Berdasarkan BPS, Indeks Pembangunan Manusia merupakan
indeks yang digunakan untuk mengukur kualitas pembangunan manusia
atau kesejahteraan yang berjalan dalam suatu daerah, pengukuran indeks
ditunjukkan melalui angka kesehatan, pendidikan dan pengeluaran per
kalpital atau daya beli masyarakat yang dihitung dalam kurun waktu
tertentu (biasanya dalam satu tahun).
Ukuran pembangunan yang digunaka selama ini, yaitu PDB dalam
konteks Nasioanla dan PDRB dalam konteks daerah regional, hanya
mampu memotret pembangunan ekonomi saja. Karena itu dibutuhkan
suatu indikator yang lebih komprehensif, yang mempu menangkap tidak
saja perkembangan ekonomi semata tetapi juga perkembangna aspek
sosial serta kesejahteraan manusia. Pembangunan manusia memiliki
banyak dimensi. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) meryupakan ukuran
perkembangannya. Perhitungan IPM sebagai indikator pembangunan
manusia memiliki tujuan pendting, antara lain:
a. Membangun indikator yang mengukur dimensi dasar pembangunan
manusia dan perluasaan kebebasan memilih.
b. Memanfaatkan sejumlah indikator untuk menjaga ukuran tersebut
sederhana.
c. Membentuk satu indeks komposit daripada menggunakan sejumlah
indeks dasar.
d. Menciptakan suatu ukuran yang mencakup aspek sosial dan
ekonomi. Indeks tersebut merupakan indeks dasar yang tersusu
dari dimensi berikut: umur panjang yaitu kehidupan yang sehat,
dengan indikator angka harapan hidup, pengetahuna, yang diukur
dengan angka melek huruf serta kombinasi dari angka partisipasi
sekolah untuk tingkat dasar, menengah, dan tinggi. Yang terakhir
di nilai dari tingkat standar hidup layak, dengan indikator PDRB
per kapital dalam bentuk Purchasing Power Parity (PPP).
Konsep pembangunan manusia yang dikembangkan oleh Perserikatan
Bangsa-bangsa (PBB), menetapkan peringkat kinerja pembangunan pada skala
0,0-100,00 dengan kategori sebagai berikut:
1. Tinggi IPM lebih dari 80,00
2. Menengah atas : IPM antara 66,00-79,9
3. Menengah bawah: IPM antara 50,00-65,9
Rumus Komponen-komponen IPM sebagai berikut:
Xi = Indikator komponen IPM ke i dimana i = 1, 2, 3
XiMax = Indikator Maksimum Xi
XiMin = Indikator Minimum Xi
1. Indek Harapan Hidup
Indeks Harapan Hidup merupakan indeks yang digunakan
untuk mengukur seberapa lama jumlah hidup yang seseorang
diharapkan dapat dinikmati penduduk pada suatu wilayah tertentu,
dengan cara menggunakan informasi angka kelahiran serta kematian
per tahun. Dalam komponen ini diharapkan akan tercermin rata-rata
angka lama hidup sekaligus angka hidup sehat masyarakat.
Tabel 2.1.
Standar Nilai Komponen IPM
No Komponen Nilai Maksimum Nilai Minimum
1. Angka Harapan Hidup
(tahun) 83,04 20
2. Angka Lama Sekolah
(EYS/tahun) 18 0
3. Angka Rata-rata Lama
Sekolah (tahun) 15 0 4. Pengeluaran per Kapital Disesuaikan 26.572.352** (IDR) 1.007.436* (IDR) Sumber : Data Strategi DIY 2015
Ket : *Daya beli minimum garis kemiskina terendah kabupaten tahun 2010 (data empiris) yakni di Tolokara-Papua
**Daya beli Maksimum yakni nilai tertinggi kabupaten diproyeksikan hingga 2025 (akhir RPJPN) yakni perkiraan pengeluaran perkapital Jakarta Selatan pada tahun 2025
Metode tidak langsung (Brass, Varian Trussel) digunakan jika
mengalami kesulitan dalam mendapatkan informasi orang yang telah
meninggal dalam kurun waktu tertentu, dalam metode ini data dasar
yang diperlukan adalah rata-rata anak yang beru lahir serta rata-rata
anak yang masih hidup dari seorang wanita yang telah menikah. Dalam
singkatnya, proses penghitungan angka harapan hidup ini disediakan
oleh program Mortpak. nilai maksimum dan minimum untuk
mendapatkan Indeks Harapan Hidup pada tabel 2.1.
2. Indeks Pendidikan
Komponen pendidikan merupakan faktor yang cukup penting
dalam pembangunan. Dimana pendidikan adalah upaya untuk melatih
karakter atau budi pekerti (kekuatan batin) dan intelektual anak, agar
dapat memajukan standar hidup selaras dengan dunianya, pendidikan
yang baik dan berkualitas akan dapat mencetak generasi-generasi yang
tangguh serta memiliki daya saing yang tinggi.
Berdasarkan Amrullah.S (2016) terdapat 3 macam pendidikan
anak diantaranya yaitu:
1. Pendidikan Formal yaitu pendidikan yang ada dalam lingkup
lembaga Pemerintahan, yang dijalankan sesuai kebijakan
pemerintah diantaranya, Sekolah Dasar (SD), Sekolah
Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Akhir
(SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sampai ke
2. Pendidikan Informal yaitu, pendidikan yang diperoleh
melalui pendidikan dalam keluarga iantaranya seperti,
pendidikan akhlak, moral anak, keagamaan, cara
berinteraksi terhadap sesama dan pendidikan lainnya yang
belum tentu diperoleh dalam pendidikan formal.
3. Pendidikan Non-formal yaitu, pendidikan yang diperoleh
melalui masyarakat yang sistematis dan terorganisir, dalam
penyelenggaraan pendidikan non-formal berada diluar
sistem pendidikan formal, seperti kegiatan membentuk
karakteristik atau bakat anak seperti: les alat-alat musik, olah
raga, menari dan lain sebagainya.
Dalam perhitungan Indeks Pendidikan terdapat 2 indikator, yakni
angka melek huruf (Lit) serta rata-rata lama sekolah (MYS), dimana dalam
pengukurannya menggunakan jumlah penduduk yang berumur 15 tahun
keatas disebabkan pada kenyataannya penduduk pada usia tersebut sudah
banyak yang berhenti dalam sekolahnya. Batasan ini sebagai patokan agar
angka-angka yang diperoleh lebih mencerminkan kondisi pendidikan yang
sebenarnya mengingat pada usia 15 tahun kebawah kebanyakan masih
dalam proses sekolah atau akan melanjutkan sekolah, sehingga belum
pantas untuk digunakan sebagai gambaran rata-rata lama sekolah.
Indikator tersebut diharapkan dapat menggambarkan tingkat
pengetahuan penduduk yang mencerminkan tingkat angka melek huruf
memeliki kemampuan baca tulis dan mampu menyerap berita dari
berbagai media. Sedangkan gambaran angka MYS diambil dari
keterampilan yang dimiliki masyarakat secara keseluruhan, penghitungan
MYS secara tidak langsung pertama-tama dengan faktor konversi terhadap
variabel pendidikan yang ditamatkan selanjutnya menghitung rata-rata dari
veriabel sesuai dengan bobotnya.
Kemudian setelah diperoleh angka Lit dan MYS, dilakukan
penyesuaian agar kedua nilai ini berada pada skala yang sama yakni antara
0 – 1, setelah kedua nilai disesuaikan ini disatukan untuk mendapatkan indeks pendidikan dengan perbandingan bobot 2 untuk Lit dan 1 untuk
MYS sesuai dengan yang telah ditentukan UNDP. Dapat dirumuskan
sebagai berikut:
IP =2/3 Indeks Lit + 1/3 Indeks MYS ...(2.1)
Pada saat proses pelaksanaan pembangunan, melalui
pemberantasan buta aksara merupakan upaya penting untuk membenahi
indeks manusia, apabila program pendidikan berhasil maka akan
menimbulkan rasa percaya diri penduduk. Dimana rasa tersebut tumbuh
dan berupaya memberantas kemiskinan yang mereka alami.
3. Indeks Standar Hidup Layak
Aspek kehidupan yang layak yang diukur dari daya beli
masyarakat (pengeluaran per kapital riil yang disesuiakan), UNDP
menggunakan indikator yang dikenal dengan real per kapital GDP
nilai pengeluaran per kapita dan paritas daya beli (Purcashing Power
Parity-PPP). Rata-rata pengeluaran per kapita setahun diperoleh dari
Susenas, perhitungannya dari level provinsi hingga level kabupaten/kota.
Rata-rata pengeluaran per kapita dijadikan konstan/riil dengan
menggunakan tahun dasar 2012 = 100. Perhitungan paritas daya beli yang
diterapkan pada metode baru menggunakan 96 komoditas dimana 66
komoditas merupakan makanan dan sisanya merupakan komoditas non-
makanan. Metode paritas daya beli menggunakan Metode Rao dalam
penghirungannya (Data Strategi, 2015:119).
Dalam penggunaan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah
untuk memberikan gambaran untuk memberi penentuan pada kebijakan
utama yang lebih prioritas dalam pembangunan yang dijalankan, hal ini
bermanfaat agar proses pengalokasian anggaran sepadan terhadap
kebijakan umum yang telah ditentukan oleh si pembuat keputusan dan
pembuat kebijakan. Rumus IPM sebagai berikut:
IPM =
Indeks Pendidikan = 1/2 (Indeks harapan lama sekolah + indeks rata-rata
lama sekolah).
Angka IPM memberikan gambaran komprehensif mengenai tingkat
pencapaian pembangunan manusia sebagai dampak dari kegiatan
pembangunan yang dilakukan oleh suatu negara/daerah. Maka semakin
tinggi nilai IPM menunjukkan pencapaian pembangunan manusianya
kategori “rendah” rentang antara 50 hingga 79 masuk kriteria menengah
dan nilai 80 ke atas merupakan kelompok “tinggi” (Data Strategi,
2015:112).
F. Pengeruh Variabel Independen terhadap Variabel Dependen