• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

2.1 Deskripsi Teori

2.1.1 Definisi Kinerja

2.1.1.4 Indikator Kinerja

Definisi indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan/atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. (Sedarmayanti, 2010 : 198). Secara umum, indikator kinerja memiliki fungsi sebagai berikut :

a. Memperjelas tentang apa, berapa dan kapan dilaksanakan.

b. Menciptakan konsensus yang dibangun oleh berbagai pihak terkait untuk menghindari kesalahan interpretasi selama pelaksanaan kebijakan/program kegiatan dan dalam menilai kinerjanya.

Hasil Analisis Pekerjaan Job Description Analisis Pekerjaan Untuk menyusun dimensi dan indikator pekerjaan Survei mengenai keluaran pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan yang sama

Alat, biaya, dan resiko untuk melaksanakan

pekerjaan

Misalnya digunakan untuk menyusun standar kinerja dan indikator pekerjaan

c. Membangun dasar bagi pengukuran, analisis, dan evaluasi kinerja organisasi unit kerja. (Sedarmayanti, 2010 : 198)

Dalam menyusun indikator kinerja, maka sebelumnya perlu dipahami apa saja yang menjadi syarat indikator kinerja, adapun syarat indikator kinerja yang dimaksud adalah sebagai berikut :

a. Spesifik dan jelas, sehingga dapat dipahami dan tidak ada kemungkinan kesalahan interpretasi;

b. Dapat diukur secara obyektif, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif, yaitu : dua atau lebih yang mengukur indikator kinerja mempunyai kesimpulan yang sama;

c. Relevan, harus melalui aspek obyektif yang relevan;

d. Dapat dicapai, penting dan harus berguna untuk menunjukkan keberhasilan input, output, hasil, manfaat dan dampak serta proses; e. Harus fleksibel dan sensitif terhadap perubahan/penyesuaian,

pelaksanaan dan hasil pelaksanaan kegiatan;

f. Efektif, data/informasi yang berkaitan dengan indikator kinerja yang bersangkutan dapat dikumpulkan. Diolah dan dianalisis dengan biaya yang tersedia. (Sedarmayanti, 2010 : 198).

Sementara menurut Lohman (2003), indikator kinerja (performance indicators) adalah suatu variabel yang digunakan untuk mengekspresikan secara kuantitatif efektivitas dan efesiensi proses atau operasi dengan berpedoman pada target-target dan tujuan organisasi.

Jadi, indikator kinerja merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai keberhasilan pencapaian tujuan organisasi yang diwujudkan dalam ukuran-ukuran tertentu.

Terdapat tujuh indikator kinerja. Dua diantaranya mempunyai peran sangat penting. Yaitu tujuan dan motif. Namun kinerja memerlukan adanya dukungan sarana, kompetensi, peluang, standar, dan umpan balik.

Gambar 2.3 Indikator Kinerja

Sumber : (Paul Hersey, Kenneth H. Blanchard, dan Dewey E.Johnson, Management of Organizational Behavior, 1996: 383 dalam Wibowo, 2008:102)

Kaitan diantara ketujuh indikator tersebut digambarkan oleh Hersey Blanchard, dan Johnson dengan penjelasan sebagai berikut :

1. Tujuan

Tujuan merupakan keadaan yang berbeda yang secara aktif dicari oleh seorang individu atau organisasi untuk dicapai. Pengertian tersebut mengandung makna bahwa tujuan bukanlah merupakan persyaratan, juga bukan merupakan sebuah keinginan.

2. Standar

Standar mempunyai arti penting karena memberitahukan kapan suatu tujuan dapat diselesaikan. Standar merupakan suatu ukuran apakah tujuan yang diinginkan dapat dicapai. Tanpa standar, tidak dapat diketahui kapan suatu tujuan tercapai.

3. Umpan Balik

Antara tujuan, standar dan umpan balik bersifat saling terkait. Umpan balik melaporkan kemajuan, baik kualitas maupun kuantitas, dalam mencapai tujuan yang didefinisikan oleh standar. Umpan balik terutama penting ketika kita mempertimbangkan

real goods” atau tujuan sebenarnya. Tujuan yang dapat diterima oleh pekerja adalah tujuan yang bermakna dan berharga.

Motive Goals

Competence Feedback

4. Alat dan sarana

Alat atau sarana merupakan sumber daya yang dapat dipergunakan untuk membantu menyelesaikan tujuan dengan sukses. Alat atau sarana merupakan faktor penunjang untuk pencapaian tujuan. Tanpa alat atau sarana, tugas pekerjaan spesifik tidak dapat dilakukan dan tujuan tidak dapat diselesaikan sebagaimana seharusnya.

5. Kompetensi

Kompetensi merupakan persyaratan utama dalam kinerja, kompetensi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seorang untuk menjelaskan pekerjaan yang diberikan kepadanya dengan baik. Orang harus melakukan lebih dari sekedar belajar tentang sesuatu, orang harus dapat melakukan pekerjaan dengan baik. Kompetensi memungkinkan seseorang mewujudkan tugas yang berkaitan dengan pekerjaan yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

6. Motif

Motif merupakan alasan atau pendorong bagi seseorang untuk melakukan sesuatu. Manajer memfasilitasi motivasi kepada karyawan dengan insentif berupa uang memberikan pengakuan, menetapkan tujuan menantang, menetapkan standar terjangkau, meminta umpan balik, memberikan kebebasan melakukan pekerjaan termasuk waktu melakukan pekerjaan, menyediakan sumber daya yang diperlukan dan menghapuskan tindakan yang mengakibatkan disintensif.

7. Peluang

Pekerja perlu mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan prestasi kerjanya. Terdapat dua faktor yang menyumbangkan pada

adanya kekurangan kesempatan untuk berprestasi, yaitu

ketersediaan waktu dan kemampuan untuk memenuhi syarat.

Menurut Sedarmayanti (1995:53) yang dimaksud dengan kinerja suatu organisasi meningkat dengan memenuhi indikator antara lain :

1. Kualitas hasil kerja (quality of work)

Kualitas kerja dalam organisasi yang tugas pokoknnya adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat yaitu adanya suatu pengertian kepada kepentingan masyarakat. Apabila masyarakat merasa puas dalam hal pelayanan maka itulah yang disebut dengan kualitas pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai.

2. Kelancaran dan Ketepatan waktu

Dalam melaksanakan pekerjaan tentunya ada aturan dan perencanaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kelancaran dan ketepatan dalam suatu pekerjaan adalah bagian dari perencanaan,

pelaksanaan dan aturan yang dilaksanakan dengan baik dan penuh disiplin.

3. Prakarsa dan Inisiatif

Prakarsa dan ide pemikiran untuk memajukan hasil kerja agar lebih baik, hal ini merupakan faktor yang perlu diperhatikan. Hasil kerja inisiatif dan ide-ide yang baik disambut dengan baik pula.

4. Kecakapan atas kemampuan

Kecakapan pada setiap individu dalam suatu organisasi sangat diperlukan untuk mencapai efektifitas kerja, dengan kecakapan segala pekerjaan akan lebih mudah dan hambatan dalam pekerjaan akan semakin kecil. Kecakapan akan diperoleh melalui pendidikan, latihan dan kursus.

5. Komunikasi yang baik

Suatu kecakapan utama dari setiap individu adalah kemampuan organisasi untuk berkomunikasi dalam suatu organisasi.

Selain itu indikator kinerja juga diungkapkan oleh yang Dwiyanto, dkk (2002:48-49) dalam Tangkilasan (2005:176), mengemukakan ukuran dari tingkat kinerja suatu organisasi publik secara lengkap sebagai berikut :

1. Produktivitas kerja

Produktivitas merupakan rasio masukan dan keluaran, sedangkan pada organisasi publik, produktivitas dapat diartikan sampai sejauh mana target yang ditetapkan oleh organisasi dapat terealisasi dengan baik.

2. Orientasi kualitas layanan dan kepada pelanggan

Kepuasan masyarakat terhadap layanan dapat dijadikan indikator kinerja organisasi publik. Dengan informasi mengenai kepuasan terhadap kualitas layanan terhadap masyarakat. kepuasan masyarakat bisa menjadi parameter untuk menilai kinerja organisasi publik.

3. Responsivitas

Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan dan mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas secara langsung menggambarkan kemampuan organisasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

4. Akuntabilitas

Konsep akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu konsisten dengan kehendak masyarakat banyak. Kinerja organisasi

publik tidak hanya bisa dilihat dari ukuran internal yang dikembangkan oleh organisasi publik atau pemerintah sebagai pencapaian target, kinerja sebaiknya harus dilihat dari ukuran eksternal juga seperti nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. suatu kegiatan organisasi publik memiliki akuntabilitas tinggi apabila kegiatan itu dianggap benar dan sesuai dengan nilai dan norma yang berkembang dimasyarakat.

Sedangkan untuk indikator kinerja pemerintah daerah harus mencakup pengukuran kinerja keuangan dan nonkeuangan. Hal ini terkait dengan tujuan organisasi pemerintah daerah. Indikator kinerja pemerintah daerah meliputi indikator input, indikator process, indikator output, indikator outcome, indikator benefit dan indikator impact.

1. Indikator masukan (Input), misalnya : a. Jumlah dana yang dibutuhkan; b. Jumlah pegawai yang dibutuhkan; c. Jumlah infrastruktur yang ada; d. Jumlah waktu yang digunakan. 2. Indikator proses (Process), misalnya :

a. Ketaatan pada peraturan perundang-undangan;

b. Rata-rata yang diperlukan untuk memproduksi atau

menghasilkan layanan jasa.

3. Indikator keluaran (Output), misalnya : a. Jumlah produk atau jasa yang dihasilkan;

b. Ketepatan dalam memproduksi barang atau jasa. 4. Indikator Hasil (Outcome), misalnya :

b. Produktivitas para karyawan atau pegawai. 5. Indikator Manfaat (Benefit), misalnya :

a. Peningkatan kesejahteraan masyarakat; b. Indikator Impact, misalnya :

1) Peningkatan kesejahteraan masyarakat

2) Peningkatan pendapatan masyarakat. (Mahsun, 2006 : 196) Jenis indikator kinerja pemerintahan meliputi : indikator masukan, proses, keluaran, hasil manfaat dan dampak. Penjelasan tentang indikator tersebut adalah :

1. Indikator masukan (Input) segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran. Indikator ini mengukur jumlah sumber daya seperti anggaran (dana), sumber daya manusia, peralatan, material dan masukan lain, yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan;

2. Indikator proses (Process). Dalam indikator proses, organisasi merumuskan ukuran kegiatan baik dari segi kecepatan, ketepatan, maupun tingkat akurasi pelaksanaan kegiatan tersebut;

3. Indikator keluaran (Output) adalah sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berupa fisik atau nonfisik;

4. Indikator hasil (Outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek langsung). Outcome menggambarkan tingkat

pencapaian atas hasil lebih tinggi yang mungkin mencakup kepentingan banyak pihak. Dengan indikator outcome, organisasi akan dapat mengetahui apakah hasil yang diperoleh dalam bentuk

output dapat dipergunakan sebagaimana mestinya dan memberikan

kegunaan yang besar bagi masyarakat banyak.

5. Indikator manfaat (Benefit), sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan. Indikator ini menggambarkan manfaat dari indikator hasil;

6. Indikator dampak (Impact) adalah pengaruh yang ditimbulkan baik positif maupun negatif. (Mahsun, 2006 : 77-78).

Sementara itu, menurut Palmer (1995), jenis indikator pemerintah daerah antara lain :

1. Indikator biaya (misalnya biaya total, biaya unit);

2. Indikator produktivitas (misalnya jumlah pekerjaan yang mampu dikerjakan pegawai dalam jangka waktu tertentu);

3. Tingkat penggunaan (misalnya sejauh mana layanan tersedia yang digunakan);

4. Target waktu (misalnya waktu rata-rata yang digunakan untuk menyelesaikan satu unit pekerjaan);

5. Volume pelayanan (misalnya perkiraan atas tingkat volume pekerjaan yang harus diselesaikan pegawai;

6. Kebutuhan pelanggan (jumlah volume pelayanan yang disediakan dibandingkan dengan volume permintaan yang potensial);

7. Indikator kualitas pelayanan 8. Indikator kepuasan pelanggan

9. Indikator pencapaian tujuan (Mahsun. 2006 : 78-79)

Dokumen terkait