• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut Anoraga dan Nanik (2003: 115),

“pengukuran partisipasi anggota berkaitan dengan peran ganda anggota sebagai pemilik dan sekaligus sebagai pelanggan.”

Dalam kedudukannya sebagai pemilki :

a) Para anggota memberikan kontribusinya terhadap pembentukan dan pertumbuhan perusahaan koperasi dalam bentuk kontribusi keuangan (penyerahan simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela, atau dana-dana pribadi yang diinvestasikan pada koperasi).

b) Mengambil bagian dalam penetapan tujuan, pembuatan keputusan dan proses pengawasan terhadap jalannya perusahaan koperasi. Partisipasi semacam ini disebut partisipasi kontributif.

Dalam kedudukannya sebagai pelanggan / pemakai, para anggota memanfaatkan berbagai potensi pelayanan yang disediakan oleh

37

perusahaan koperasi dalam menunjang kepentingannya. Partisipasi semacam ini disebut partisipasi insentif.

Pendapat yang sama dikemukakan Hanel dalam Any Meilani dan Sri Ismulyaty, (2002: 13) bahwa :

“Indikator partisipasi anggota yaitu memberikan kontribusi keuangan pada koperasi, mengambil bagian dalam menetapkan tujuan koperasi, memanfaatkan potensi yang telah disediakan koperasi dalam menunjang kepentingannya.”

1. Partisipasi dalam Pengambilan keputusan

Partisipasi anggota dalam pengambilan keputusan merupakan aktivitas keikutsertaan anggota dalam memberikan saran dan kritik atas pengelolaan usaha Koperasi. Menurut Undang – Undang No. 25 Tahun 1992 pada pasal 5 tentang prinsip – prinsip Koperasi, salah satunya berbunyi “ Pengelolaan dilakukan secara demokratis,” artinya pengelolaan Koperasi dilakukan atass kehendak dan keputusan para anggota.

Hal ini menunjukkan bahwa anggota harus memberikan keputusan dalam rapat anggota tentang kebijaksanaan pengelolaan Koperasi, baik di bidang kelembagaan maupun di bidang usaha. Keterlibatan anggota dalam pengambilan keputusan akan mendorong terlaksananya program kerja Koperasi. Hal ini dimungkinkan adanjya kesadaran atau pemahaman Koperasi sekaligus peningkatan kesejahteraan.

2. Partisipasi dalam Permodalan

Partisipasi merupakan kesadaran anggota sehingga Koperasi harus dapat memberikan rangsangan khusus agar anggota dapat berpartisipasi secara efektif. Partisipasi anggota dalam Koperasi dapat dinyatakan melalui penyertaan modal

38

yaitu peran aktif anggota membayar simpanan yang telah ditentukan, dan peran aktif anggota dalam pemanfaatan pelayanan barang dan jasa yang disediakan Koperasi.

Koperasi bukanlah kumpulan modal, namun modal merupakan salah satu unsur yang sangat menentukan keberhasilan Koperasi. Menurut Undang – undang No. 25 Tahun 1992 pada pasal 41, bahwa “Modal Koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman.” Salah satu faktor yang menyebabkan Koperasi sulit berkembang karena lemahnya permodalan Koperasi. Terbatasnya modal yang dimiliki Koperasi disebabkan kurangnya partisipasi anggota dalam pemupukan modal, sehingga akhirnya program Koperasi yang sudah direncanakan sulit trealisasi dan tujuan Koperasi sulit dicapai. Keterbatasan modal menyebabkan Koperasi belum mampu memenuhi kebutuhan anggota, mekanisme permodalan Koperasi dapat ditujukan pada Gambar 2.2 berikut ini :

Modal Kerja Modal Koperasi Modal Luar 1. Anggota 2. Koperasi 3. Bank 4. Lembaga Keuangan Non Bank 5. Penerbitan Obilgasi 6. Sumber Lain Modal Sendiri 1. Simpanan Pokok 2. Simpanan Wajib 3. Dana Cadangan 4. Donasi Donasi SHU Investasi

39

Gambar 2.2

Mekanisme Permodalan Koperasi

Sumber : Berhand Limbong 2010 : 92

Gambar 2.2 menjelaskan bahwa jenis permodalan Koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri merupakan modal yang menggambarkan kekuatan permodalan Koperasi. Modal pinjaman merupakan modal investasi yang penggunaannya harus didasarkan pada kebutuhan dan kemampuan pengembalian modal pinjaman tersebut.

3. Partisipasi dalam Pelayanan

Pelayanan pada anggota antara lain diwujudkan dengan cara menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan anggotanya, Koperasi bertindak sebagai penjual yang berperan memberikan barang dan jasa yang dibutuhkan anggota dengan harga yang semurah – murahnya yang mengguntungkan anggota, demikian pula halnya pada Koperasi pemasaran, dalam menampung hasil produksi anggotanya tidak bertindak sebagai pembeli, karena antara Koperasi dengan anggotanya tidak terjadi proses jual beli, sebab Koperasi di sini berperan menjualkan produk anggota dengan harga yang minimal sama dengan harga di pasar setempat.

Partisipasi anggota dalam membeli barang dan jasa akan meningkatkan total penjualan Koperasi. Kondisi tersebut, diwujudkan oleh koperasi melalui penyediaan barang dan jasa yang sesuai dengan keinginan para anggotanya, yaitu dapat memenuhi kebutuhan anggota yang belum tersedia di pasar atau kalau tersedia ditawarkan di pasar. Pada koperasi yang menyediakan pelayanan kredit, maka bunga atau manfaat yang diperoleh oleh anggota Koperasi harus lebih baik

40

dibandingkan dengan badan usaha lainnya yang menyediakan jasa kredit. Jika Koperasi menawarkan jasa pelayanan yang sesuai dengan kepentingan anggota, maka anggota akan lebih banyak memanfaatkan jasa pelayanan yang diberikan oleh Koperasi, sebagaimana menurut Ropke ( 2003 : 104 ) bahwa :

“partisipasi dalam organisasi yang ditandai oleh hubungan identitas, dapat diwujudkan jika pelayanan yang diberikan oleh perusahaan Koperasi sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan daripada anggotanya.”

Sebaliknya apabila barang dan jasa yang disediakan oleh Koperasi tidak sesuai dengan keinginan anggota, dalam arti disediakan dengan harga yang tidak menguntungkan, atau disediakan dengan kondisi yang lebih jelek daripada pesaing Koperasi maka anggota akan bersikap :

a. Tidak memanfaatkan jasa pelayanan perusahaan Koperasi b. Tidak memberikan kontribusi kearah pertumbuhan pelayanan

c. Tidak akan berpartisipasi dalam pembuatan keputusan dan proses pengawasan Tujuan menjadi anggota Koperasi antara alain untuk memperoleh manfaat yang lebih besar dibandingkan jika tidak menjadi anggota, maka Koperasi di tuntut dapat memberiikan pelayanan bagi para anggotanya. Usaha Koperasi untuk memberikan pelayanan yang sebaik – baiknya harus di dukung partisipasi aktif para anggotanya, dan untuk meningkatkan partisipasi insentif para anggota dengan jalan menyediakan pelayanan yang dibutuhkan anggotanya.

4. Partisipasi dalam Pengawasan

Partisipasi pengawasan adalah bentuk partisipasi anggota dalam hal mengawasi jalannya roda organisasi. Kriteria untuk mengukur partisipasi pengawasan di Koperasi meliputi :

41 a. Sikap anggota bila melihat penyimpangan

b. Sikap anggota bila merasakan adanya diskriminasi pelayanan

c. Sikap anggota bila melihat anggota lain memperoleh pelayanan lebih banyak d. Pengawasan kerja

Partisipasi pengawasan ini sangat penting di dalam Koperasi karena dengan adanya partisipasi ini, segala bentuk penyelewengan dapat diketahui dengan mudah dan upaya penanggulangannya juga dapat dengan mudah dilaksanakan, untuk lebih melaksanakan partisipasi ini di dalam Koperasi dibentuk sebuah badan yang merupakan perwakilan anggota yaitu Badan Pengawas.

Berdasarkan uraian tersebut, maka yang dimaksud dengan Indikator untuk mengukur partisipasi anggota dalam penelitian ini adalah :

a) Partisipasi dalam pengambilan keputusan dalam rapat anggota (kehadiran, keaktifan, dan penyampaian/mengemukakan pendapat/saran/ide/gagasan/kritik bagi koperasi).

b) Partisipasi dalam kontribusi modal (dalam berbagai jenis simpanan, simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela, jumlah dan frekuensi menyimpan simpanan, penyertaan modal).

c) Partisipasi dalam pemanfaatan pelayanan (dalam berbagai jenis unit usaha, jumlah dan frekuensi pemanfaatan layanan dari setiap unit usaha koperasi, besaran transaksi berdasarkan waktu dan unit usaha yang dimanfaatkan, besaran pembelian atau penjualan barang maupun jasa yang dimanfaatkan, cara pembayaran atau carapengambilan, bentuk transaksi, waktu layanan).

42

d) Partisipasi dalam pengawasan koperasi (dalam menyampaikan kritik, tata cara penyampaian kritik, ikut serta melakukan pengawasan jalannya organisasi dan usaha koperasi).

Dokumen terkait