• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Faktor Risiko Low Back Pain (LBP)

2.3.4 Indeks Massa Tubuh (IMT)

Obesitas dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan yang menunjukkan terjadinya penimbunan lemak berlebihan dijaringan lemak tubuh. Kondisi ini disebabkan oleh ketidakseimbangan antara konsumsi kalori dengan kebutuhan energi, dimana konsumsi terlalu berlebihan dibandingkan dengan kebutuhan. Kelebihan tersebut disimpan dalam jaringan lemak. Seseorang dikatakan obesitas apabila mempunyai berat badan lebih dari 20% berat badan ideal. Indeks Masa Tubuh (IMT) merupakan petunjuk untuk menentukan kelebihan berat badan berdasarkan indeks quatelet (berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m2)). Formula IMT digunakan di seluruh dunia sebagai alat diagnosa untuk mengetahui berat badan yang kurus, normal, berlebih, dan obesitas.

15

Interprestasi IMT tergantung pada usia dan jenis kelamin seseorang karena memiliki kadar lemak tubuh yang berbeda. IMT adalah cara termudah untuk memperkirakan obesitas serta berkolerasi tinggi dengan massa lemak tubuh, selain itu juga penting untuk mengidentifikasi pasien obesitas yang mempunyai risiko komplikasi medis (Pudjiadi et al, 2010). Klasifikasi indeks masa tubuh (IMT) adalahsebagai berikut: <18,5 dikatakan underweight, 18,5-24,9 dikategorikan normal, IMT ≥25 dikategorikan overweight (kelebihan berat badan) dan IMT ≥30 dikatakan obesitas.

Menurut penelitian Septiawan (2012), bahwa Indeks Masa Tubuh (IMT) responden yang berisiko mengalami keluhan nyeri punggung bawah sebanyak 23 orang (46,9%), sedangkan sebanyak 26 orang (51,1%) memiliki Indeks Masa Tubuh tidak berisiko mengalami keluhan nyeri punggung bawah. 2.3.5 Sikap Kerja

Sikap kerja merupakan penilaian kesesuaian antara alat kerja yang digunakan oleh pekerja dalam bekerja dengan ukuran antropometri pekerja dengan ukuran-ukuran yang telah ditentukan (Budiono, 2005). Sikap kerja juga diartikan sebagai kecenderungan pikiran dan perasaan puas atau tidak puas terhadap pekerjaannya Septiawan (2012). Saat bekerja perlu diperhatikan postur tubuh dalam keadaan seimbang agar dapat bekerja dengan nyaman dan tahan lama (Merulalia, 2010). Terdapat 3 macam sikap dalam bekerja, yaitu : a. Sikap Kerja duduk

Grandjean (dalam Taha, 2006) menyatakan bekerja dengan posisi duduk mempunyai keuntungan yaitu pembebanan pada kaki yang minimal sehingga pemakaian energi dan keperluan untuk sirkulasi darah dapat dikurangi. Sedangkan menurut Clark dalam Taha (2006), posisi kerja duduk mempunyai

16

derajat stabilitas tubuh yang tinggi, dapat mengurangi kelelahan dan keluhan subyektif bila bekerja lebih dari dua jam. Di samping itu, tenaga kerja juga dapat mengendalikan tungkai dan kaki untuk melakukan gerakan. Sebaliknya, kerja dengan posisi duduk yang terlalu lama dapat menyebabkan tonus otot perut menurun dan tulang belakang akan melengkung sehingga dapat menyebabkan pekerja mudah lelah.

b. Sikap Kerja Berdiri

Sutalaksana dalam Taha (2006) menjelaskan posisi kerja berdiri merupakan posisi siaga baik fisik maupun mental sehingga aktivitas kerja yang dilakukan lebih cepat, kuat dan teliti. Tetapi pada dasarnya berdiri itu sendiri lebih melelahkan daripada duduk dan energy yang dikeluarkan untuk berdiri 10%-15% lebih banyak dibandingkan dengan duduk. Sikap kerja berdiri, apabila tenaga kerja harus bekerja pada periode yang lama, maka sering menimbulkan kelelahan.

Posisi/sikap kerja berdiri membutuhkan pengurangan beban fisiologis tubuh pada periode panjang, utamanya pergerakan darah dan penumpukan cairan tubuh di daerah paha (leg). Terkadang pembebanan berulang pada perut dan leher untuk jenis gerak menjangkau meraih maupun memutar. Keluhan biasanya terjadi karena lambat laun terasa berat pada otot vena, jarak raih di luar toleransi jangkauan normal, luasan kerja yang ketinggian atau kependekan, tidak tersedianya ruang gerak kaki (knee).

17

Berdasarkan penelitian bahwa tenaga kerja bubut yang telah terbiasa bekerja dengan posisi berdiri tegak dirubah menjadi posisi setengah duduk tanpa sandaran dengan setengah duduk dengan sandaran menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kelelahan otot biomekanik antar kelompok (Yeni dalam Priyadi, 2011). Posisi duduk dapat mengontrol kekuatan kaki dalam pekerjaan, akan tetapi harus memberi ruang yang cukup untuk kaki karena bila ruang yang tersedia sangat sempit maka sangatlah tidak nyaman.

Gambar 2.2 Mekanisme rasa nyeri pada posisi membungkuk. Sumber. Priyadi, 2011

Sikap kerja dapat menjadi suatu potensi bahaya apabila tidak diterapkan secara ergonomis. Sikap kerja yang alamiah yaitu sikap dalam proses kerja yang sesuai dengan anatomi tubuh, sehingga tidak terjadi pergeseran atau penekanan pada bagian tubuh yang penting seperti organ tubuh, syaraf, tendon, dan tulang tidak menyebabkan keluhan Musculoskeletal Disorders dan sistem tubuh lainnya (Baird dalam Merulalia, 2010). Menurut Saraswati (2015), keadaan bagian-bagian tubuh yang ergonomis dijelaskan sebagai berikut : a. Pada tangan dan pergelangan tangan

Bagian tangan dan pergelangan tangan mempunyai sikap normal yaitu berada dalam keadaan garis lurus sejajar dengan jari tengah, tidak miring ataupun mengalami fleksi atau ekstensi. Ketika penggunaan keyboard tidak ada penekanan pada pergelangan tangan.

18

b. Pada leher

Sikap atau posisi normal pada leher adalah lurus dan tidak miring ataupun memutar. Posisi miring pada leher tidak melebihi 200 sehingga tidak terjadi penekanan pada discus tulang cervical.

c. Pada bahu

Sikap atau posisi normal pada bahu adalah tidak dalam keadaan mengangkat dan siku berada dekat dengan tubuh sehingga bahu kiri dan kanan dalam keadaan lurus dan proporsional.

d. Pada punggung

Pada punggung sikap atau postur yang normal dari tulang belakang untuk bagian toraks adalah kiposis dan untuk bagian lumbal adalah lordosis serta tidak miring ke kanan atau ke kiri. Postur tubuh membungkuk tidak boleh lebih dari 200.

Sedangkan sikap kerja tidak alamiah adalah pergeseran dari gerakan tubuh atau anggota gerak yang dilakukan oleh pekerja saat melakukan aktifitas dan postur atau posisi normal secara berulang-ulang dalam waktu yang relatif lama. Gerakan dan postur janggal ini adalah suatu faktor risiko untuk terjadinya gangguan, penyakit dan cedera pada sistem muskuloskeletal. Punggung merupakan salah satu bagian tubuh yang berfungsi sebagai penopang otot. Karena itu sikap kerja tidak alamiah pada tangan dan bahu juga dapat mempengaruhi keadaan punggung dikarenakan punggung merupakan tempat penopang otot-otot bahu. Bentuk sikap kerja tidak alamiah pada punggung ditandai dengan gerakan punggung yang melakukan gerakan tidak alamiah secara terus-menurus (Merulalia, 2010). Menurut penelitian Munir (2012)

19

terdapat 10,2% pekerja dari bagian part supply yang mengalami LBP karena postur kerja janggal di PT.X.

Dokumen terkait