• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.3. Kinerja Perawat 1. Pengertian

2.3.2. Indikator Kinerja Perawat

Menurut Nursalam (2002), indikator kinerja perawat sesuai dengan teori keperawatan meliputi :

a. Pengkajian keperawatan, yakni perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien serta sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan.

b. Diagnosa keperawatan, yakni perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan diagnosa keperawatan.

c. Perencanaan keperawatan, yakni perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan klien. d. Implementasi, yakni perawat mengimplementasikan tindakan yang telah

diidentifikasi dalam rencana asuhan keperawatan

e. Evaluasi keperawatan, yakni perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan keperawatan dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan

Menurut Ainsworth (2007) alat ukur kinerja perawat meliputi

1). Kualitas, yakni tingkat dimana hasil aktivitas yang dilakukan mendekati sempurna dalam arti menyesuaikan beberapa cara ideal dari penampilan aktivitas ataupun memenuhi tujuan yang diharapkan dari suatu aktivitas. Dalam penelitian ini yang dinilai adalah mutu asuhan keperawatan yang meliputi baik tidaknya tampilan perawat dalam melaksanakan pengkajian, menegakkan diagnosa keperawatan, membuat perencanaan keperawatan dan melaksanakan tindakan keperawatan serta melaksanakan evaluasi dari proses keperawatan yang diberikan dan komunikasi interpersonal dari perawat yang meliputi baik tidaknya perawat pelaksana melakukan komunikasi informatif,

komunikasi kolaboratif, hubungan terapeutik, konseling, pendidikan kesehatan.

2). Kuantitas, yakni jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah sejumlah unit, jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan. Dalam penelitian ini yang dinilai adalah kemampuan perawat melakukan asuhan keperawatan yang ditugaskan kepadanya meliputi jumlah tampilan perawat dalam melaksanakan pengkajian, menegakkan diagnosa keperawatan, membuat perencanaan keperawatan dan melaksanakan tindakan keperawatan serta melaksanakan evaluasi dari proses keperawatan yang diberikan atau yang ditugaskan dan jumlah tampilan perawat melaksanakan komunikasi interpersonal dari yang meliputi pelaksanaan melakukan komunikasi informatif, komunikasi kolaboratif, hubungan terapeutik, konseling, pendidikan kesehatan yang ditugaskan padanya. Dalam hal ini yang ingin diketahui adalah jumlah tugas

yang diberikan apakah dapat diselesaikan perawat pelaksana. 3). Ketepatan waktu, yakni tingkat suatu aktivitas diselesaikan pada waktu awal

yang diinginkan dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain.

Menurut Huston, C.J.,& Marquis, B.L. (2010) menyatakan bahwa manajemen waktu perawat pelaksana adalah mengacu pada bagian memehami diri.Manajemen waktu dirasakan sulit jika perawat pelasana tidak yakin pada prioritas menejemen waktu termasuk tujuan perawat dalam jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Perawat profesional harus memiliki kesadaran diri dan mengidentifikasi tujuan dengan jelas dan membuat prioritas terhadap

pekerjaan yang harus diselesaikan. Menurut Hasten dan Washburn 1998 dalam Huston, C.J., & Marquis, B.L. (2010) ada tiga hal yang menghabiskan waktu perawat profesional yaitu : profesional, teknis dan peningkatan asuhan. Praktek profesional mengacu pada implementasi proses keperawatan yaitu : kemampuan membuat pengkajian, diagnosa, rencana asuhan keperawatan, mengkoordinasi usaha tim pelayanan kesehatan secara efektif, dan mengevaluasi hasilnya. Praktek teknis meliputi tugas teknis atau psikomotor, yaitu memasang infus, memberi obat melalui injesi pada otot, vena memasang Naso Gastrik Tube, dll. Peningkatan asuhan berorientasi pada pelayanan, berorientasi pada kepuasan klien dengan keramah tamahan yang dalam hal ini termasuk komunikasi interpersonal dan perawat mengusahakan klien dalam keadaan tenang dan lingkungan yang aman.

4). Efektivitas, yakni tingkat pengguna sumber daya organisasi dimaksimalkan dengan maksud menaikkan keuntungan atau rnengurangi kerugian dari setiap unit dalam penggunaan sumber daya.

5). Kemandirian, yakni tingkat dimana seorang karyawan dapat melakukan fungsi kerjanya tanpa minta bantuan, bimbingan dari pengawas atau meminta turut campurnya pengawas guna menghindari hasil yang merugikan.

Menurut Desser, G. (1997) menyatakan bahwa penilaian kinerja adalah membandingkan setiap kinerja aktual dari masing-masing kariawan dari atandar kinerjanya. Melalui analisis jabatan pemimpin dapat menetapkan standar untuk dicapai dan kegiatan spesifik untuk dilaksanakan.

Alat ukur kinerja perawat yang diaplikasikan di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan mencakup 3 aspek yakni kualitas, kuantitas dan ketepatan waktu. Pada penelitian ini variabel kompetensi dan komunikasi interpersonal yang menjadi responden adalah perawat pelaksana di ruang rawat inap. Untuk mendapatkan informasi tentang kompetensi, maka yang menjadi responden adalah perawat pelaksana, yaitu kuesioner pengetahuan dan sikap perawat terhadap asuhan keperawatan/ proses keperawatan. Teknik yang digunakan untuk observasi, menilai variabel keterampilan perawat dalam melakukan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian sampai dengan evaluasi dan komunikasi interpersonal yang meliputi, komunikasi informatif, komunikasi kolaboratif, hubungan terapeutik, konseling, pendidikan kesehatan, serta kinerja perawat meliputi, kualitatif, kuantitatif dan ketepatan waktu, dari perawat pelaksana rawat inap yang bekerja di rumah sakit Dr Pirngadi Kota Medan.

Variabel independen yaitu kompetensi pengetahuan, dalam pengumpulan data dilakukan dengan cara angket yang berupa pernyataan dengan jawaban benar dan salah, untuk sikap berupa pernyataan : sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju sedangkan keterampilan, komunikasi interpersonal, dengan memakai format observasi berupa pernyataan dengan jawaban ya dan tidak.

Variabel dependen yaitu kinerja memakai format observasi berupa pernyataan dengan jawaban ya dan tidak.

Menurut Depkes (1999) dalam Manurung E.F. (2004), menyatakan bahwa supervisi di ruangan adalah kewenangan dan tanggung jawab kepala ruangan karena kepala ruangan merupakan pihak yang paling mengetahui proses

pemberian asuhan keperawatan yang diberikan perawat pelaksana kepada pasien. Menurut Dep Kes (2000) dalam Manurung E.F.(2004) yang termasuk supervisor adalah kepala bidang keperawatan, kepala seksi, pengawas keperawatan dan kepala ruangan.

Menurut Huston, C.J., & Marquis, B.L. (2010) menyatakan bahwa Penilai kinerja perawat haruslah salah seorang pegawai atasan langsung yang dalam penelitian ini adalah Kepala Rungan yaitu penanggung jawab langsung dari perawat rawat inap yang bekerja di ruang rawat inap Rumah Sakit Pirngadi Kota Medan. Penilaian kinerja memberikan hasil yang positif jika penilai dipandang sebagai orang yang dapat dipercaya dan dihormati secara profesional. Perawat pelaksana memandang penilaian kinerja sebagai pengkajian performa yang adil dan akurat bila yang menilai adalah atasan langsung yaitu Kepala Ruangan tempat perawat pelaksana bekerja. Dalam penilaian kinerja, perawat pelaksana harus dilibatkan agar penilaian lebih objektif yang dalam penelitian ini variabel pengetahuan dan sikap perawat diberi kuesioner untuk memberikan jawaban atas kinerjanya.

Dari uraian diatas maka pada penelitian ini perawat pelaksana dijadikan responden untuk menjawab tentang pengetahuan dan sikapnya dalam memberikan asuhan keperawatan peneliti dan kepala ruangan dijadikan observer untuk menilai kinerja perawat yang meliputi kompetensi / keterampilan perawat dalam memberi asuhan keperawatan dan keterampilan komunikasi interpersonal (komunikasi informatif, komunikasi kolaboratif, komunikasi terapeutik, konseling

dan pendidikan kesehatan) yang dilaksanakan oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap rumah sakit Dr Pirngadi Kota Medan pada bulan Juni 2013.

2.4. Landasan Teori

Dokumen terkait