• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSENTASE PRAKTIK BABS DI KABUPATEN LUWU TAHUN 2013

3.8. Indeks Resiko Sanitasi (IRS)

Ya 1 25.0 16 8.2 7 8.4 24 8.5

E. Orang dewasa laki-laki Tidak 4 100.0 150 76.9 75 90.4 229 81.2

Ya 0 .0 45 23.1 8 9.6 53 18.8

F. Orang dewasa perempuan Tidak 3 75.0 110 56.4 54 65.1 167 59.2 Ya 1 25.0 85 43.6 29 34.9 115 40.8

Sekitar 40.000 anak lndonesia meninggal setiap tahun akibat diare (Unicef 2002; dikutip dari facts sheet ISSDP, 2006). Bukan hanya itu, diare juga ikut menyumbang pada angka kematian balita yang disebabkan faktor gizi buruk. Dalam studi global disimpulkan bahwa dari 3,6 juta kematian akibat gizi buruk, sekitar 23% ternyata disebabkan oleh diare (Fishman, dkk., 2004). Diare sebetulnya dapat dicegah dengan cara yang mudah. Sekitar 42-47% resiko terkena diare dapat dicegah bila orang dewasa, khususnya pengasuh anak mencuci tangan pakai sabun pada waktu-waktu yang tepat. Bila dikonversikan, sekitar 1 juta anak dapat diselamatkan hanya dengan mencuci tangan pakai sabun (Curtis & Cairncross, 2003).

3.8. Indeks Resiko Sanitasi (IRS)

Untuk mendapatkan target area survey EHRA, digunakan metode Klustering. Dimana penetapan kluster dilakukan berdasarkan 4 (empat) kriteria utama yaitu kepadatan penduduk, angka kemiskinan, kawasan rawan genangan/banjir dan terlewati sungai. POKJA bersama Tim EHRA menentukan ruang lingkup studi dengan pertimbangan survey akan dilakukan tidak hanya di daerah IKK dan perl-urban, tapi juga di daerah perdesaan, maka kecamatan dan desa/kelurahan akan dipilih secara acak dan proporsional untuk mewakili klusternya. Desa/kelurahan yang terpilih sebanyak 30 desa/kelurahan dengan 40 Responden untuk tiap desa/kelurahan. Jadi, total 1.200 responden yang mewakili hasil Indeks Resiko Sanitasi untuk kabupaten Luwu.

Kluster Desa/Kelurahan Total

Variabel Katagori 2 3 4 7 8

n % n % n % n %

H.1 Kapan waktu paling dekat anggota keluarga ibu terkena

Laporan Pelaksanaan dan Hasil STUDI EHRA

POKJA SANITASI KABUPATEN LUWU

diare Kemarin 0 .0 15 2.0 6 1.5 21 1.8 1 minggu terakhir 1 2.6 56 7.4 12 3.0 69 5.8 1 bulan terakhir 2 5.1 46 6.1 18 4.5 66 5.5 3 bulan terakhir 0 .0 26 3.4 21 5.3 47 3.9 6 bulan yang lalu 1 2.6 13 1.7 8 2.0 22 1.8 Lebih dari 6

bulan yang lalu

0 .0 29 3.8 16 4.0 45 3.8 Tidak pernah 35 89.7 563 74.3 317 79.3 915 76.4 A. Anak-anak balita Tidak 2 50.0 157 80.5 55 66.3 214 75.9

Ya 2 50.0 38 19.5 28 33.7 68 24.1

B. Anak-anak non balita Tidak 4 100.0 167 85.6 70 84.3 241 85.5

Ya 0 .0 28 14.4 13 15.7 41 14.5

C. Anak remaja laki-laki Tidak 4 100.0 181 92.8 78 94.0 263 93.3

Ya 0 .0 14 7.2 5 6.0 19 6.7

D. Anak remaja perempuan Tidak 3 75.0 179 91.8 76 91.6 258 91.5

Ya 1 25.0 16 8.2 7 8.4 24 8.5

E. Orang dewasa laki-laki Tidak 4 100.0 150 76.9 75 90.4 229 81.2

Ya 0 .0 45 23.1 8 9.6 53 18.8

F. Orang dewasa perempuan Tidak 3 75.0 110 56.4 54 65.1 167 59.2 Ya 1 25.0 85 43.6 29 34.9 115 40.8

Resiko Sanitasi diartikan sebagai terjadinya penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan dan atau lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sektor sanitasi dan perilaku higiene dan sanitasi. Indeks Resiko Sanitasi (IRS) diartikan sebagai ukuran atau tingkatan resiko sanitasi, dalam hal ini adalah hasil dari analisis Studi EHRA. Manfaat penghitungan Indeks Resiko Sanitasi (IRS) adalah sebagai salah satu komponen dalam menentukan area beresiko sanitasi.

Laporan Pelaksanaan dan Hasil STUDI EHRA

POKJA SANITASI KABUPATEN LUWU

2. Air Limbah Domestik 3. Persampahan 4. Genangan Air

5. Perilaku Higiene dan Sanitasi

Setelah dianalisa berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan untuk 1.200 responden, diperoleh Indeks Resiko Sanitasi (IRS) (tabel 3.8, tabel, 3.9 dan gambar 3.21)

Tabel 3.8. Indeks Resiko Sanitasi

Kluster Desa/Kelurahan

Variabel Katagori 2 3 4

% % %

1.1 Sumber air terlindungi Tidak, sumber air berisiko tercemar

59.0 48.9 59.0

Ya, sumber air terlindungi

41.0 51.1 41.0 1.2 Penggunaan sumber air tidak terlindungi. Ya 12.8 18.2 34.0

Tidak 87.2 81.8 66.0

1.3 Kelangkaan air Ya 17.9 18.5 29.0

Tidak 82.1 81.5 71.0

2.1 Tangki septik suspek aman Tidak 38.5 40.8 45.8

Ya 61.5 59.2 54.3

2.2 Pencemaran karena pembuangan isi tangki septik Ya 100.0 98.5 100.0

Tidak .0 1.5 .0

2.3 Pencemaran karena SPAL Ya 69.2 55.9 56.3

Tidak 30.8 44.1 43.8

3.1 Pengelolaan sampah Tidak 100.0 97.4 97.3

Ya .0 2.6 2.8

3.3 Ketepatan waktu pengangkutan sampah Tidak tepat waktu

.0 50.0 100.0 tepat waktu .0 50.0 .0 3.2 Frekuensi pengangkutan sampah Tidak memadai .0 100.0 50.0

memadai .0 .0 50.0

3.4 Pengolahan sampah setempat Tidak diolah 100.0 95.4 88.0

diolah .0 4.6 12.0

4.1 Adanya genangan air Ya 25.6 28.4 68.5

Tidak 74.4 71.6 31.5

5.1 CTPS di lima waktu penting Tidak 100.0 94.3 91.5

Ya .0 5.7 8.5

5.2.a. Apakah lantai dan dinding jamban bebas dari tinja?

Laporan Pelaksanaan dan Hasil STUDI EHRA

POKJA SANITASI KABUPATEN LUWU

5.2.b. Apakah jamban bebas dari kecoa dan lalat? Tidak 23.1 42.3 43.5 Ya 76.9 57.7 56.5 5.2.c. Keberfungsian penggelontor. Tidak 23.1 36.1 39.0 Ya 76.9 63.9 61.0 5.2.d. Apakah terlihat ada sabun di dalam atau di dekat jamban? Tidak 28.2 43.7 41.8 Ya 71.8 56.3 58.3 5.3 Pencemaran pada wadah penyimpanan dan penanganan air Ya,Tercemar 2.6 10.4 9.8 Tidak tercemar 97.4 89.6 90.3 5.4 Perilaku BABS Ya, BABS 33.3 45.8 41.0 Tidak 66.7 54.2 59.0 Tabel 3.9. Komponen Indeks Resiko Sanitasi Variabel Bobot KLUSTER 0 KLUSTER 1 KLUSTER 2 KLUSTER 3 KLUSTER 4 1. SUMBER AIR - - 27 26 38

1.1 Sumber air tercemar 25% - - 15 12 15

1.2 Penggunaan sumber air tidak terlindungi. 25% - - 3 5 9

1.3 Kelangkaan air 50% - - 9 9 15

2. AIR LIMBAH DOMESTIK - - 69 65 67

2.1 Tangki septik suspek aman 33% - - 13 14 15

2.2 Pencemaran karena pembuangan isi tangki septik 33% - - 33 33 33

2.3 Pencemaran karena SPAL 33% - - 23 19 19

3. PERSAMPAHAN - - 50 86 84

3.1 Pengelolaan sampah 25% - - 25 24 24

3.2 Frekuensi pengangkutan sampah 25% - - - 25 13

3.3 Ketepatan waktu pengangkutan sampah 25% - - - 13 25

3.4 Pengolahan setempat 25% - - 25 24 22

Laporan Pelaksanaan dan Hasil STUDI EHRA

POKJA SANITASI KABUPATEN LUWU

4. GENANGAN AIR - - 26 28 69

4.1 Adanya genangan air 100% - - 26 28 69

5. PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT - - 41 48 46

5.1 CTPS di lima waktu penting 25% - - 25 24 23

5.2.a. Apakah lantai dan dinding jamban bebas dari tinja? 6% - - 2 3 3

5.2.b. Apakah jamban bebas dari kecoa dan lalat? 6% - - 1 3 3

5.2.c. Keberfungsian penggelontor. 6% - - 1 2 2

5.2.d. Apakah terlihat ada sabun di dalam atau di dekat jamban? 6% - - 2 3 3

5.3 Pencemaran pada wadah penyimpanan dan penanganan air 25% - - 1 3 2

5.4 Perilaku BABS 25% - - 8 11 10

Gambar 3.21. Grafik Indeks Resiko Sanitasi (IRS)

- - 27 26 38 - -69 65 67 - -50 86 84 - -26 28 69 - -41 48 46 -50 100 150 200 250 300 350

INDEKS RESIKO SANITASI

KABUPATEN LUWU TAHUN 2013

5. PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT

4. GENANGAN AIR 3. PERSAMPAHAN 2. AIR LIMBAH DOMESTIK 1. SUMBER AIR

Laporan Pelaksanaan dan Hasil STUDI EHRA

POKJA SANITASI KABUPATEN LUWU

Berdasarkan gambar 3.21. Indeks Resiko Sanitasi Kabupaten Luwu tahun 2013, penyebab rawan sanitasi untuk desa/kelurahan pada kluster 2 adalah Air Limba Domestik 69% , persampahan 45%. Desa/kelurahan dan perilaku higiene dan sanitasi 41%, dalam Kluster 3 Persampahan 86% , air limbah domestik 65%, dan yang menyebabkan rawan sanitasi adalah perilaku higiene dan sanitasi 48% kluster 4 adalah persampahan 84%,air genangan 69% dan air limbah domestik 67%,.

BAB IV

P E N U T U P

Salah satu tujuan dari studi EHRA ini selain mendapatkan data faktual mengenai informasi kondisi sanitasi masyarakat saat ini, juga menjadi media promosi kesehatan oleh kader/petugas kesehatan yang ditugaskan untuk menjadi enumerator. Pesan-pesan kesehatan dan Prohisan juga disisipkan dalam proses pengambilan data walaupun penyampaian informasi kesehatan tersebut sebatas kepada responden yang menjadi sampel.

Hail studi/kajian EHRA ini nantinya akan menjadi salah satu acuan utama dan masukan dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS) dan Strategi Sanitasi Kota (SSK). Pemetaan masalah sanitasi yang didapatkan melalui proses EHRA diharapkan akan menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan program pembangunan sanitasi dan penyehatan lingkungan di Kabupaten Luwu.

Laporan Pelaksanaan dan Hasil STUDI EHRA

POKJA SANITASI KABUPATEN LUWU

Pada penentuan area beresiko, skoring yang didapatkan dari hasil kajian ini akan menjadi salah satu indikator penting. Hasil IRS EHRA nantinya akan disandingkan dengan persepsi SKPD dan data sekunder sanitasi. Kemudian outputnya berupa klustering area beresiko, yang nantinya menjadi bahan pertimbangan prioritas pengembangan sanitasi.

Studi EHRA ini idealnya dilakukan secara berkala dan berlanjut. Secara rutin akan diadakan pemutakhiran data dan penambahan target sampel studi. Studi EHRA saat ini akan menjadi baseline yang nantinya akan selalu dilakukan updating secara rutin/berkala.

Sebagai masukan dan saran untuk studi EHRA selanjutnya, adalah sebagai berikut : 1. Penambahan area sampel studi EHRA

2. Peningkatan kemampuan tenaga enumerator melalui pelatihan-pelatihan, penetapan kesamaan indikator khususnya pada jenis sarana sanitasi. Pemberian simulasi pengisisan kuisioner yang lebih akurat.

Dokumen terkait