• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indeks Risiko Sanitasi (IRS)

Dalam dokumen 1.1 Latar Belakang Tujuan dan Manfaat (Halaman 29-35)

Indeks Resiko Sanitasi (IRS) didapat dari hasil pengolahan studi EHRA yang diolah di syntax. Di dalam Indeks Resiko sanitasi tergambarkan mengenai resiko-resiko sanitasi dari sumber air, persampahan, genangan air, perilaku hygiene dan sanitasi serta air limbah domestic.

Dalam pelaksanaan studi EHRA di Kabupaten Gianyar ada 4 kluster/strata berdasarkan hasil stratifikasi yang menjadi kesepakatan dan komitmen bersama pokja sanitasi, terdiri dari strata 0, strata 1, strata 2 dan strata 3. Nantinya dari hasil indeks resiko sanitasi ini akan diolah lagi ke dalam area beresiko sanitasi bersama dengan persepsi SKPD dan data sekunder yang ada dalam Instrumen Profil Sanitasi. Ketiga jenis data tersebut : data sekunder, persepsi SKPD dan IRS hasil EHRA akan dioverlay sehingga menghasilkan suatu pemetaan area beresiko sanitasi yang terdiri dari resiko sanitasi sangat tinggi atau area sangat beresiko sanitasi, area beresiko tinggi, area beresiko sedang dan area beresiko ringan atau tidak beresiko sanitasi. Berikut akan disajikan grafik tentang Indeks Resiko sanitasi per strata/kluster :

Gambar 3.21. Grafik Indeks Resiko Sanitasi

Grafik diatas, memberikan gambaran kondisi sanitasi berdasarkan studi EHRA, dapat disimpulkan beberapa permasalahan utama pada tiap strata adapun penjabaran permasalahan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Strata 0 dengan total skor yaitu terdiri dari Desa Temesi dan Desa Guwang memiliki permasalahan utama

air limbah domestik dengan skor 47, kemudian perilaku higiene dan sanitasi dengan skor 31, dilanjutkan permasalahan persampahan sebesar 29 lalu permasalahan sumber air dengan skor 22 dan genangan/ banjir dengan skor 8.

2. Strata 1 yaitu terdiri dari Desa Batuan Kaler dan Desa Sumita memiliki permasalahan utama persampahan dengan skor tertinggi 81, kemudian air limbah domestik dengan skor 47, perilaku higiene dan sanitasi dengan skor 30, dilanjutkan permasalahan sumber air dan genangan/ banjir dengan skor 9.

3. Strata 2 yaitu terdiri dari Desa Singapadu, Desa Singakerta, Desa Taro dan Desa Kelusa memiliki permasalahan utama air limbah domestik dengan skor 53, kemudian persampahan dengan skor 49, dilanjutkan permasalahan perilaku higiene dan sanitasi sebesar 34 lalu permasalahan sumber air dengan skor 17 dan genangan/ banjir dengan skor 12.

4. Strata 3 yaitu terdiri dari Desa Batubulan Kangin, Desa Belega, Desa Buruan dan Desa Pejeng Kelod memiliki permasalahan utama air limbah domestik dengan skor 69, kemudian persampahan dengan skor 45, perilaku higiene dan sanitasi dengan skor 33, lalu permasalahan sumber air dengan skor 13 dilanjutkan permasalahan genangan/ banjir dengan skor 10.

Dari hasil perhitungan bobot scoring hasil EHRA maka dapat diketahui kategori tingkat resiko sanitasi, adapun hasil scoring EHRA dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.8. Hasil scoring EHRA untuk semua Desa/ Kelurahan

Strata 0

Nilai IRS Skor EHRA

1 Desa Guwang 138 1

2 Desa Temesi 138 1

3 Desa Sidan 138 1

Strata 1

2 Singapadu Tengah 176 4 Strata 1

Nilai IRS Skor EHRA

3 Singapadu Kaler 176 4 4 Batuan Kaler 176 4 5 Kemenuh 176 4 6 Tulikup 176 4 7 Samplangan 176 4 8 Beng 176 4 9 Suwat 176 4 10 Petak 176 4 11 Petak Kaja 176 4 12 Sumita 176 4 13 Pejeng Kaja 176 4 14 Peliatan 176 4 15 Ubud 176 4 16 Sayan 176 4 17 Kedewatan 176 4 18 Melinggih Kelod 176 4 Strata 2 1 Batubulan 165 3 2 Ketewel 165 3 3 Sukawati 165 3 4 Singapadu 165 3 5 Pering 165 3 6 Abianbase 165 3 7 Gianyar 165 3 8 Bakbakan 165 3 9 Siangan 165 3 10 Tegal tugu 165 3 11 Pejeng Kawan 165 3 12 Sanding 165 3 13 Manukaya 165 3 14 Singakerta 165 3 15 Petulu 165 3 16 Keliki 165 3 17 Kenderan 165 3 18 Kedisan 165 3 19 Pupuan 165 3 20 Sebatu 165 3 21 Taro 165 3 22 Melinggih 165 3 23 Kelusa 165 3

24 Beresela 165 3 Strata 2

Nilai IRS Skor EHRA

25 Bukian 165 3 26 Puhu 165 3 27 Buahan 165 3 28 Buahan Kaja 165 3 29 Kerta 165 3 Strata 3 1 Batubulan Kangin 170 4 2 Batuan 170 4 3 Saba 170 4 4 Keramas 170 4 5 Medahan 170 4 6 Bona 170 4 7 Belega 170 4 8 Blahbatuh 170 4 9 Buruan 170 4 10 Bedulu 170 4 11 Lebih 170 4 12 Serongga 170 4 13 Bitera 170 4 14 Pejeng 170 4 15 Pejeng Kelod 170 4 16 Pejeng Kangin 170 4 17 Tampak Siring 170 4 18 Lodtunduh 170 4 19 Mas 170 4 20 Tegalalang 170 4

Keterangan warna Area Beresiko

Kurang Beresiko (138 – 147) 1 Resiko Sedang (148 – 157) 2

Resiko Tinggi (158 – 167) 3 Resiko Sangat Tinggi (168 – 176) 4

Dari Tabel 3.8 diatas Maka hasil analisa indeks risiko sanitasi adalah sebagai berikut:

1. Kategori area berisiko sangat tinggi pada anggota strata 1 (18 desa ) dengan nilai/skor 176, dimana risiko sanitasi paling tinggi adalah persampahan sebesar 81, air limbah domestic 47, perilaku hidup bersih dan sehat 30 dan sumber air serta genangan air 9.

2. Kategori area berisiko sangat tinggi juga ada pada anggota strata 3 (20 desa) dengan nilai/skor 170, dimana risiko sanitasi paling tinggi adalah air limbah domestik sebesar 69, persampahan 45, perilaku higiene dan sanitasi dengan skor 33, lalu permasalahan sumber air dengan skor 13 dilanjutkan permasalahan genangan/ banjir dengan skor 10.

3. Kategori area berisiko tinggi pada anggota Strata 2 ( 29 desa) dengan nilai/skor 165 dimana risiko sanitasi paling tinggi adalah permasalahan utama air limbah domestik dengan skor 53, kemudian persampahan dengan skor 49, dilanjutkan permasalahan perilaku higiene dan sanitasi sebesar 34 lalu permasalahan sumber air dengan skor 17 dan genangan/ banjir dengan skor 12.

4. Kategori area berisiko rendah pada anggota Strata 0 ( 3 desa) yaitu dengan nilai/skor 138, dimana risiko sanitasi paling tinggi permasalahan utama air limbah domestik dengan skor 47, kemudian perilaku higiene dan sanitasi dengan skor 31, dilanjutkan permasalahan persampahan sebesar 29 lalu permasalahan sumber air dengan skor 22 dan genangan/ banjir dengan skor 8.

4.1. Kesimpulan

Survey Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan atau Survey Environmental Health Risk Assesment (EHRA) adalah sebuah survey yang digunakan dalam mengidentifikasi kondisi sanitasi yang ada di desa/ kelurahan. Dengan diketahuinya kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat, akan dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi termasuk promosi dan advokasi di tingkat pengambil kebijakan sampai dengan kelurahan. Pelibatan kader kesehatan serta staf kelurahan akan sangat efektif dalam pencapaian sasaran berupa promosi dan advokasi tersebut.

Dokumen hasil survey dari studi EHRA akan digunakan Pokja Sanitasi sebagai salah satu bahan untuk menyusun dokumen pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) pada tahun 2015 ini yang akan menjadi modal awal pelaksanaan pembangunan sanitasi di Kabupaten Gianyar. Perlunya pembangunan dan perbaikan sarana dan prasarana sanitasi di masyarakat serta pentingnya advokasi dan promosi kesehatan lingkungan kepada masyarakat diharapkan menjadi salah satu target perencanaan dan pelaksanaan pembangunan sanitasi di Kabupaten Gianyar. Kondisi eksisting sarana dan prasarana sanitasi serta perilaku masyarakat sesuai yang teridentifikasi di dalam dokumen hasil survey EHRA akan menghasilkan tingkat area beresiko di tiap kelurahan. Dengan adanya kondisi eksisting area beresiko tersebut diharapkan akan dapat mendukung penyusunan dokumen strategi sanitasi Kabupaten Gianyar.

Dalam pelaksanaan pembangunan di bidang sanitasi diperlukan suatu upaya monitoring dan evaluasi. Kegiatan monitoring dan evaluasi ini diharapkan untuk dapat dijadikan suatu alat dan tolak ukur untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembangunan di bidang sanitasi. Selain hal tersebut, pelaksanaan Survey EHRA ini dapat dijadikan baseline data bagi pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi serta pelaksanaan survey EHRA di tahun-tahun mendatang.

Studi EHRA ini dilaksanakan di 12 desa dari total 70 desa/ kelurahan yang ada di Kabupaten Gianyar. Pemilihan lokasi studi berdasarkan hasil stratifikasi yang diperoleh ada 4 kluster yaitu kluster 0 terdiri dari 3 desa dan diambil sample2 desa yaitu Desa Guwang dan Desa Temesi. Selanjutnya kluster 1 terdiri dari 18 desa dan diambil 2 desa yaitu Desa Batuan Kaler dan Sumita untuk lokasi studi EHRA. Kemudian kluster 2 terdiri dari 29 desa dan diambil 4 desa yaitu Desa Singapadu, Desa Singakerta, Desa Taro dan Desa Kelusa. Kluster terakhir yaitu kluster 3 terdiri dari 20 desa dan diambil 4 desa yaitu Desa Batubulan Kangin, Desa Belega, Desa Buruan dan Desa Pejeng Kelod. Dari keseluruhan 12 desa tersebut diambil 40 responden untuk masing-masing desa,sehingga total sampel ada 480 sampel. Dari hasil pelaksanaan studi EHRA ada 3 (tiga)permasalahan besar yang menjadi persoalan untuk segera ditangani yaitu Persampahan, Air Limbah Domestik dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Tingginya skor untuk 3 variabel tersebut akan menjadi indikasi adanya resiko kesehatan lingkungan dan sumber penyakit apabila tidak menjadi prioritas pembangunan sanitasi. Untuk dua variabel yang lain juga tetap akan menjadi perhatian oleh Pemerintah Kabupaten Gianyar yaitu sumber air dan genangan.

Dokumen hasil survey EHRA akan dijadikan dasar dalam Dari uraian yang telah disampaikan pada bab-bab sebelumnya dapat diuraikan hal-hal sebagai berikut :

1. Manfaat Studi EHRA dari aspek promosi dengan keterlibatan kader/petugas kesehatan adalah sebagai pembelajaran bagaimana mengumpulkan data dari rumah ke rumah serta mengetahui bagaimana pengelolaan sampah rumah tangga, jamban keluarga, sumber-sumber air serta pilihan sarana Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS).

2. Rencana pemanfaatan hasil studi EHRA sebagai bahan advokasi pembangunan program sanitasi di Kabupaten Gianyar. Manfaat dilaksanakan Studi EHRA adalah memahami kondisi sanitasi dan hieginitas serta perilaku-perilaku masyarakat pada skala rumah tangga serta pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di tingkat kabupaten sampai dengan tingkat kelurahan. Data yang dikumpulkan dari hasil studi EHRA akan

digunakan Pokja Kabupaten sebagai salah satu bahan untuk menyusun dokumen pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK).

3. Studi EHRA ideal dilaksanakan secara berkala merupakan pengalaman atau pembelajaran bagi hasil studi EHRA selanjutnya diharapkan untuk lebih valid dalam penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan dan memberikan advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi.

4.2. Hambatan /Kendala

Pelaksanaan Survey EHRA di Kabupaten Gianyar dengan jumlah responden 480, menjadi kendala tersendiri dalam pelaksanaannya. Adapun kendala- kendala yang terdapat dalam pelaksanaan studi EHRA yaitu :

1. Anggaran pelaksanaan kegiatan study EHRA tidak dialokasikan secara khusus sehingga studi EHRA tidak dapat dilaksanakan di semua desa/ kelurahan namun hanya dilakukan di 12 desa/ kelurahan berdasarkan hasil stratifikasi.

2. Dengan anggaran yang terbatas maka tim kerja yaitu supervisor serta coordinator untuk pelaksanaan survey EHRA hanya terdiri dari beberapa orang saja yang berasal dari dinas terkait dab tentunya mempunyai kesibukan masing-masing sehingga tidak dapat melakukan monitoring serta spot check secara terpadu.

3. Pemilihan supervisor yang tidak berasal dari sanitarian melainkan staf desa sehingga menimbulkan hambatan-hambatan tersendiri untuk melakukan survey ini meskipun sudah dilakukan pelatihan oleh tim pokja sanitasi. Serta adanya local genius masyarakat hindu di Bali yang disibukkan oleh hari raya keagamaan dan upacara adat sehingga enumerator membutuhkan waktu yang cukup lama untuk melakukan survey kepada responden.

4. Selain waktu survey, proses data entry serta analisis hasil EHRA yang harus menggunakan aplikasi SPSS juga tidak bisa digunakan untuk perangkat komputer dengan spesifikasi operation system 64 bit. Hal ini menghambat dalam pelaksanaan data entry dan analisi study EHRA sehingga molor dari yang telah ditargetkan untuk penyelesaiannya.

4.3. Saran

Agar pelaksanaan studi EHRA lebih optimal, maka disarankan untuk melakukan beberapa hal antara lain : 1. Pemilihan Supervisor dan Enumerator untuk melaksanakan studi EHRA haruslah tepat.

2. Supervisor serta Enumerator harus memahami tata cara pelaksanaan survey, pemahaman kuesioner, tehnik wawancara dan pengamatan serta mengisi jawaban yang benar agar pengisian tidak terdapat kesalahan. 3. Menganggarkan kegiatan studi EHRA untuk pelaksanaan EHRA yang akan datang.

4. Supervisor menjamin proses pelaksanaan survey sesuai dengan kaidah dan metode pelaksanaan studi EHRA yang telah ditentukan serta berkoordinasi dengan Enumerator.

Dalam dokumen 1.1 Latar Belakang Tujuan dan Manfaat (Halaman 29-35)

Dokumen terkait