• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

KRITERIA DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF

2.6 Indikator Keberhasilan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif

Keberhasilan pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif di suatu desa atau kelurahan dapat dilihat dari:

1. Keberadaan dan keaktifan Forum Desa atau Kelurahan.

Forum yang dibentuk di tingkat desa/ kelurahan dan tingkat kecamatan yang terdiri atas para pemangku kepentingan. Susunan Forum di tingkat desa dan kelurahan adalah:

Ketua : Kepala Desa/Lurah atau pihak lain yang ditunjuk

Wakil Ketua/Sekretaris : Sekretaris Desa/Kelurahan atau pihak lain yang ditunjuk

Anggota : Perangkat Pemerintahan Desa/ Kelurahan, Unsur Lembaga Kemasyarakatan seperti Tim Penggerak PKK, LPM Desa/ Kelurahan dan tokoh masyarakat atau pihak lain yang terkait

Struktur diperlukan agar terdapat pembagian pekerjaan dan memudahkan bagi para anggota yang terlibat didalam pelayanan kesehatan pada forum ini, melaksanakan tugas sebagaimana tugas yang diberikan kepada mereka yang telah diputuskan secara bersama pada pertemuan musyawarah masyarakat desa.

Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM) adalah anggota masyarakat Desa/Kelurahan yang memiliki pengetahuan, kemauan dan kemampuan untuk menggerakkan masyarakat berpartisipasi dalam pemberdayaan masyarakat dan pembangunan partisipatif di Desa/Kelurahan. Sedangkan kader kesehatan adalah kader teknis desa dan kelurahan siaga aktif, yaitu anggota masyarakat yang bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan secara sukarela serta telah mengikuti pelatihan di bidang kesehatan. Dalam Laporan Penelitian Erfan N, dkk (2011) mengungkapkan bahwa sering kali kegiatan yang dilakukan bidan desa telah melibatkan kader namun tidak pernah diungkapkan dalam forum desa sehingga ketua desa merasa tidak dilibatkan dalam kegiatan ini sehingga seluruh kegiatan kesehatan di desa dianggap harus dilakukan oleh bidan desa. Artinya perlu menjalin komunikasi yang baik tentang peran dan tugas masing-masing pihak dalam Program Desa Siaga Aktif (Kemenkes, 2014).

Hasil penelitian Candra D (2013) menyatakan bahwa aktivitas yang dilakukan kader ialah ikut berpartisipasi dalam pelatihan kesehatan, memfasilitasi forum desa/kelurahan, surveilans berbasis masyarakat, gotong royong dan promosi kesehatan. Faktor-faktor yang mendukung kinerja kader meliputi kesesuaian peran kader desa siaga dengan tugas mereka sebagai kader kesehatan, mempunyai pengalaman organisasi, tingkat pendidikan cukup tinggi (SMA), usia yang produktif, memiliki masa kerja cukup lama, SK sebagai kader, dukungan dana dari para donator dan dukungan keluarga.

motivasi diri dan tidak memiliki skil kesehatan.

3. Kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar yang buka atau memberikan pelayanan setiap hari.

Kemudahan akses desa/kelurahan ke pelayanan kesehatan dasar adalah tersedianya Poskesdes yang beroperasi atau sarana pelayanan kesehatan dasar lain di desa/kelurahan yang memberikan pelayanan kesehatan setiap hari atau terdapatnya Puskesmas, Pustu atau sarana pelayanan kesehatan lain yang memberikan pelayanan kesehatan setiap hari dan secara geografis mudah dicapai oleh masyarakat desa/kelurahan yang bersangkutan. (Depkes, 2009)

4. Keberadaan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dapat melaksanakan penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan kesehatan, surveilans berbasis masyarakat serta penyehatan lingkungan.

Menurut Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu (2015) Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat. Keaktifan Posyandu merupakan salah satu kriteria untuk mencapai Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.

Posyandu dikatakan aktif apabila minimal Posyandu yang ada di desa atau kelurahan 25 % sudah mencapai tingkat Posyandu Purnama, yaitu Posyandu yang telah melakukan penimbangan lebih dari 8 kali dalam setahun dengan rerata kader yang bertugas 5 orang atau lebih, cakupan sasaran yang ditimbang, kegiatan KIA, KB dan imunisasi sudah 50% atau lebih, sudah

UKBM dikatakan aktif apabila secara rutin melakukan salah satu atau beberapa dari kegiatan-kegiatan: (1) Pengamatan dan pemantauan penyakit serta keadaan kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan, dan perilaku yang dapat menimbulkan masalah kesehatan masyarakat, (2) Pelaporan cepat (kurang dari 24 jam) kepada petugas kesehatan untuk respon cepat, (3) Pencegahan dan penanggulangan sederhana penyakit dan masalah kesehatan, serta Pelaporan kematian. (Permenkes, 2013)

Adapun jenis-jenis UKBM yang ada di masyarakat seperti : Poskesdes, Posyandu, Pos Lanjut Usia, Kelompok Pemakai Air, Pos Pembinaan terpadu PTM, Pos Upaya Kesehatan Kerja, Pos Malaria Desa, Pos TB Desa, Pos Kesehatan Pesantren.(Kemenkes, 2014)

5. Adanya pendanaan untuk pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) atau Anggaran Kelurahan, masyarakat dan dunia usaha.

Dukungan dana adalah pemberian atau penyediaan uang/anggaran dari suatu pihak kepada masyarakat desa/kelurahan yang khusus diperuntukan bagi pengembangan Desa/Kelurahan Siaga Aktif, yang berasal dari pemerintah (Pemerintah Desa/Pemerintah Kelurahan) atau sumber lain. Dana Pemerintah Desa adalah uang/anggaran yang diambil/merupakan bagian dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB-Desa). Sedangkan Dana Pemerintah Kelurahan adalah uang/anggaran yang diambil/merupakan bagian dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten/Kota yang dialokasikan ke kelurahan sebagaimana perangkat

dari perusahaan, dana dari organisasi kemasyarakatan, dana dari lembaga donatur, dan lain-lain yang tidak mengandung ikatan bisnis/komersial, melainkan disumbangkan untuk pengembangan Desa/Kelurahan Siaga Aktif. 6. Adanya peran serta aktif masyarakat dan organisasi kemasyarakatan dalam

kegiatan kesehatan di Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. Organisasi kemasyarakatan yang ada di desa/ kelurahan tentunya memiliki keterkaitan dengan budaya/ tradisi lokal masyarakat setempat.

Anwar. F dan Rahmi. S, (2009). menjelaskan bahwa apabila suatu program dilaksanakan sesuai dengan tradisi lokal maka akan memiliki potensi tinggi untuk berlanjut dan merupakan investasi yang sangat berharga

Peran serta aktif masyarakat adalah keterlibatan atau keikutsertaan sejumlah anggota masyarakat dalam kegiatan-kegiatan pengembangan Desa/Kelurahan Siaga Aktif, di mana setiap orang memiliki tugas dan tanggung jawab yang jelas, baik secara tertulis maupun tidak tertulis.

Sedangkan peran serta aktif organisasi kemasyarakatan adalah keterlibatan atau keikutsertaan organisasi kemasyarakatan dalam kegiatan-kegiatan pengembangan Desa/Kelurahan Siaga Aktif, baik dalam bentuk pemikiran, pendampingan, maupun kontribusi tenaga untuk kegiatan. Dalam pengertian ini tidak termasuk kontribusi dalam bentuk dana.

Sedangkan yang dimaksud dengan organisasi kemasyarakatan adalah organisasi yang dibentuk oleh anggota masyarakat warga Negara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, untuk berperan

7. Adanya peraturan di desa atau kelurahan yang melandasi dan mengatur tentang pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.

Peraturan tentang Desa/Kelurahan Siaga Aktif dapat berupa Peraturan Kepala Desa atau Peraturan Bupati/Walikota. Peraturan Kepala Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa yang bersifat mengatur dalam rangka melaksanakan Peraturan Desa dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Termasuk dalam pengertian ini adalah Keputusan Kepala Desa, yaitu keputusan yang ditetapkan oleh Kepala Desa yang bersifat menetapkan dalam rangka melaksanakan Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa yang melandasi dan mengatur tentang pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. Sedangkan Peraturan Bupati/Walikota adalah peraturan perundang-undangan ditetapkan oleh Bupati/ Walikota yang bersifat mengatur dalam rangka melaksanakan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Termasuk dalam pengertian ini adalah Keputusan Bupati/Walikota, yaitu keputusan yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota yang bersifat menetapkan dalam rangka melaksanakan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dan Bupati/Walikota.

Realisasi peraturan adalah diberlakukannya peraturan dengan melaksanakan hal-hal yang tercantum dalam peraturan tersebut, baik sebagian ataupun keseluruhan.

PHBS merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya (Dinkes, 2012).

Pembinaan PHBS adalah upaya untuk menciptakan dan melestarikan perilaku hidup yang berorientasi kepada kebersihan dan kesehatan di masyarakat, agar masyarakat dapat mandiri dalam mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya. Oleh karena itu, pembinaan PHBS dilaksanakan melalui penyelenggaraan promosi kesehatan, yaitu upaya untuk membantu individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat agar tahu, mau, dan mampu mempraktikkan PHBS, melalui proses pembelajaran dalam mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan yang dihadapi, sesuai sosial budaya setempat serta didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. PHBS dapat diterapkan dalam tatanan manapun, mulai dari tatanan rumah tangga, institusi pendidikan, tempat kerja, tempat umum dan sarana kesehatan. Keberhasilan PHBS tatanan rumah tangga menggunakan 10 (sepuluh) indikator yaitu (1) persalinan ditolong tenaga kesehatan, (2) memberikan ASI eksklusif kepada bayi, (3) menimbang berat badan balita, (4) menggunakan air bersih, (5) memcuci tangan dengan air bersih dan sabun, (6) menggunakan jamban sehat, (7) memberantas jentik nyamuk, (8) mengonsumsi sayur dan buah setiap hari, (9) melakukan aktivitas fisik setiap hari, (10) tidak merokok di dalam rumah (Dinkes Bali, 2013).

perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadran sehingga anggota keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan di masyarakat. PHBS harus diterapkan sedini mungkin agar menjadi kebiasaan positif dalam memelihara kesehatan (Proverawati & Rahmawati, 2012).

Banyak faktor yang mempengaruhi PHBS masyarakat, diantaranya, pengetahuan, sikap, tingkat pendidikan dan umur masyarakat serta jenis kelamin. Hasil penelitian Otaya (2012) menyebutkan pengetahuan, sikap dan tindakan berpengaruh sebesar 74% terhadap penggunaan jamban sehat di rumah tangga. Mubarak (2007) dalam Irawati Wahyuni (2011) menyebutkan bahwa pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor meliputi pendidikan, pekerjaan dan umur. Pendidikan merupakan salah satu usaha pengorganisasian masyarakat untuk meningkatkan kesehatan karena tingkat pendidikan dapat mempengaruhi perilaku sehat keluarga. Faktor jenis kelamin dianggap sering memiliki pengaruh dengan pengetahuan seseorang mengenai PHBS, namun berdasarkan hasil penelitian Khumarya dan Sulisno (2012) menyebutkan tidak ada perbedaan yang signifikan tentang pengetahuan PHBS antara santri putra dan putrid di Pondok Pesantren Darusallam Kabupaten Purworejo, namun ada perbedaan sikap yang signifikan tentang PHBS.

Dokumen terkait