• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDIKATOR KINERJA RPJMD BIRO KESRA

a. Hubungan indikator Kinerja RPJMD dengan TUPOKSI Berdasarkan hubungan indikator kinerja RPJMD dengan TUPOKSI pada biro kesejahteraan rakyat Setda Provinsi Kepulauan Riau dapat kami sampaikan bahwa selain program kerja yang berdasarkan indikarot kinerja RPJMD,terdapat beberapa program kerja dan kegiatan yang dilaksanakan sepanjang tahun 2019. ada pun program kerja yang dimaksud adalah :

1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

Program kerja administrasi perkantoran

merupakannprogram kerja yang di laksanakan secara rutin selama satu tahun penuh dinama indikator kerja dari program ini adalah kebutuhan sarana dan prasaran admnistrasi serta tenaga pendukung

2. Program Pengembangan Nilai-Nilai Keagamaan

Program peningkatan, pemahamn penghayatan dan pengamalan nilai-nilai keagamaan merupakan program kerja yang merupakan indikator dari program kerja biro administrasi kesejahteraan rakyat pada RPJMD dengan berbagai kegiatan keagamaan baik yang bersifat rutin maupun kegiatan pelatihan termasuk dalam hal fasilitasi dan koordinasi

3. Program Koordinasi Peningkatan Kesejahteraan Masyarakan

Program peningkatan kesejahteraan masyarakat

menitikberaatkan pada kegaitan yang bersifar koordinasi dan konsolidasi program dan kegiatan khususnya antara pemerintah daerah dengan kabupaen/kota dalam rangkat peningkatan kesejahteraan masyarakat

LAPORAN AKUNTANBILITAS

BIRO KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2019

4. Program Peningkatan Pengembangan Sistem pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan

Program ini merupakan program rilis perencaan dan laporan keungan Biro Kesejahteraan Rakyat pada tahun 2018. Dalam kegiatannya disajikan mengenai penyusunan latarbelakang penyusunan anggaran danperkembangan laporan realisasi dan serapan anggaran pada tiap bulannya.

b. Indikator Kinerja RPJMD

Indikator Kinerja adalah alat ukur spesifik secara kuantitatif dan/atau kualitatif untuk masukan, proses,

keluaran, hasil, manfaat dan/atau dampak yang

menggambarkan tingkat capaian kinerja suatu program atau kegiatan. Sasaran adalah target atau hasil yang diharapkan dari suatu program atau keluaran yang diharapkan dari suatu kegiatan. Tujuan dan sasaran adalah tahap perumusan sasaran strategis yang menunjukkan ytingkat prioritas tertinggi dalam perencanaan pembangunan jangka menengah daerah yang selanjutnya akan menjadi dasar penyusunan arsitektur kinerja SKPD selama lima tahun.Indikator merupakan alat ukur yang dapat digunakan untuk mengevaluasi keadaan suatu kegiatan atau organisasi yang menunjukkan sejauh mana posisi suatu kegiatan atau organisasi tersebut berada dalam mencapai tujuannya.

Dalam rangka mewujudkan visi ”Terwujudnya

Kepulauan Riau sebagai Bunda Tanah Melayu yang Sejahtera, Berakhlak Mulia, Ramah Lingkungan dan Unggul di Bidang Maritim”, biro Kesejahteraan Rakyat sekertariat daerah memiliki misi Mengembangkan prikehidupan masyarakat yang agamis, demokratis, berkeadilan, tertib, rukun dan aman di bawah payung budaya Melayu. Dari misi tersebut diimplementasikan kedalam sasaran Pemahaman Masyarakat terhadap Nilai-Nilai Agama. Untuk mewujudkan

LAPORAN AKUNTANBILITAS

BIRO KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2019

misi tersebut maka sasaran selanjutnya di laksanakan dalam ukuran seberapa banyak santri- santri yang ada di Provinsi Kepulauan Riau mampu menguasai hafalan al qur’an dengan indikator pembanding jumlah santri yang hafal al Qur’an dibandingkan dengan jumlah santri yang ada di provinsi kepulauan Riau. Berikut uraiannya :

1. Meningkatnya Pemahaman Masyarakat Terhadap Nilai-Nilai Keagamaan

Pencapaian sasaran Meningkatnya Pemahaman Masyarakat Terhadap Nilai-Nilai Keagamaan dari indikator persentase mubaligh yang tersertifikasi dan persentase santri yang menjadi hafiz diukur dengan target dan realisasi sebagai berikut:

6.1. Persentase Mubaligh yang Tersertifikasi

Salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dalam meningkatkan iman dan taqwa masyarakat adalah dengan memperbanyak pegiat-pegiat agama yang senantiasa melakukan pembinaan kepada masyarakat dalam kehidupan beragama di Provinsi Kepulauan Riau. Hal ini bertujuan untuk membentuk cara pandang dan standar berdakwah yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi di Provinsi Kepulauan Riau. Tujuan dilakukannya pembinaan kepada pendakwah yang mensyiarkan nilai-nilai keagamaan (mubaligh) yang berupa pelatihan-pelatihan kepada remaja-remaja masjid adalah agar da’i dapat menyampaikan syiar agama sesuai standar dakwah di Kepri. Da’i yang lulus pelatihan akan diberikan sertifikat sebagai penghargaan bahwa mereka sudah mendapat pelatihan dari Pemerintah Provinsi Kepri.

Indikator Target Realisasi %

6.1 % Mubaligh yang

tersertifikasi

50 66.66 133

6.2 % santri yang menjadi hafiz

LAPORAN AKUNTANBILITAS

BIRO KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2019

Persentase mubaligh yang tersertifikasi diiukur dengan cara jumlah mubaligh yang tersertifikasi dibagi dengan jumlah mubaligh yang dibina dikali seratus. Di tahun 2019, capaian persentase mubaligh yang bersertifikasi mencapai 100%. Berdasarkan skala pengukuran ordinal, capaian Sasaran Meningkatnya Pemahaman Masyarakat Terhadap Nilai-Nilai Keagamaan masuk kategori baik. Dibanding dengan capaian persentase mubaligh yang tersertifikasi tahun 2018 jumlah mubaliq yang tersertifikasi mengalami peningkatan sebesar 100 mubaliq atau peningkatan sebesar 60%

Dari target 600 mubaligh yang dibina sampai dengan tahun 2021, sebanyak 250 mubaligh sudah tersertifikasi pada tahun 2019 sehinggan sampai dengan tahun 2019 jumlah mubaliq yang telah tersertifikasi sebesar 400 orang. Hal ini menunjukkan pencapaian target tahun 2019 telah memenuhi target tahunan. Namun demikian, bila dibandingkan dengan target 2021, capaian 2019 memiliki nilai persentase kumulatif sebesar 400 orang atau sebesar 66,6%.

Kendala dan permasalahan dalam mencapai indikator persentase mubaligh yang tersertifikasi adalah terbatasnya anggaran dengan frekuensi jumlah mubaligh yang tersebar di 7 kabupaten dan kota sehingga mengakibatkan waktu penyelenggaraan, jumlah peserta yang kurang merata dan pemateri kurang optimal dalam menyikapi berbagai permasalahan yang berbeda-beda antara satu kondisi dengan kondisi lain karena perberbeda-bedaan wilayah dan karakteristik masyarakat.

Berkenaan dengan hal tersebut, guna perbaikan kinerja di masa mendatang, perlu dilakukan penyesuaian anggaran dan lokasi pelaksanaan untuk melakukan pemetaan kondisi dan masalah yang terjadi antar daerah sehingga waktu pelaksanaan serta pola penyampaian materi lebih optimal, misalnya dengan melakukan

LAPORAN AKUNTANBILITAS

BIRO KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2019

kegiatan di tiap daerah sehingga karakteristik permasalahan mendapatkan solusi yang lebih tepat dan lebih akurat.

6.2. Persentase Santri yang menjadi Hafiz

Pembinaan terhadap santri-santri untuk menghapal Al Qur’an merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan iman dan taqwa. Hafiz adalah orang yang memiliki kemampuan menghapal Al Qur’an yang dapat dibuktikan dan diuji kemampuan hafalan Al Quran yang dikuasainya. Pembuktian atas kemampuan santri dalam menghafal Al Qur’an, maka santri dimaksud dikukuhkan dalam suatu prosesi wisuda yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Kepri. Persentase santri yang menjadi hafiz diiukur dengan cara jumlah santri yang menjadi hafiz dibagi dengan jumlah santri di Kepulauan Riau dikali seratus. Di tahun 2019, capaian persentase santri yang menjadi hafiz tidak mencapai target. Jumlah hafiz yang diwisuda tahun 2019 hanya 25% atau sebanyak 250 santri. Hal ini menunjukkan pencapaian target tahun 2019 belum memenuhi target tahunan. Dibandingkan dengan capaian tahun 2018, capaian indikator persentase hafiz yang diwisuda tahun 2019 lebih tinggi. Tahun 2018 capaian indikator dimaksud sebesar nul persen. Dengan demikian indikator persentase hafiz yang diwisuda tahun 2018 lebih rendah dibandingkan dengan capaian tahun 2019. Dari target 5.000 santri yang diwisuda sampai dengan tahun 2021, sebanyak 1.250 santri sudah diwisuda sampai dengan tahun 2019 atau sebesar 25%. Dengan demikian, sebanyak 3.750 santri atau sebesar 75% yang harus dicapai sampai akhir periode 2021. Permasalahan dalam mencapai target persentase santri yang menjadi hafiz adalah tidak tersedianya anggaran yang memadai sehingga dapat mendukung pencapaian indikator dimaksud di tahun 2019. Untuk capaian sasaran kinerja persentase santri yang mencadi hafiz sebesar 42 % belum memenuhi target yang di tetapkan sebesar 60 %. Hal ini disebabkan oleh ketergantungan terhadap kebutuhan dana

LAPORAN AKUNTANBILITAS

BIRO KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2019

dalam pelakasanaan yang sangat tinggi dalam mencapai target santri yang menjadi hafiz melalui pelaksanaan wisuda 1000 santri se-provinsi kepulauan Riau.

Solusi dari permasalahan tersebut adalah dengan merubah konsep kegiatan yang mana pada awalnya dalam bentuk penyelenggaraan wisuda santri menjadi pendataan santri yang menjadi hafiz melalui kegiatan monitoring dan evaluasi. Hal ini dilaksanakan mengingat setiap kabupaten dan kota setiap tahunnya menyelenggarakan wisuda santri sebagai indikator untuk menjadi hafiz pada berbagai tingkatan juz maupun instansi lembaga pendidikan Al Quran (kementrian agama, kecamatan, sekolah islam dan pondok pesantren). Sehingga pada akhirnya target capaian indikator kinerja santri yang menjadi hafiz untuk setiap tahunnya sebesar 1000 orang dan target RPJM sebanyak 5000 selama lima tahun dapat tercapai.

Berdasarkan persentase capaian indikator dan penggunaan anggaran untuk mencapai sasaran Meningkatnya Pemahaman Masyarakat Terhadap Nilai-nilai Keagamaan dinilai cukup efisien. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata persentase capaian indikator persentase mubaligh yang tersertifikasi dan indikator santri yang menjadi hafiz (87.5%) mendekati persentase realisasi anggaran (95,59%). Pencapaian sasaran ini didukung oleh Progam Pengembangan Nilai-Nilai Keagamaan

dengan realisasi sebesar Rp31.259.470.204 (95,59%) dari pagu Rp. 32.702.711.000

7. URAIAN KEGIATAN SECARA KESELURUHAN TAHUN 2019

Dokumen terkait