• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDEKS MASSA TUBUH (IMT) MENURUT MOORE MARY COURTNEY DENGAN KEKAMBUHAN PADA PENDERITA OSTEOARTHRITIS

(Index Body Mass by Moore Mary Courtney with Recurrence of Osteoarthritis

Patients)

Siti Nur Qomariah*, Muhammad Maftuh**

* Staf Pengajar Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Gresik Jl. AR. Hakim No. 2B Gresik, email : wf_ab@yahoo.co.id

** Mahasiswa PSIK FIK Universitas Gresik Jl. AR. Hakim No. 2B Gresik ABSTRAK

Seseorang yang menderita osteoarthritis dapat mengalami kekambuhan. Kekambuhan dapat ditandai dengan gejala seperti suara gesekan pada sendi, pembengkakan sendi, dan kekakuan pada sendi yang menyebabkan rasa sakit. Berat badan adalah salah satu faktor risiko yang menyebabkan kekambuhan. Orang dengan berat badan lebih, berisiko osteoarthritis dan kejadian kambuh lebih besar, dibandingkan dengan mereka yang memiliki berat badan kurang.

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, dengan purposive sampling didapatkan 29 responden pasien dengan osteoarthris. Variabel independen indeks massa tubuh dan variabel dependen kekambuhan osteoarthritis. Data diambil menggunakan kuesioner dan wawancara terstruktur. Analisis data menggunakan uji Spearman rho dengan tingkat signifikansi p <0,05.

Hasil penelitian ini menunjukkan bukti bahwa ada korelasi antara indeks massa tubuh berdasarkan Moore Mary Courtney dengan kekambuhan pasien dengan osteoarthritis didapatkan p= 0.014.

Responden dengan indeks massa tubuh yang berlebih, lebih sering mengalami kekambuhan osteoartritis daripada responden yang memiliki indeks massa tubuh kurang. Pencegahan dan pengobatan dengan meningkatkan status kesehatan, termasuk menjaga berat badan dan berolahraga secara teratur.

Kata kunci: Indeks massa tubuh, Kekambuhan osteoarthritis.

ABSTRACT

A person suffering from osteoarthritis may experience a recurrence. Recurrence can be characterized by a sound like the friction in the joint time-driven, swelling of the joints, and stiffness in the joints that cause pain. Weight is one of the risk factors lead to osteoarthritis recurrence. People with more weight, at risk of osteoarthritis and the incidence of relapse is greater, than those who have less weight.

This study uses cross sectional design, with purposive sampling. There are 29 respondents in patients with osteoarthritis recurrence. Variabel dependen body mass index and variabel independen recurrence osteoarthritis taken using quisioner and structured interviews. This data analyzes using spearman rho test with a significance level of p <0.05. The results of this study show evidence that there is a corelation between body mass index by Mary Courtney Moore of recurrence in patients with osteoarthritis of the significance of 0.014.

The conclusion of this study were responders with excessive body mass index often have a relapse osteoarthritis, of the respondents who have less body mass index. And for the prevention and treatment by improving their health status, including keeping your weight, exercise regularly.

PENDAHULUAN

Perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Tulang sebagai jaringan yang dinamis,mempunyai fungsi ganda yaitu fungsi mekanisme dan fungsi metabolik. Dalam fungsi mekanis, tulang merupakan suatu organ dinamis yang berubah setiap saat sehingga dapat berfungsi sebagai cadangan kalsium, magnesium, fosfor atau mineral lainnya yang penting dalam keseimbangan homeotasis (Misnaldiarly, 2010). Ada berbagai macam radang sendi, namun yang paling sering terjadi adalah osteoarthritis. Osteoarthritis merupakan penyakit kronis yang menyerang tulang rawan sendi dan jaringan disekitarnya dengan gejala nyeri, kaku dan hilangnya fungsi dari sendi. Osteoarthritis sering juga disebut radang sendi degeneratif, osteoarthritisjuga dialami oleh mereka yang berusia lebih muda, terutama disebabkan oleh cidera, infeksi atau beban terlalu berat pada sendi akibat kerja atau aktifitas dan pola makan yang berlebihan sehingga menyebabkan kegemukan (Misnaldiarly, 2010). Seseorang yang menderita osteoarthritis dapat mengalami kekambuhan. Kekambuhan tersebut dapat ditandai dengan bunyi seperti gesekan pada sendi waktu digerakkan, pembengkakan pada sendi, dan kaku pada sendi yang menimbulkan rasa nyeri. Berat badan merupakan salah satu faktor resiko yang dapat mendorong terjadinyaosteoarthritis.Orang- orang dengan berat badan lebih, beresiko terhadap timbulnya osteoarthritis yang lebih besar, dibandingkan orang-orang yang punya berat badan normal (Misnaldiarly, 2010). Berdasarkan data awal didapatkan pada bulan Oktober 2011 pasien dengan kekambuhan osteoarthritisyang berumur 45-64 tahun sebanyak 32 (Medical RecordPoli Syaraf RSUD Ibnu Sina, 2011). Survei awal penelitian dari 10 pasien osteoarthritis kebanyakan yang periksa adalah pasien lama > 2 tahun dan didapatkan 6 orang atau 60% mengalami nyeri pada engsel sendi selama digerakan, 100% mengalami kekambuhanosteoarthritis. Namun sampai saat ini hubungan indeks masa tubuh menurut Moore Mary Courtney dengan kekambuhan pada penderitaosteoartritisbelum dapat dijelaskan.

World Health Organisation (WHO) telah memperkirakan 40% dari populasi usia diatas 70 tahun menderita osteoarthritis dan 80% dari pasien osteoarthritis mempunyai keterbatasan gerak dalam berbagai derajat dari ringan sampai berat yang berakibat mengurangi kualitas hidup. Berdasarkan penelitian di Jawa Timur, penyakit osteoarthritis menyerang 13,5% dari penduduk usia 40 tahun ke atas, dan di Jawa Tengah osteoarthritis sebesar 5,1% dari seluruh penduduk (Misnaldiarly, 2010). Semakin tua usia manusia, semakin resiko untuk timbulnyaosteoarthritis, karenaosteoarthritis biasanya terjadi pada manusia usia lanjut, jarang dijumpai penderita osteoarthritis yang berusia dibawah 40 tahun (Susanto, 2009). Sebelum usia 50 tahun, prevalensi osteoarthritis lebih tinggi pada pria, tetapi setelah 50 tahun pada wanita-lah yang lebih tinggi (Misnaldiarly , 2010). Berdasarkan hasil data di Medical Record RSUD Ibnu Sina Gresik jumlah keseluruhan pasienosteoarthritis pada tahun 2010 sebanyak 1570 pasien. Pada bulan Januari - Okober 2011 sebanyak 3086 pasien, dengan rincian yang mengalami kekambuhan osteoarthritis pada umur 46-65 tahun sebanyak 308 pasien. Pada bulan Oktober yang mengalami kekambuhanosteoarthritispada umur 46-65 tahun sebanyak 32 pasien.

Penyakit osteoarthritis terjadi akibat tulang rawan yang menyambungkan ujung tulang dengan tulang yang lain menurun fungsinya. Permukaan halus tulang rawan ini menjadi kasar dan menyebabkan iritasi, jika tulang rawan menjadi kasar seluruhnya, maka tulang pangkal kedua yang bertemu menjadi rusak dan menyebabkan nyeri dan ngilu. Osteoarthritis disebabkan oleh kombinasi, seperti berat badan, proses penuaan, cedera engsel, kelelahan otot dan gen (Suasanto, 2009). Rasa nyeri pada osteoarthritis selalu dimulai secara bertahap, prosesnya lambat sampai bertahun tahun. Gejala yang sering pada penderita osteoarthritis adalah rasa nyeri merupakan keluhan utama yang sering kali membawa penderita ke dokter, walaupun sebelunya sendi sudah kaku dan berubah bentuknya. Biasanya nyeri sendi bertambah oleh gerakan, dan sedikit berkurang bila istirahat. Korelasi antara nyeri dan perubahan struktur padaosteoarthritissering ditemukan pada panggul, lutut (Misnaldiarly, 2010). Membawa beban lebih berat dari berat tubuh,

rawan pada engsel yang dapat terjadi di engsel manapun di sekujur tubuh (Susanto, 2009). Tapi umumnya, penyakit ini sering terjadi pada siku tangan, lutut, pinggang dan panggul. Penurunan berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan. Selain itu berat badan juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari osteoarthritis. Dengan diketahui bahwa tulang mempunyai fungsi yang begitu penting, maka penanganan osteoarthritis harus diusahakan secara optimal, dengan lebih dulu memahami keluhan- keluhan yang ditimbulkan osteoarthritis tersebut. Osteoarthritis dapat menimbulkan gangguan kapasitas fisik berupa, nyeri, adanya spasme otot, keterbatasan lingkup gerak sendi karena nyeri, penurunan kekuatan otot dan aktivitas lain yang memerlukan penumpuan berat badan (Michlovitz, 1999).

Rumah sakit selama ini menggunakan penatalaksanaan osteoarthritis dengan mengatur diet selain obat-obatan. Pada diet normal untuk membatasi asupan purin biasanya mencapai 600-900 mg/hari. Namun penderitaosteoarthritis kebutuhan purin menjadi 120- 150 mg/hari. Purin merupakan salah satu bagian dari protein. Membatasi asupan purin berarti juga mengurangi konsumsi makanan yang berprotein tinggi, mengatur pola makan sesuai dengan jumlah kalori makanan yang di butuhkan sesuai aktifitasnya, serta olah raga yang teratur. Asupan protein yang dianjurkan bagi penderita osteoarthritis adalah sekitar 50-70 gram atau 0,81 gr/kg berat badan per hari (Irawan Syahrzad, 2010). Mengistarahatkan sendi secara rutin sangat membantu meringankan dan mengurangi nyeri dan olahraga yang tepat (termasuk perengangan dan penguatan) sebetulnya dapat membantu mempertahankan tulang rawan, meningkatkan daya gerak sendi, dan kekuatan otot-otot disekitarnya, sehingga otot dapat menyerap benturan dengan lebih baik. Upaya mengatasi masalah tersebut diatas, sebagai petugas kesehatan diharapkan dapat memberi informasi cara pencegahan dan bagaimana penangannya yang dialami oleh penderita osteoarthritis agar penderita menjadi normal atau mendekati normal dengan cara meningkatkan status kesehatan. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk menjelaskan hubungan indeks massa tubuh menurut Moore Mary Courtney dengan kekambuhan pada penderitaosteoarthritis.

METODE DAN ANALISA

Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian survey analitik dengan desain cross sectional,yang dilakukan di Poli Saraf RSUD Ibnu Sina Gresik pada bulan Februari 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien osteoarthritis yang yang mengalami osteoarthritisdi Poli Saraf RSUD Ibnu Sina Gresik ada 32 orang. Dengan menggunakan teknik sampling purposive sampling, maka besar sampelnya adalah sebanyak 29 orang berdasarkan kriteria inklusi yang telah ditetapkan. Variabel Independen pada penelitian ini adalah indeks massa tubuh menurut Moore Mery Courtney, sedangkan variabel dependennya adalah kekambuhan osteoarthritis. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi dan lembar kuesioner dengan wawancara terstruktur. Data yang telah disajikan secara tabulasi silang antara variabel independen dan dependen, selanjutnya diuji dengan menggunakan uji korelasispearman rhodengan tingkat kemaknaan= 0,05, artinya jika p < 0,05, maka H1 diterima.

HASIL DAN PEMBAHASAN