melunasi hutangnya. bagi investor, semakin tinggi leverage,

semakin rendah tingkat pengembalian yang akan diterima.

Didalam penelitian ini, rasio leverage diproksikan dengan debt to

equity ratio (DER). Tingkat DER yang tinggi menunjukkan bahwa tingkat utang semakin tinggi sehingga menyebabkan beban bunga tinggi

sehingga mengurangi keuntungan. DER diukur dengan total hutang

dibagi total ekuitas.

D. Laporan Keuangan

Untuk menilai kinerja keuangan perusahaan, diperlukan laporan

keuangan sebagai informasi yang mendukung dalam menganilisis kondisi dan

hasil dari suatu laba.

Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari neraca, laporan laba-rugi,

perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara

misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan

lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dalam laporan

keuangan. Termasuk juga skedul dan informasi tambahan yang berkaitan

dengan laporan tersebut, misalnya informasi segmen industri dan geografis

serta pengungkapan perubahan harga (IAI 2007 : 2).

Bentuk-bentuk dari laporan keuangan yaitu :

1. Neraca

Neraca perusahaan menggambarkan posisi keuangan dari suatu

perusahaan dengan maksud untuk menunjukkan keadaan keuangan pada

tanggal tertentu (pada saat tutup buku).

2. Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi adalah laporan yang sistematis mengenai biaya,

penghasilan, dan laba rugi yang diperoleh suatu perusahaan selama

periode tertentu (Munawir, 2007:26). Laporan laba rugi bertujuan untuk

3. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas memberikan informasi untuk para pemakai dalam

mengevaluasi perubahaan dalam aktiva bersih perusahaan, struktur

keuangan dan pengaruh jumlah serta waktu arus kas dalam perubahan

keadaan dan peluang.

Tujuan dari laporan arus kas yaitu untuk menilai kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan

para pemakai mengembangkan model untuk menilai dan

membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa yang akan datang.

E. Penelitian Terdahulu

Julia Halim, et al (2005) melakukan penelitian terhadap 34 perusahaan

manufaktur yang termasuk indeks LQ-45 terlihat melakukan tindakan

manajemen laba. Asimetri informasi, kinerja masa kini dan masa depan,

faktor leverage, dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap

manajemen laba.

Jin dan Machfoedz (1994) menganalisis sejumlah rasio keuangan dan

menghubungkannya dengan perubahan laba di Indonesia. Pada penelitian

tersebut, Machfoedz menguji 17 rasio keuangan dengan menggunakan sampel

perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta yang

mempublikasikan laporan keuangannya dari tahun 1989-1992. Dengan

menggunakan MAXR-Procedure, hasilnya menunjukkan bahwa terdapat 13

rasio keuangan yang signifikan dalam memprediksi perubahan laba satu tahun

Husnaini dan Rosyida (2006) menganalisis faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap tindakan manajemen laba. Dari hasil penelitiannya

hanya pendanaan hutang yang mempengaruhi tindakan manajemen laba.

Hasil penelitian Juniarti dan Corolina (2005) memberikan hasil yang

sama dengan Noor (2004) yang membuktikan bahwa rasio profitabilitas tidak

berpengaruh terhadap tindakan manajemen laba.

Agnes Utari Widyaningdyah (2001) melakukan pengujian untuk

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba pada

perusahaan go public yang terdapat di Indonesia. Dari hasil pengujian tersebut

hanya faktor leverage yang berpengaruh terhadap manajemen laba.

Arnawa (2006) juga menemukan adanya pengaruh rasio profitabilitas

untuk mengindikasi praktik manajemen laba dengan cara meningkatkan laba

pada perbankan nasional untuk meningkatkan kinerja bank dan salah satu

faktor utama yang mempengaruhi bank melakukan manajemen laba.

Antonia (2008) melakukan pengujian pengaruh reputasi auditor,

proporsi dewan komisaris independen, leverage, kepemilikan manajerial dan

proporsi komite audit independen terhadap manajemen laba. Berdasarkan

hasil pengujian hanya leverage yang tidak berpengaruh terhadap manajemen

laba.

Kusumaning (2004) menguji faktor-faktor yang mempengaruhi

manajemen laba dan hanya rasio leverage yang terbukti tidak berpengaruh

Masodah (2006) membuktikan bahwa hanya debt to equtiy ratio yang

mempunyai pengaruh signifikan terhadap perataan laba pada sektor perbankan

dan lembaga keuangan.

Beatie et.al (1994) meneliti mengenai item extraodinary terhadap

income smoothing dan menyimpulkan bahwa rasio net profit margin (NPM) mempengaruhi perataan laba yang dilakukan manajer.

F. Kerangka Pemikiran

Manajemen laba merupakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh

manajer dari standar akuntansi yang ada dan secara alamiah manajer

perusahaan melakukan manajemen laba karena harga pasar saham suatu

perusahaan secara signifikan dipengaruhi oleh laba, resiko, dan spekulasi.

Perusahaan yang labanya selalu mengalami kenaikan dari periode ke

periode secara konsisten akan mengakibatkan resiko perusahaan ini

mengalami penurunan lebih besar dibandingkan prosentase kenaikan laba. Hal

inilah yang mengakibatkan banyak perusahaan yang melakukan pengelolaan

dan pengaturan laba sebagai salah satu upaya untuk mengurangi resiko.

Kinerja keuangan didefinisikan sebagai prestasi manajemen keuangan

untuk mencapai tujuan perusahaan yaitu menghasilkan keuntungan dan

meningkatkan nilai perusahaan. Kinerja keuangan yang diukur dengan

menggunakan rasio profitabilitas dan rasio leverage diharapkan dapat menjadi

indikator dalam pengambilan keputusan pihak investor dan kreditur.

Rasio profitabilitas yang merupakan indikator kinerja perusahaan dalam

terjadinya manajemen laba. Dimana profitabilitas khususnya return on asset

dan net profit margin diduga mempengaruhi manajemen laba.

Rasio leverage menunjukkan berapa besar perusahaan didanai oleh

kreditur dan investor. Semakin tinggi jumlah pendanaan yang berasal dari

kreditur maka semakin tinggi juga resiko yang dhadapi perusahaan terhadap

hutang-hutangnya. Menurut Agnes Utari Widyaningdyah (2001) perusahaan

dengan total utang yang tinggi akan cenderung melakukan tindakan

manajemen laba untuk menghindari perjanjian utang.

variabel independen (X)

variabel dependen(Y)

Gambar 2.1

Kerangka pemikiran penelitian G. Pengembangan Hipotesis

Rasio leverage merupakan rasio yang menjelaskan tentang besarnya

proporsi sumber-sumber pendanaan jangka panjang atau jangka pendek

terhadap ekuitas perusahaan. Leverage digunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam menjamin seluruh hutangnya dengan modal

yang dimiliki (Antonia, 2008). Rasio leverage:

Debt to equity ratio

Rasio profitabilitas:

Return on asset Net profit margin

Total utang perusahaan (leverage) yang diukur dengan menggunakan

debt to equity ratio, mempunyai pengaruh terhadap tindakan manajemen laba. Menurut Agnes Utari Widyaningdyah (2001) perusahaan dengan total utang

yang tinggi akan cenderung melakukan tindakan manajemen laba untuk

menghindari perjanjian utang. Penelitian lain juga dilakukan oleh Carlson dan

Bathala (1997) menyatakan bahwa perusahaan dengan utang yang besar akan

cenderung melakukan manajemen laba. Selain itu, Julia halim, et al (2005)

melakukan penelitian terhadap 34 perusahaan manufaktur yang termasuk

indeks LQ-45 terlihat melakukan tindakan manajemen laba. Asimetri

informasi, kinerja masa kini dan masa depan, faktor leverage, dan ukuran

perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

H1: Debt to equtiy ratio (DER) berpengaruh terhadap tindakan manajemen

laba pada perusahaan yang termasuk dalam indeks LQ-45.

Rasio kedua yang digunakan yaitu rasio profitabilitas. Menurut

Munawir (2007) dalam Nikmat (2004) Rasio profitabilitas atau rentabilitas

yaitu rasio yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam

mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas

manajemen suatu perusahaan. Manfaat rasio profitabilitas, yaitu:

1. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu

periode.

2. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun

3. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.

4. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal

sendiri.

5. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan.

Jenis rasio profitabilitas yang digunakan yaitu, return on asset (ROA) dan

Dokumen terkait