0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00 2006 2007 2008 tahun % pertumbuhan ekonomi inflasi pengangguran penduduk miskin
Namun demikian, perkembangan perekonomian kota Medan yang melambat tahun 2008 tidak berdampak yang merugikan terhadap kondisi ketenagakerjaan. Kondisi tersebut tercermin dari semakin meningkatnya rasio tenaga kerja yang bekerja terhadap angkatan kerja seiring dengan menurunnya tingkat pengangguran terbuka. Hal tersebut berarti penurunan pertumbuhan ekonomi tidak signifikan mempengaruhi perubahan jumlah pengangguran di Kota Medan.
LPPD Kota Medan Tahun 2008 I - 28
D. Struktur Perekonomian Daerah
Peranan atau kontribusi sektor ekonomi menunjukkan besarnya kemampuan masing-masing sektor ekonomi dalam menciptakan nilai tambah dan menggambarkan ketergantungan daerah terhadap kemampuan memproduksi barang dan jasa dari masing-masing sektor ekonomi. Transformasi struktur ini sering digunakan sebagai indikator ekonomi untuk menunjukkan adanya suatu proses pembangunan. Untuk mengetahui gambaran tentang struktur perekonomian Kota Medan dapat dilihat dari kontribusi masing-masing sektor dalam pembentukan PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku.
Dari tabel 14 di bawah menunjukkan bahwa struktur ekonomi Kota Medan relatif tidak mengalami pergeseran selama periode 2006 – 2008. Untuk sektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan sektor yang paling besar peranannya terhadap pembentukan PDRB Kota Medan dan diikuti sektor pengangkutan dan komunikasi. Selanjutnya sektor industri pengolahan dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa dan sektor bangunan (konstruksi). Sedangkan sektor ekonomi yang berkontribusi rendah adalah sektor pertambangan dan penggalian, diikuti sektor listrik, gas dan air minum serta sektor pertanian. Namun demikian, pertumbuhan ekonomi Kota Medan umumnya didorong
oleh pertumbuhan hampir pada semua sektor ekonomi. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan kegiatan ekonomi di Kota
Medan terus berlangsung dan semakin membaik
.
Tabel 14. Struktur Perekonomian Kota Medan Tahun 2006 – 2008 (%)
No Kelompok Sektor Kontribusi Terhadap PDRB (%) 2006 2007 2008
1. Primer 2,39 2,86 2,90
a. Pertanian 2,92 2,85 3,82
b. Pertambangan dan Penggalian 0,01 0,01 0,01
2. Sekunder 28,37 27,93 27,40
a. Industri Pengolahan 16,30 16,28 20,99
b. Listrik, Gas dan Air Bersih 2,26 1,88 2,47
c. Bangunan 9,82 9,77 12,68
3. Tersier 68,70 69,21 69,70
a. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 25,98 25,44 30,88 b. Pengangkutan dan Komunikasi 18,76 19,02 29,24 c. Keuangan, Persewaan dan
Jasa Perusahaan 13,41 14,13 18,22
d. Jasa-Jasa 10,55 10,63 13,57
LPPD Kota Medan Tahun 2008 I - 29
Bila dianalisis lebih jau, maka sektor ekonomi yang mengalami peningkatan peranan selama periode tersebut adalah sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 10,48% yakni dari 18,76% pada tahun 2006 menjadi 29,24% tahun 2008. Selanjutnya adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yang peranannya cenderung meningkat dari 25,98% tahun 2006 menjadi 30,88% pada tahun 2008 atau mengalami peningkatan sebesar 4,90%. Sedangkan sektor berikutnya adalah sektor bangunan (konstruksi) yang meningkat sebesar 2,86% dari 9,82% tahun 2006 menjadi 12,68% pada tahun 2008 dan diikuti sektor industri pengolahan yang meningkat sebesar 4,69% dari 16,30% pada tahun 2006 menjadi 20,99% tahun 2008.
Di samping itu, dilihat dari struktur perekonomian Kota Medan selama periode 2006 – 2008 menunjukkan kontribusi sektor primer yang cenderung meningkat dari 2,39% pada tahun 2006 menjadi 2,90% di tahun 2008 atau meningkat sebesar 0,51%. Begitupun kontribusi sektor tersier yang mengalami peningkatan sebesar 1,00% dari 68,70% pada tahun 2006 menjadi 69,70% di tahun 2008. Namun sebaliknya kontribusi sektor sekunder menunjukkan perkembangan yang cenderung menurun selama periode tersebut yakni dari 28,37% pada tahun 2006 menjadi 27,40% pada tahun 2008 atau mengalami penurunan sebesar 0,97%.
E. PDRB Per Kapita
PDRB per kapita merupakan gambaran rata-rata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk sebagai keikutsertaannya dalam proses produksi selama satu tahun. Indikator ini dapat digunakan sebagai salah satu parameter untuk melihat tingkat kesejahteraan masyarakat walaupun parameter ini belum sepenuhnya dapat digunakan sebagai ukuran tingkat kesejahteraan di suatu daerah.
Tabel 15. PDRB Per Kapita Kota Medan Tahun 2006 – 2008
Tahun
PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku
(Jutaan Rupiah)
Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Jutaan Rupiah)
2006 23,63 13,17
2007 26,62 14,09
2008 30,65 14,90
LPPD Kota Medan Tahun 2008 I - 30
Sejalan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi Kota Medan, PDRB per kapita selama periode 2006 – 2008 juga memperlihatkan pola yang cenderung meningkat. Untuk PDRB atas dasar harga berlaku selama periode tersebut meningkat rata-rata sebesar 13,40 % per tahun, yaitu dari Rp 23,63 juta pada tahun 2006 menjadi Rp 30,65 juta pada tahun 2008. Sementara itu untuk PDRB per kapita atas dasar harga
konstan mengalami peningkatan rata-rata 4,28% per tahun dari Rp 13,17 juta pada tahun 2006 menjadi Rp 14,90 juta pada tahun 2008.
F. Perkembangan Inflasi
Salah satu faktor makro ekonomi yang berada di luar kemampuan Pemerintah Kota Medan adalah menyangkut tingkat kestabilan harga-harga atau inflasi. Tingkat inflasi di Kota Medan selama periode 2006 – 2008 mengalami fluktuasi (turun naik). Pada tahun 2006, tingkat
inflasi di Kota Medan relatif cukup rendah yaitu sebesar 5,97%. Rendahnya inflasi ini dikarenakan selama tahun 2006 Pemerintah tidak mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang dapat memicu kenaikan harga-harga barang dan jasa. Harga-harga-harga barang dan jasa selama periode 2007-2008 mengalami tekanan yang lebih berat dibandingkan tahun 2006. Pada tahun 2007, inflasi Kota Medan sedikit mengalami peningkatan menjadi 6,42% dan meningkat kembali pada tahun 2008 menjadi 10,63%. Kecenderungan kenaikan inflasi selama tahun 2008 lebih disebabkan kebijakan pemerintah mengurangi subsidi BBM, walaupun pada tahun yang sama pemerintah melakukan penyesuaian kembali sesuai dengan fluktuasi harga minyak dunia.
Tabel 16. Perkembangan Inflasi Kota Medan Menurut Kelompok Pengeluaran Tahun 2006 – 2008 (%)
N0. Kelompok Pengeluaran Tingkat Inflasi (%)
2006 2007 2008
1. Bahan Makanan 4,58 11,32 12,57
2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan
Tembakau 5,09 4,04 4,05
3. Perumahan, Air, Listrik, Gas dan
Bahan Bakar 10,50 3,67 3,27
4. Sandang 8,80 14,98 9,85
5. Kesehatan 8,22 0,04 0,04
6. Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga 8,02 12,19 12,22 7. Transportasi dan Komunikasi 1,21 1,87 1,86
Umum 5,97 6,42 10,63
LPPD Kota Medan Tahun 2008 I - 31
Pada tahun 2006, inflasi tertinggi terjadi pada kelompok pengeluaran untuk perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 10,50% sebagai akibat permintaan yang cenderung meningkat, sedangkan inflasi terendah adalah kelompok pengeluaran untuk transportasi dan komunikasi sebesar 1,21%.
Selanjutnya untuk tahun 2007, laju inflasi tertinggi terjadi pada kelompok pengeluaran sandang sebesar 14,98% dan terendah sebesar 0,04% pada kelompok pengeluaran kesehatan. Sedangkan pada tahun 2008, kelompok pengeluaran bahan makanan memiliki laju inflasi tertinggi yaitu sebesar 12,57% dan yang terendah adalah kelompok pengeluaran kesehatan sebesar 0,04%. Namun demikian, dengan kondisi perekonomian global yang tidak stabil maka secara tidak langsung juga menekan perekonomian Kota Medan dengan ditandai adanya kenaikan angka inflasi dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2008.
Sebagai upaya untuk mencapai tingkat inflasi yang terkendali, oleh Pemerintah Kota Medan melalui BPS dilakukan pengawasan dan pengendalian angka inflasi dengan membuat laporan perubahan indeks harga konsumen secara berkala (bulanan). Di samping itu, dilakukan koordinasi secara intensif dengan instansi terkait sehingga program-program yang sifatnya antisipatif dapat dilakukan oleh masing-masing pihak. Relatif stabilnya tingkat inflasi di Kota Medan selama periode 2006 – 2008 mengindikasikan bahwa Pemerintah Kota Medan mampu mengendalikan laju inflasi pada tingkat konstan sehingga mampu meredam gejolak kenaikan harga-harga barang/jasa di pasar.
G. Ekspor dan Impor
Kegiatan ekonomi Kota Medan selama tahun 2008 juga tidak dapat dilepaskan dari kegiatan ekspor dan impor, bahkan dapat dikatakan memiliki kedudukan dan peran penting untuk memperluas pasar produk yang dihasilkan, sekaligus mendukung perekonomian Kota Medan yang semakin terbuka. Namun oleh karena kegiatan ekspor dan impor secara administrasi merupakan barang yang keluar atau masuk melewati wilayah kepabeanan, maka pengertian ekspor dan impor untuk Kota Medan juga
LPPD Kota Medan Tahun 2008 I - 32
merupakan barang yang keluar atau masuk melewati wilayah kepabenaan baik melalui Pelabuhan Laut Belawan maupun Pelabuhan Udara Polonia Medan, sehingga belum tentu ekspor dan impor yang terjadi pada kedua pelabuhan tersebut seluruhnya adalah hasil kegiatan ekonomi masyarakat Kota Medan.
Nilai ekspor Kota Medan dicatat berdasarakan nilai free on board (fob) yaitu nilai barang ekspor hingga berada di atas kapal di pelabuhan dan siap diekspor. Berdasarkan data yang tercatat, nilai ekspor Kota Medan yang melalui Pelabuhan Laut Belawan dan Bandara Polonia selama tiga tahun terakhir sejak 2006 – 2008 menunjukkan kondisi yang meningkat dengan nilai ekspor sebesar 4,52 milyar USD pada tahun 2006 meningkat menjadi 7,43 milyar USD pada tahun 2008. Kinerja ekspor ini diharapkan tidak hanya merupakan indikasi semakin bergairahnya perekonomian Kota, juga akan dapat mendorong peningkatan produksi produk-produk lain yang berorientasi ekspor.
Tabel 17. Nilai Ekspor dan Impor Melalui Wilayah Kota Medan Tahun 2006 – 2008
PDRB 2006 2007 2008 a)
[1] [2] [3] [4]
1. Ekspor (Nilai fob, Miliyar USD) 4,52 5,50 7,43 2. Impor (Nilai cif, Miliyar USD) 1,17 1,50 3,06 3. Surplus Perdagangan (Miliyar USD) 3,35 4,10 4,37 Sumber : BPS Kota Medan
Keterangan : a) Angka Sementara
Sesuai dengan kecenderungan ekonomi terbuka pada saat ini dan masa yang akan datang, sekaligus guna mendapatkan keunggulan kompetitif maka dapat dipastikan setiap daerah cenderung hanya akan menghasilkan produk-produk yang memiliki keunggulan kompetitif baik dilihat dari sisi kualitas maupun harga. Oleh sebab itu, kebutuhan akan produk-produk yang tidak dihasilkan sendiri biasanya akan didatangkan dari luar atau impor. Nilai impor yang dicatat di Kota Medan didasarkan kepada nilai cost insurance & freight (cif) yang merupakan nilai barang di atas kapal di pelabuhan bongkar. Impor melalui Kota Medan selama tahun 2006 – 2008 juga cenderung meningkat dengan nilai impor
LPPD Kota Medan Tahun 2008 I - 33
1,17 milyar USD pada tahun 2006 meningkat menjadi 3,06 milyar USD pada tahun 2008. Selanjutnya, dilihat dari selisih ekspor dan impor, Kota Medan mengalami surplus perdagangan pada tahun 2006 sebesar 3,35 milyar USD dan meningkat menjadi sebesar 4,37 milyar USD pada tahun 2008.
H. Investasi
Investasi mempunyai arti secara luas dalam kegiatan perekonomian dan seringkali dikaitkan dengan kegiatan untuk menanamkan uang/modal dengan mengharapkan suatu keuntungan secara ekonomi/finansial sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan kapasitas produksi di masa yang akan datang. Investasi merupakan salah satu unsur penggerak pertumbuhan ekonomi selain pertumbuhan dan perkembangan dari faktor-faktor produksi yang lain. Untuk itu investasi disini yang dimaksud adalah dalam pengertian penambahan/pembentukan barang modal tetap dan perubahan stok baik berupa barang jadi maupun barang setengah jadi.
Tabel 18. Perkiraaan Nilai Investasi Menurut Lapangan Usaha di Kota Medan Tahun 2006 – 2008 (milyar Rp.)
Sektor/Lapangan Usaha 2006 2007 2008 a)
[1] [2] [3] [4]
1. Pertanian 60,57 63,77 67,50
2. Pertambangan dan Penggalian 0,52 0,56 0,55
3. Industri Pengolahan 1.610,71 1.826,63 1.894,97
4. Listrik, Gas dan Air 476,77 534,66 549,11
5. Konstruksi 1.232,66 1.374,07 1.403,52
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.823,85 2.007,57 2.026,71 7. Transportasi dan Telekomunikasi 1.760,05 1.927,55 1.930,75 8. Keuangan dan Jasa Perusahaan 692,67 771,33 747,95
9. Jasa-jasa 519,82 583,57 660,76
Jumlah 8.177,63 9.089,71 9.281,81
Sumber : Diolah dari berbagai sumber Keterangan : a) Angka Sementara
Kota Medan mempunyai letak geografis dan potensi demografis yang cukup strategis dan didukung dengan kebijakan yang bersahabat dengan pasar sehingga mendorong terbentuknya iklim dan lingkungan
LPPD Kota Medan Tahun 2008 I - 34
berinvestasi yang semakin kondusif. Beberapa hal yang cukup berpengaruh terhadap peningkatan investasi adalah kondisi keamanan dan ketertiban umum yang kondusif selama kurun waktu 2006 – 2008.
Gambar 5. Rata-rata Perkembangan Investasi Kota Medan Tahun 2008 (%)
Sumber : Diolah dari berbagai sumber
Secara umum investasi di Kota Medan mengalami perkembangan yang
fluktuatif sejalan dengan terus bergeraknya faktor-faktor produksi. Pada tahun 2006 jumlah investasi di Kota Medan sebesar 8,17 triliun rupiah
dan terus mengalami peningkatan menjadi 9,28 triliun rupiah pada tahun 2008. Perkembangan investasi Kota Medan selama tahun 2008 secara total meningkat sebesar 6,63%, dimana perkembangan investasi tertinggi terjadi pada sektor jasa yakni sebesar 12,7% dan yang terendah adalah sektor penggalian sebesar 2,3%.
I. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Melalui pendekatan paradigma pembangunan manusia, maka keberhasilan pembangunan Kota Medan selama tahun 2008 juga ditunjukkan oleh angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) masyarakat Kota Medan yang diketahui cenderung terus meningkat. Melalui IPM, diketahui tingkat kemajuan, kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat Kota Medan sebagai dampak proses pembangunan kota yang dilaksanakan. Pengukuran IPM, dilakukan
LPPD Kota Medan Tahun 2008 I - 35
terhadap 4 (empat) dimensi pokok pembangunan manusia, meliputi angka harapan hidup, angka melek huruf, rata -rata lama sekolah, dan konsumsi perkapita pertahun. IPM Kota Medan selama tahun 2008 cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, yaitu 74,60 pada tahun 2006 meningkat menjadi 75,60 pada tahun 2007, dan 76,00 pada tahun 2008. Di samping itu, seluruh sub indikator juga memiliki korelasi positif dengan peningkatan IPM. Peningkatan IPM tersebut disebabkan relatif membaiknya tingkat daya beli dan pendapatan masyarakat sehingga mampu meningkatkan derajat kesehatan dan pendidikan dari waktu ke waktu. Dengan kata lain, proses pembangunan kota sampai saat ini selain dapat memperbaiki daya beli masyarakat lebih baik, juga mampu meningkatkan kapasitas fisik (kesehatan) masyarakat dan kapasitas intelektual penduduk Kota Medan. Berdasarkan kategori yang diterapkan, status pembangunan manusia di Kota Medan termasuk dalam kelompok memuaskan atau tergolong pada tingkat atas untuk level Provinsi Sumatera Utara.
j. Kemiskinan
kebijakan pembangunan kota tidak semata-mata diarahkan hanya untuk mengejar pertumbuhan ekonomi daerah yang tinggi, tetapi juga ditujukan kepada upaya mengurangi jumlah penduduk miskin.
Tabel.19. Penduduk Miskin Kota Medan Tahun 2006-2008
Jenis Indikator
TAHUN
2006 2007 2008
[1] [2] [3] [4]
1. Jumlah Penduduk Miskin
(ribu jiwa) 160,65 147,80 138,70
2. Persentase Penduduk
Miskin (%) 7,77 7,09 6,63
Sumber: BPS Kota Medan
Berdasarkan tabel 1.19 tersebut di atas, diketahui walaupun belum begitu signifikan namun upaya menurunkan jumlah penduduk miskin melalui program-program khusus yang dijalankan cenderung berjalan positip. Jumlah penduduk miskin pada tahun 2006 diperkirakan sebesar 160.650-an jiwa atau 7,77 persen, pada tahun 2007 turun menjadi 147.800-an atau
LPPD Kota Medan Tahun 2008 I - 36
7,09 persen, dan menjadi 138.700-an atau 6,63 persen pada tahun 2008. Upaya-upaya menurunkan jumlah penduduk miskin secara berencana dilakukan baik melalui subsidi-subsidi bidang sosial yang diberikan melalui PKPS-BBM maupun program lokal lainnya, seperti BP-3 terarah dan pelayanan kesehatan tanpa dipungut biaya, Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Medan Sehat (JPKMS), pemberdayaan masyarakat, program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM), maupun upaya-upaya menarik investasi lebih besar ke Kota Medan, sehingga mereka bekerja dan memperoleh pandapatan yang lebih baik. Dalam jangka menengah, upaya menurunkan jumlah penduduk miskin juga diprioritaskan dengan menjadikan percepatan pembangunan wilayah lingkar luar sebagai prioritas pembangunan kota. Upaya kelembagaan juga dilakukan dengan bentuk forum koordinasi pengentasan kemiskinan Kota Medan, sebagai wadah dimana seluruh stakeholder pembangunan dapat memformulasikan kebijakan-kebijakan sebagai masukan kepada pemerintah kota dalam upaya pengentasan kemiskinan termasuk aparat pelaksananya. Dengan demikian upaya yang dilakukan diharapkan dapat lebih terarah dan terpadu.
k. Kesenjangan Pembangunan Kota
Walaupun menunjukkan kemajuan dan hasil yang menggembirakan, pembangunan kota secara faktual harus diakui masih dihadapkan kepada masalah-masalah yang bersifat fundamental seperti pengangguran (13,08%),
kemiskinan (6,63%) dan kesenjangan pendapatan (0,28%). Masalah kesenjangan tentunya memiliki hubungan yang erat dengan
kemiskinan dan pengangguran, sebab ada hubungan positif antara tingkat pengangguran yang besar dengan kemiskinan yang meluas dan kesenjangan antar kelompok pendapatan.
Secara konsepsi, masalah kesenjangan dapat dipengaruhi 3 (tiga) faktor pokok, yaitu (1) faktor struktural, (2) faktor natural, dan (3) faktor cultural. Faktor struktural lebih banyak disebabkan faktor-faktor kebijakan pemerintah, sedang faktor natural oleh pasar, dan faktor kultural disebabkan oleh sikap-sikap dan perilaku masyarakat yang belum sepenuhnya mencerminkan
keinginan melakukan perubahan-perubahan yang selaras dengan tujuan pembangunan.
LPPD Kota Medan Tahun 2008 I - 37
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh BPS Kota Medan (2007), kesenjangan pembangunan kota terlihat dari angka-angka Indek Pembangunan Manusia (IPM) tingkat Kecamatan. Distribusi IPM untuk delapan Kecamatan dapat disajikan sebagai berikut :
Tabel 1.20. IPM Kecamatan di Kota Medan
No. Kecamatan IPM
1 2 3 4 5 6 7 8 Medan Kota Medan Perjuangan Medan Helvetia Medan Johor *) Medan Deli *) Medan Labuhan *) Medan Marelan *) Medan Belawan *) 86,0 75,4 74,5 68,2 67,9 65,2 62,9 58,4
Catatan : *) Kecamatan Lingkar Luar
Berdasarkan data tabel di atas, diketahui bahwa IPM kecamatan-kecamatan yang secara kewilayahan berada di wilayah lingkar luar, masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan tingkat IPM kecamatan-kecamatan yang berada di wilayah lingkar dalam inti Kota Medan. Secara hipotesis kesenjangan pembangunan kota antara wilayah lingkar luar dengan lingkar dalam tersebut disebabkan beberapa faktor yaitu :
1) Faktor Struktural
Dalam 5 (lima) tahun pertama Renstra Kota Medan Tahun 2000-2005, implementasi pelaksanaan pembangunan kota di bidang pendidikan, kesehatan, dan pembangunan ekonomi wilayah lingkar luar masih diposisikan sama prioritasnya dengan bidang-bidang pembangunan kota lainnya, artinya pada saat itu belum ada kebijakan yang dirancang secara khusus untuk pembangunan wilayah lingkar luar, baik dari sisi pemrograman maupun dari sisi anggaran. Kebijakan ini kenyataannya kurang memberikan insentif bagi pasar untuk mendorong distribusi pembangunan kota ke wilayah lingkar luar.
LPPD Kota Medan Tahun 2008 I - 38
2) Faktor Natural
Faktor natural yang paling fundamental mempengaruhi tingkat kesenjangan antar kelompok pendapatan adalah jumlah angkatan kerja. Angkatan kerja di pasar kerja ternyata jauh melebihi penawaran. Berdasarkan data tahun 2008, dari jumlah usia kerja (10 tahun ke atas ) sebesar 1.532.871 orang, yang memilih bekerja sebesar 959.309 orang. Akibatnya jumlah angkatan kerja yang belum bekerja secara nominal cenderung meningkat dari tahun ke tahun, (125.477 orang).
Di samping itu, Medan sebagai Kota Metropolitan dimana sektor-sektor ekonomi andalannya adalah sektor tertier dan sekunder juga telah mendorong arus urbanisasi (migrasi) yang cenderung besar, sehingga turut mempengaruhi ketidakseimbangan supplay and demand di pasar kerja. Kecenderungan ini diperparah lagi dengan kondisi urbanisasi yang ternyata hanya dimotivasi alasan-alasan irrasional dibandingkan alasan-alasan rasional, seperti adanya keterampilan dan skill sehingga menjadi harapan untuk mendapatkan pekerjaan dan pendapatan yang lebih baik di kota. Kondisi supplay dan demand pasar kerja di Kota Medan juga dipengaruhi arus kommuter. Arus orang yang pulang pergi ke Kota Medan setiap hari saat ini diperkirakan mencapai ± 500.000 orang perhari. Hal ini telah menjadikan pelaku usaha (industri) cenderung mempekerjakan orang-orang berdomisili di luar Kota Medan dibandingkan dengan orang-orang yang tempat tinggalnya di Kota Medan, sebab mereka cenderung bersedia menerima upah lebih rendah. Peluang atau kesempatan kerja yang terbatas ini telah menyebabkan angkatan kerja yang ada di Kota Medan relatif sulit mendapatkan lapangan kerja sehingga mereka cenderung miskin sekaligus menciptakan kesenjangan pendapatan dengan si kaya.
3) Faktor Kultural
Kesenjangan pendapatan, industri dan antar wilayah di Kota Medan juga didorong faktor-faktor kultural (budaya). Tingkat pendidikan yang rendah telah menyebabkan sangat lambannya transformasi sosial dan budaya di komunitas masyarakat miskin kota. Bila diamati ciri-ciri masyarakat kelompok miskin yang ada, umumnya mereka memiliki tingkat pendidikan yang masih relatif sangat rendah (SD ke bawah). Hal ini menyebabkan penyerapan
LPPD Kota Medan Tahun 2008 I - 39
teknologi industri dalam usaha ekonomi yang dikelola masih sangat terbatas. Konsekuensi logisnya adalah mereka menciptakan nilai tambah produksi yang masih sangat terbatas.
Faktor-faktor budaya juga telah menyebabkan mereka sangat sulit meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang cenderung kurang selaras dengan sikap-sikap membangun yang diperlukan seperti inovasi, inisiatif, dan kreatif. Akibatnya diversifikasi usaha ekonomi juga tidak mudah dilakukan oleh pemerintah daerah, termasuk menerima perubahan.