• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indikator Opini Laporan Keuangan Kementerian

III. AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT JENDERAL

3.3 Evaluasi Akuntabilitas Kinerja

3.3.2 Indikator Opini Laporan Keuangan Kementerian

pernyataan profesional pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada empat kriteria yakni kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan, kecukupan pengungkapan (adequate disclosures), kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan efektivitas sistem pengendalian intern. Perjanjian Kinerja (PK) tahun 2015 menetapkan salah satu indikator kinerja Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian adalah opini laporan Kementerian Pertanian. Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian memberikan target Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) terhadap indikator kinerja opini laporan keuangan tahun 2014 yang diukur pada tahun 2015. Realisasi target ini adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memberikan predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas Laporan Keuangan Kementerian Pertanian Tahun 2014 melalui LHP BPK RI atas Laporan Keuangan Kementerian Pertanian Tahun 2014 Nomor: 9.A/LHP/XVII/05/2015 tertanggal 29 Mei 2015. Namun, walaupun BPK memberikan WTP sebagai opini atas laporan keuangan Kementerian Pertanian, opini tahun 2014 tersebut masih Dengan Paragraf Penjelasan sekalipun sudah lebih baik dibandingkan opini tahun sebelumnya. Opini yang diberikan BPK pada tahun 2013 disertai dengan 2 (dua) paragraf penjelasan, yaitu persediaan yang belum memadai dan pengelolaan Aset Tidak kapasitas perencana; (10) penyusunan metode perencanaan

pertanian; (11) pelaksanaan pemantauan capaian indikator PK secara triwulanan, baik untuk PK Eselon II lingkup Sekretariat Jenderal, PK Sekretariat Jenderal, maupun PK Kementerian Pertanian; (12) pelaksanaan pemantauan dan evaluasi pembangunan pertanian; (13) pelaksanaan koordinasi serta peningkatan kapasitas penyusun Laporan Kinerja; dan (14) pelaksanaan penyusunan Laporan Kinerja Tahun 2014 dan Reviu oleh Inspektorat Jenderal.

Gambar 7 dan 8. Pelaksanaan Musrenbangtannas dan Rakor SAKIP Tahun 2015

Dalam pelaksanaannya indikator Nilai AKIP Kementerian Pertanian ini memiliki pagu anggaran sebesar Rp9.461.439.000,- dengan realisasi sampai dengan 31 Desember 2015 sebesar Rp8.718.423.430,- atau 92.15%.

3.3.2 Indikator Opini Laporan Keuangan Kementerian Pertanian Opini laporan keuangan kementerian Pertanian merupakan pernyataan profesional pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada empat kriteria yakni kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan, kecukupan pengungkapan (adequate disclosures), kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan efektivitas sistem pengendalian intern. Perjanjian Kinerja (PK) tahun 2015 menetapkan salah satu indikator kinerja Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian adalah opini laporan Kementerian Pertanian. Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian memberikan target Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) terhadap indikator kinerja opini laporan keuangan tahun 2014 yang diukur pada tahun 2015. Realisasi target ini adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memberikan predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas Laporan Keuangan Kementerian Pertanian Tahun 2014 melalui LHP BPK RI atas Laporan Keuangan Kementerian Pertanian Tahun 2014 Nomor: 9.A/LHP/XVII/05/2015 tertanggal 29 Mei 2015. Namun, walaupun BPK memberikan WTP sebagai opini atas laporan keuangan Kementerian Pertanian, opini tahun 2014 tersebut masih Dengan Paragraf Penjelasan sekalipun sudah lebih baik dibandingkan opini tahun sebelumnya. Opini yang diberikan BPK pada tahun 2013 disertai dengan 2 (dua) paragraf penjelasan, yaitu persediaan yang belum memadai dan pengelolaan Aset Tidak kapasitas perencana; (10) penyusunan metode perencanaan

pertanian; (11) pelaksanaan pemantauan capaian indikator PK secara triwulanan, baik untuk PK Eselon II lingkup Sekretariat Jenderal, PK Sekretariat Jenderal, maupun PK Kementerian Pertanian; (12) pelaksanaan pemantauan dan evaluasi pembangunan pertanian; (13) pelaksanaan koordinasi serta peningkatan kapasitas penyusun Laporan Kinerja; dan (14) pelaksanaan penyusunan Laporan Kinerja Tahun 2014 dan Reviu oleh Inspektorat Jenderal.

Gambar 7 dan 8. Pelaksanaan Musrenbangtannas dan Rakor SAKIP Tahun 2015

Dalam pelaksanaannya indikator Nilai AKIP Kementerian Pertanian ini memiliki pagu anggaran sebesar Rp9.461.439.000,- dengan realisasi sampai dengan 31 Desember 2015 sebesar Rp8.718.423.430,- atau 92.15%.

2. Melakukan monitoring dan penyelesaian atas aset – aset yang berasal dari satker inaktif.

3. Dalam rangka kepastian hukum kepemilikan aset tetap berupa tanah telah dilakukan pensertifikatan sebagian tanah milik Kementerian Pertanian yang belum bersertifikat.

Upaya tindak lanjut yang dilakukan terkait dengan permasalahan hibah diupayakan dengan melakukan penertiban pengelolaan hibah yang diterima oleh Kementerian Pertanian dan melakukan rekonsiliasi penerimaan hibah dengan Direktorat Jenderal (Ditjen) Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan serta menetapkan Pusat Kerjasama Luar Negeri (Pusat KLN) Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian sebagai pengelola satu pintu atas hibah.

Upaya tindak lanjut terkait dengan permasalahan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) dilakukan melalui 2 (dua) upaya, yaitu:

1. Melaksanakan pungutan atas kekurangan PNBP serta meningkatkan pengendalian, pengawasan dan pengamanan atas pemanfaat aset

2. Melakukan perbaikan Sistem Pengendalian Intern diantaranya: membuat pedoman pencatatan aset tak berwujud, pedoman pengelolaan persediaan, pedoman pengawasan dan pengendalian pengelolaan Aset, revisi PP 48 tahun 2012 tentang Tarif PNBP.

Bergerak (ATB) yang belum memadai. Sedangkan opini BPK tahun 2014 hanya disertai dengan 1 (satu) paragraf penjelasan, yaitu persediaan barang yang diserahkan kepada masyarakat namun belum disertai dengan berita acara serah terima. Untuk itu, maka rekomendasi perbaikan kedepan terhadap permasalahan ini adalah memperbaiki implementasi prosedur pengelolaan persediaan barang yang diserahkan kepada masyarakat.

Perkembangan Capaian Opini Laporan Keuangan Kementerian Pertanian oleh BPK-RI selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3. Capaian Opini Laporan Keuangan Kementerian Pertanian oleh BPK-RI Tahun 2010-2014

NO TAHUN OPINI BPK

1 2010 Wajar Dengan Pengecualian (WDP)

2 2011 Wajar Dengan Pengecualian (WDP)

3 2012 Wajar Dengan Pengecualian (WDP)

4 2013 Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) Dengan Paragraf Penjelasan (DPP)

5 2014 Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) Dengan Paragraf Penjelasan (DPP)

Sumber: Biro Keuangan dan Perlengkapan, 2015

Perolehan opini yang semakin tahun semakin baik tersebut tidak terlepas dari komitmen pimpinan akan upaya tindak lanjut hasil pemeriksaan yang menjadi catatan pemeriksaan tahun sebelumnya. Ada 3 (tiga) upaya tindak lanjut pemeriksaan yang dilakukan terkait dengan aset, yaitu :

1. Memastikan bahwa semua Pengelolaan PNBP, Pengelolaan Persediaan, Pengelolaan Aset lebih tertib di tahun 2014.

2. Melakukan monitoring dan penyelesaian atas aset – aset yang berasal dari satker inaktif.

3. Dalam rangka kepastian hukum kepemilikan aset tetap berupa tanah telah dilakukan pensertifikatan sebagian tanah milik Kementerian Pertanian yang belum bersertifikat.

Upaya tindak lanjut yang dilakukan terkait dengan permasalahan hibah diupayakan dengan melakukan penertiban pengelolaan hibah yang diterima oleh Kementerian Pertanian dan melakukan rekonsiliasi penerimaan hibah dengan Direktorat Jenderal (Ditjen) Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan serta menetapkan Pusat Kerjasama Luar Negeri (Pusat KLN) Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian sebagai pengelola satu pintu atas hibah.

Upaya tindak lanjut terkait dengan permasalahan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) dilakukan melalui 2 (dua) upaya, yaitu:

1. Melaksanakan pungutan atas kekurangan PNBP serta meningkatkan pengendalian, pengawasan dan pengamanan atas pemanfaat aset

2. Melakukan perbaikan Sistem Pengendalian Intern diantaranya: membuat pedoman pencatatan aset tak berwujud, pedoman pengelolaan persediaan, pedoman pengawasan dan pengendalian pengelolaan Aset, revisi PP 48 tahun 2012 tentang Tarif PNBP.

Bergerak (ATB) yang belum memadai. Sedangkan opini BPK tahun 2014 hanya disertai dengan 1 (satu) paragraf penjelasan, yaitu persediaan barang yang diserahkan kepada masyarakat namun belum disertai dengan berita acara serah terima. Untuk itu, maka rekomendasi perbaikan kedepan terhadap permasalahan ini adalah memperbaiki implementasi prosedur pengelolaan persediaan barang yang diserahkan kepada masyarakat.

Perkembangan Capaian Opini Laporan Keuangan Kementerian Pertanian oleh BPK-RI selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3. Capaian Opini Laporan Keuangan Kementerian Pertanian oleh BPK-RI Tahun 2010-2014

NO TAHUN OPINI BPK

1 2010 Wajar Dengan Pengecualian (WDP)

2 2011 Wajar Dengan Pengecualian (WDP)

3 2012 Wajar Dengan Pengecualian (WDP)

4 2013 Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) Dengan Paragraf Penjelasan (DPP)

5 2014 Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) Dengan Paragraf Penjelasan (DPP)

Sumber: Biro Keuangan dan Perlengkapan, 2015

Perolehan opini yang semakin tahun semakin baik tersebut tidak terlepas dari komitmen pimpinan akan upaya tindak lanjut hasil pemeriksaan yang menjadi catatan pemeriksaan tahun sebelumnya. Ada 3 (tiga) upaya tindak lanjut pemeriksaan yang dilakukan terkait dengan aset, yaitu :

1. Memastikan bahwa semua Pengelolaan PNBP, Pengelolaan Persediaan, Pengelolaan Aset lebih tertib di tahun 2014.

kesepakatan dengan semua Eselon I mengenai rencana aksi penyelesaiannya.

BPK mengakui bahwa upaya Kementerian Pertanian yang menindaklanjuti temuan hasil pemeriksaan rata-rata di atas 70%

tiap tahunnya. Upaya yang dilakukan Kementerian Pertanian ini merupakan upaya paling baik diantara lima K/L di bawah Auditorat KN IV BPK RI. Hal ini menunjukkan keseriusan Kementerian Pertanian dalam memperbaiki kinerja keuangan secara konsisten dan berkesinambungan.

Gambar 9 dan 10. Piagam Penghargaan Penyelamatan Arsip dan Piagam Penghargaan Wajar Tanpa Pengecualian Jika dilihat berdasarkan indikator kinerja terkait keuangan, dalam 5 (lima) tahun terakhir Sekretariat Jenderal Kementerian pertanian telah melakukan transformasi yang signifikan sebagai upaya dalam meningkatkan akuntabilitas kinerja Kementerian Pertanian.

Upaya tindak lanjut lainnya yang dilakukan dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan adalah:

1. Melaksanakan workshop penyusunan laporan keuangan di 33 Provinsi untuk memastikan penyelesaian penyusunan

laporan keuangan tingkat

satker dan tingkat wilayah serta tindak lanjut rekomendasi BPK per Provinsi.

2. Melakukan verifikasi atas laporan keuangan satker dan UAPPA/B-W dimana khusus untuk tahun 2015 jumlah satker Kementerian Pertanian sebanyak 1.384 satker.

3. Melakukan reviu atas laporan keuangan satker dan UAPPA/B-W oleh Inspektorat Jenderal.

4. Melakukan koordinasi lebih intensif antar semua Eselon I lingkup Kementerian Pertanian untuk penyelesaian tindak lanjut rekomendasi BPK-RI.

5. Membuat peta atas semua permasalahan – permasalahan yang diperkirakan akan berdampak pada peningkatan kualitas laporan keuangan dan opini BPK-RI, yang menggambarkan permasalahan utama, Eselon I terkait, satker terkait, nilai rupiah serta volume, yang untuk selanjutnya telah dibuat

kesepakatan dengan semua Eselon I mengenai rencana aksi penyelesaiannya.

BPK mengakui bahwa upaya Kementerian Pertanian yang menindaklanjuti temuan hasil pemeriksaan rata-rata di atas 70%

tiap tahunnya. Upaya yang dilakukan Kementerian Pertanian ini merupakan upaya paling baik diantara lima K/L di bawah Auditorat KN IV BPK RI. Hal ini menunjukkan keseriusan Kementerian Pertanian dalam memperbaiki kinerja keuangan secara konsisten dan berkesinambungan.

Gambar 9 dan 10. Piagam Penghargaan Penyelamatan Arsip dan Piagam Penghargaan Wajar Tanpa Pengecualian Jika dilihat berdasarkan indikator kinerja terkait keuangan, dalam 5 (lima) tahun terakhir Sekretariat Jenderal Kementerian pertanian telah melakukan transformasi yang signifikan sebagai upaya dalam meningkatkan akuntabilitas kinerja Kementerian Pertanian.

Upaya tindak lanjut lainnya yang dilakukan dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan adalah:

1. Melaksanakan workshop penyusunan laporan keuangan di 33 Provinsi untuk memastikan penyelesaian penyusunan

laporan keuangan tingkat

satker dan tingkat wilayah serta tindak lanjut rekomendasi BPK per Provinsi.

2. Melakukan verifikasi atas laporan keuangan satker dan UAPPA/B-W dimana khusus untuk tahun 2015 jumlah satker Kementerian Pertanian sebanyak 1.384 satker.

3. Melakukan reviu atas laporan keuangan satker dan UAPPA/B-W oleh Inspektorat Jenderal.

4. Melakukan koordinasi lebih intensif antar semua Eselon I lingkup Kementerian Pertanian untuk penyelesaian tindak lanjut rekomendasi BPK-RI.

5. Membuat peta atas semua permasalahan – permasalahan yang diperkirakan akan berdampak pada peningkatan kualitas laporan keuangan dan opini BPK-RI, yang menggambarkan permasalahan utama, Eselon I terkait, satker terkait, nilai rupiah serta volume, yang untuk selanjutnya telah dibuat

kembali lagi menggunakan lead indicator, yaitu Laporan keuangan Kementerian Pertanian lengkap dan tepat waktu dimana indikator ini merupakan indikator proses. Kementerian Pertanian kembali menggunakan lag indicator pada tahun 2015 untuk indikator kinerja keuangan, yaitu opini laporan keuangan Kementerian Pertanian yang diukur melalui opini BPK atas laporan keuangan Kementerian Pertanian. Indikator ini menjadi satu-satunya indikator yang digunakan dalam mengukur kinerja keuangan Kementerian Pertanian. Sehingga, tidak hanya kualitas indikator kinerja saja yang mengalami peningkatan, namun juga jumlah indikator yang digunakan semakin sedikit dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan komitmen yang tinggi dari Kementerian Pertanian melalui Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian dalam meningkatkan kinerja dari waktu ke waktu.

Sama halnya dengan indikator nilai AKIP Kementan, indikator opini atas laporan keuangan Kementerian Pertanian juga terkait dengan indikator nilai reformasi birokrasi Kementerian pertanian.

Keterkaitan antar kedua indikator tersebut dapat ditunjukkan pada gambar berikut ini.

Kementerian Pertanian menerapkan 6 (enam) indikator kinerja terkait keuangan pada tahun 2011, yaitu :

1. Jumlah laporan penyelesaian kerugian negara, pelaksanaan anggaran, dan realisasi pendapatan PNBP (laporan).

2. Jumlah dokumen penetapan pejabat pengelola keuangan Kementan (dokumen).

3. Jumlah laporan verifikasi dan keuangan Kementan (laporan).

4. Jumlah laporan penatausahaan, pemanfaatan dan penghapusan BMN, serta pengelolaan aset Kementan (laporan).

5. Jumlah laporan pelaksanaan penataan arsip, pembinaan fungsional arsiparis dan elektronisasi arsip (laporan).

6. Jumlah laporan pengelolaan keuangan Sekretariat Jenderal (laporan).

Jika dilihat dari keenam indikator kinerja tahun 2011 tersebut, maka indikator kinerja yang digunakan cenderung bersifat lead indicator dengan menggunakan jumlah laporan atau jumlah dokumen sebagai indikator kinerja. Kemudian pada tahun 2012 Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian meningkatkan kualitas indikator kinerjanya. Tahun 2012 tersebut Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian menggunakan 2 (dua) indikator kinerja terkait keuangan, yaitu Kualitas laporan keuangan (opini BPK) dan Ketersediaan Arsip Dinamis sebagai alat bukti yang sah (%).

Indikator ini merupakan lag indicator dimana penggunaan kualitas laporan keuangan (opini BPK) merupakan indikator outcome yang pencapaiannya berada diluar kendali organisasi. Namun karena satu dan lain hal, indikator kinerja pada tahun 2013 dan 2014

kembali lagi menggunakan lead indicator, yaitu Laporan keuangan Kementerian Pertanian lengkap dan tepat waktu dimana indikator ini merupakan indikator proses. Kementerian Pertanian kembali menggunakan lag indicator pada tahun 2015 untuk indikator kinerja keuangan, yaitu opini laporan keuangan Kementerian Pertanian yang diukur melalui opini BPK atas laporan keuangan Kementerian Pertanian. Indikator ini menjadi satu-satunya indikator yang digunakan dalam mengukur kinerja keuangan Kementerian Pertanian. Sehingga, tidak hanya kualitas indikator kinerja saja yang mengalami peningkatan, namun juga jumlah indikator yang digunakan semakin sedikit dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan komitmen yang tinggi dari Kementerian Pertanian melalui Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian dalam meningkatkan kinerja dari waktu ke waktu.

Sama halnya dengan indikator nilai AKIP Kementan, indikator opini atas laporan keuangan Kementerian Pertanian juga terkait dengan indikator nilai reformasi birokrasi Kementerian pertanian.

Keterkaitan antar kedua indikator tersebut dapat ditunjukkan pada gambar berikut ini.

Kementerian Pertanian menerapkan 6 (enam) indikator kinerja terkait keuangan pada tahun 2011, yaitu :

1. Jumlah laporan penyelesaian kerugian negara, pelaksanaan anggaran, dan realisasi pendapatan PNBP (laporan).

2. Jumlah dokumen penetapan pejabat pengelola keuangan Kementan (dokumen).

3. Jumlah laporan verifikasi dan keuangan Kementan (laporan).

4. Jumlah laporan penatausahaan, pemanfaatan dan penghapusan BMN, serta pengelolaan aset Kementan (laporan).

5. Jumlah laporan pelaksanaan penataan arsip, pembinaan fungsional arsiparis dan elektronisasi arsip (laporan).

6. Jumlah laporan pengelolaan keuangan Sekretariat Jenderal (laporan).

Jika dilihat dari keenam indikator kinerja tahun 2011 tersebut, maka indikator kinerja yang digunakan cenderung bersifat lead indicator dengan menggunakan jumlah laporan atau jumlah dokumen sebagai indikator kinerja. Kemudian pada tahun 2012 Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian meningkatkan kualitas indikator kinerjanya. Tahun 2012 tersebut Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian menggunakan 2 (dua) indikator kinerja terkait keuangan, yaitu Kualitas laporan keuangan (opini BPK) dan Ketersediaan Arsip Dinamis sebagai alat bukti yang sah (%).

Indikator ini merupakan lag indicator dimana penggunaan kualitas laporan keuangan (opini BPK) merupakan indikator outcome yang pencapaiannya berada diluar kendali organisasi. Namun karena satu dan lain hal, indikator kinerja pada tahun 2013 dan 2014

Tarif PNBP dan Petunjuk Akuntansi/ Teknis PNBP; (4) Penyusunan Standar Biaya Keluaran lingkup Sekretariat Jenderal; (5) Pembinaan Pengelolaan Badan Layanan Umum (6) Koordinasi Biro KP, Eselon I dan Wilayah dalam rangka Penyusunan LK; (7) Verifikasi Dokumen Sumber dan Laporan Keuangan; (8)Pelatihan Aplikasi SAIBA Penyusunan Laporan keuangan Tingkat Satker;

(9)Workshop Penyusunan Laporan Keuangan Semester II tahun 2014 tingkat Wilayah; (10) Sosialisasi penyusunan CaLK SAIBA dan pembuatan aplikasi CaLK berbasis acrual; (11) Koordinasi dan evaluasi pelaksanaan monev Implementasi SAIBA; (12) Inventarisasi dan Penilaian BMN; (13) Pembinaan dan Verifikasi Laporan BMN Satker Lingkup Kementan; (14) Peningkatan SDM Pengelola Aplikasi SIMAK BMN Kementan; (15) Pembinaan dan Penyusunan Laporan BMN Tingkat Kementerian Pertanian; (16) Pembinaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Lingkup Kementan; (17) Pembinaan Pengawasan dan Pengendalian BMN Lingkup Kementan; (18) Rekonsiliasi Data dan Informasi BMN;

(19)Advokasi Penanganan BMN Bermasalah; (20) Penanganan Aset Kementerian Pertanian; (21) Penghapusan BMN Kementan; (22) Forum Koordinasi Pengelolaan Perlengkapan Kementerian Pertanian; (23) Pemasyarakatan Mekanisme Pengelolaan BMN Lingkup Kementerian Pertanian; (24)Koordinasi/Rekonsiliasi/

Evaluasi/Sosialisasi terkait Pelaksanaan Pertanggungjawaban Keuangan; (25) Koordinasi dan Monitoring Pengelolaan Tunjangan Gambar 11. Analisis perbandingan capaian nilai AKIP Kementan

terhadap capaian nilai RB Kementan

Gambar 11 diatas menunjukkan bahwa peningkatan pencapaian opini BPK dari WTP dengan dua paragraf menjadi WTP dengan satu paragraf penjelasan memberikan kontribusi dalam meningkatkan nilai RB, walaupun kontribusi tersebut cenderung menjaga stabilitas komponen nilai RB yang sudah baik yang dicapai tahun sebelumnya. Perhitungan capaian kinerja opini BPK secara kuantitatif memang menunjukkan konsistensi di angka 100%, namun secara kualitatif capaian 100% tahun 2013 berbeda bobot dengan capaian 100% pada tahun 2014 dikarenakan adanya penurunan paragraf penjelasan pada opini atas laporan keuangan yang diberikan BPKAdapun kegiatan-kegiatan yang mendukung keberhasilan dalam pencapaian kinerja indikator Opini Laporan Keuangan Kementerian Pertanian, antara lain: (1) Koordinasi dan Sinkronisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP);

(2)Penatausahaan Target PNBP Kementerian Pertanian;

(3)Optimalisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (3) Sosialisasi RPP

Tarif PNBP dan Petunjuk Akuntansi/ Teknis PNBP; (4) Penyusunan Standar Biaya Keluaran lingkup Sekretariat Jenderal; (5) Pembinaan Pengelolaan Badan Layanan Umum (6) Koordinasi Biro KP, Eselon I dan Wilayah dalam rangka Penyusunan LK; (7) Verifikasi Dokumen Sumber dan Laporan Keuangan; (8)Pelatihan Aplikasi SAIBA Penyusunan Laporan keuangan Tingkat Satker;

(9)Workshop Penyusunan Laporan Keuangan Semester II tahun 2014 tingkat Wilayah; (10) Sosialisasi penyusunan CaLK SAIBA dan pembuatan aplikasi CaLK berbasis acrual; (11) Koordinasi dan evaluasi pelaksanaan monev Implementasi SAIBA; (12) Inventarisasi dan Penilaian BMN; (13) Pembinaan dan Verifikasi Laporan BMN Satker Lingkup Kementan; (14) Peningkatan SDM Pengelola Aplikasi SIMAK BMN Kementan; (15) Pembinaan dan Penyusunan Laporan BMN Tingkat Kementerian Pertanian; (16) Pembinaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Lingkup Kementan; (17) Pembinaan Pengawasan dan Pengendalian BMN Lingkup Kementan; (18) Rekonsiliasi Data dan Informasi BMN;

(19)Advokasi Penanganan BMN Bermasalah; (20) Penanganan Aset Kementerian Pertanian; (21) Penghapusan BMN Kementan; (22) Forum Koordinasi Pengelolaan Perlengkapan Kementerian Pertanian; (23) Pemasyarakatan Mekanisme Pengelolaan BMN Lingkup Kementerian Pertanian; (24)Koordinasi/Rekonsiliasi/

Evaluasi/Sosialisasi terkait Pelaksanaan Pertanggungjawaban Keuangan; (25) Koordinasi dan Monitoring Pengelolaan Tunjangan Gambar 11. Analisis perbandingan capaian nilai AKIP Kementan

terhadap capaian nilai RB Kementan

Gambar 11 diatas menunjukkan bahwa peningkatan pencapaian opini BPK dari WTP dengan dua paragraf menjadi WTP dengan satu paragraf penjelasan memberikan kontribusi dalam meningkatkan nilai RB, walaupun kontribusi tersebut cenderung menjaga stabilitas komponen nilai RB yang sudah baik yang dicapai tahun sebelumnya. Perhitungan capaian kinerja opini BPK secara kuantitatif memang menunjukkan konsistensi di angka 100%, namun secara kualitatif capaian 100% tahun 2013 berbeda bobot dengan capaian 100% pada tahun 2014 dikarenakan adanya penurunan paragraf penjelasan pada opini atas laporan keuangan yang diberikan BPKAdapun kegiatan-kegiatan yang mendukung keberhasilan dalam pencapaian kinerja indikator Opini Laporan Keuangan Kementerian Pertanian, antara lain: (1) Koordinasi dan Sinkronisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP);

(2)Penatausahaan Target PNBP Kementerian Pertanian;

(3)Optimalisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (3) Sosialisasi RPP

Dokumen terkait