• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1

2.1.5. Indikator Pencemaran Air

Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati melalui :

1. Perubahan Suhu Air

Alam kegiatan industri seringkali suatu proses disertai dengan timbulnya suatu panas reaksi atau panas dari suatu gerakan mesin. Agar proses industri dan mesin-mesin yang menujang kegiatan tersebut dapat berjalan baik maka panas yang terjadi harus dihilangkan. Penghilangan panas dilakukan dengan proses pendinginan air. Air pendingin akan mengambil panas yang terjadi. Air yang menjadi panas terebut kemudian dibuang ke sungai maka air sungai akan menjadi panas. Air sungai yang suhunya naik akan mengganggu kehidupan hewan air dan organism air lainnya karena kadar oksigen yang terlarut dalam air akan turun

bersamaan dengan keadaan suhu. Padahal setiap kehidupan memerukan oksigen untuk bernafas. Oksigen yang terlarut dalam air berasal dari udara yang secara lambat terdifusi ke dalam air. Makin tinggi kenaikan suhu air makin sedikit oksigen terlarut didalamnya.

2. Perubahan pH atau Konsentrasi Ion Hidrogen

Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH berkiksar anatara 6.7 – 7,5. Air dapat bersifat asam atau basa tergantung pada besar kecilnya pH air atau besarnya konsentrasi ion hidrogen di dalam air. Air yang mempunyai pH lebih kecil dari pH normal bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH lebih besar dari normal akan bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan dari kegiatan industri yang dibuang ke sungai akan mengubah pH air yang pada akhirnya dapat mengganggu kehidupan organisme di alam air.

3. Perubahan Warna, Bau, dan Rasa Air

Bahan buangan dan air limbah dari kegiatan industri yang berupa bahan anorganik dan bahan buangan dan air limbah industri dapat larut dalam air maka akan terjadi perubahan warna air. Air dalam keadaan normal dan bersih tidak akan berwarna, sehingga tampak bening dan jernih. Bau yang juga keluar dari dalam air dapat langsung berasal dari bahan buangan atau air limbah dari kegiatan industri, atau dapat pula berasa dari hasil degradasi bahan buangan oleh mikroba yang hidup didalam air. Timbulnya bau pada air lingkungan secara mutlak dapat dipakai sebagai salah satu tanda terjadinya tingkat pencemaran air yang cukup tinggi. Air yang mempunyai rasa biasannya berasal dari garam–garam yang terlarut. Bila hal ini terjadi maka berarti juga telah terjadi pelarutan ion–ion logam

yang dapat mengubah konsentrasi ion hidrogen dalam air. Adanya rasa pada air pada umumnya diikuti pula dengan perubahan pH air.

4. Timbulnya Endapan, Koloidal, Bahan Terlarut

Endapan dan koloidal serta bahan terlarut berasal dari adanya bahan buangan industri yang berbentuk padat. Bahan buangan industri yang berbentuk padat kalau tidak dapat larut sebagian akan menjadi koloidal. Apa bila endapan dan koloidal yang terjadi berasal dari bahan buangan organik, maka mikroorganisme, dengan bantuan oksigen yang terlarut di dalam air, akan melakukan degradasi bahan organik tersebut sehingga menjadi bahan yang lebih sederhana. Dalam hal ini kandungan oksigen, yang terlarut di dalam air akan berkurang sehingga oganisme lain yang memerlukan oksigen akan terganggau pula. Kalau bahan buangan industri berupa bahan anorganik yang dapat larut maka air akan mendapat tambahan ion-ion logam yang berasal dari bahan anorganik tersebut. Banyak bahan anorganik yang memberikan ion-ion logam berat yang pada umumnya bersifat racun, seperti kadmium. kromium dan timbal.

5. Mikroorganisme

Seperti telah dibahas pada bagian sebelumnya, bahwa mikroorganisme sangat berperan dalam proses degradasi bahan buangan dari kegiatan industri yang dibuang ke air lingkungan, baik sungai, danau maupun laut. Kalau bahan buangan yang harus didegradasi cukup banyak , berarti mikroorganisme akan ikut berkembang biak. Pada perkembang biakan mikroorganisme ini tidak tertutup kemugkinan bahwa mikroba patogen ikut berkembang pula. Mikroba patogen adalah penyebab timbulnya berbagai macam penyakit. Pada umumnya industri

pengolahan bahan makanan berpotensi untuk menyebabkan berkembang biaknya mikrorganisme, termasuk mikroba patogen.

6. Meningkatnya Zat Radioaktif Pada Lingkungan

Mengingat bahwa zat radioaktif dapat menyebabkan berbagai macam kerusakan biologis apalagi apabila tidak ditangani dengan benar, maupun melalui efek langsung maupun efek tertunda, maka tidak dibenarkan dan tidak etis bila ada yang membuang bahan sisa radioaktif ke lingkungan sudah ada sejak terbentuknya bumi ini, namun kita tidak boleh menambah radioaktif lingkungan dengan membuang secara sembarangan bahan sisa radioaktif ke lingkungan. Secara nasional sudah ada peraturan perundangan yang mengatur masalah masalah bahan sisa (limbah) radioaktif. Mengenai hal ini Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) secara aktif mengawasi pelaksanaan peraturan perundangan tersebut.

2.1.6 Dampak Pencemaran Air

Air yang telah tercemar dapat mengakibatkan kerugian yang besar bagi manusia. Kerugian yang disebabkan oleh pencemaran air dapat berupa :

1. Air Menjadi Tidak Bermanfaat Lagi

Air yang tidak dapat dimanfaatkan lagi akibat pencemaran air merupakan kerugian yang terasa secara langsung oleh manusia. Kerugian langsung ini pada umumnya disebabkan oleh terjadinya pencemaran air oleh berbagai komponen pencemar air. Bentuk kerugian langsung ini antara lain berupa : air tidak dapat digunakan lagi untuk keperluan rumah tangga, air tidak dapat digunakan untuk keperluan industri, air tidak dapat digunakan untuk keperluan pertanian.

2. Air Menjadi Penyebab Penyakit

Air lingkungan yang bersih sangat didambakan oleh setiap orang. Air lingkungan yang bersih saat ini termasuk barang yang langka harus dijaga kelestariannya. Untuk mendapatkan air lingkungan yang bersih, tebusan tersebut akan menjadi mahal apabila manusia tidak disiplin di dalam mematuhi perundangan lingkungan hidup yang bersih merupakan tanggung jawab bersama.

Air lingkungan yang kotor karena tercemar oleh berbagai macam komponen pencemar menyebabkan lingkungan hidup menjadi tidak nyaman untuk dihuni. Pencemaran air dapat menimbalkan kerugian yang leih jauh lagi yaitu kematian. Kematian dapat terjadi karena pencemaran yang terlalu parah sehingga air telah menjadi penyebab berbagai macam penyakit (Whardhana, 2004).

2.1.7 Usaha Mencegah Pencemaran Air

Usaha pencegahan pencemaran air bukan merupakan proses yang sederhana, tetapi melibatkan berbagai faktor sebagai beriku (Supardi, 2003) :

1. Air limbah yang akan dibuang keperairan harus diolah lebih dahulu sehingga memenuhi standar air limbah yang telah ditetapkan pemerintah. 2. Menentukan dan mencegah terjadinya interaksi sinergisme antar polutan

satu dengan lainnya.

3. Menggunakan bahan yang dapat mencegah dan menyerap minyak yang tumpah diperairan.

4. Tidak membuang air limbah rumah tangga langsung kedalam perairan. Hal itu mencegah pencemaran oleh bakteri.

5. Limbah radioaktif harus diproses dahulu agar tidak mengandung bahaya radiasi dan barulah dibuang diperairan.

6. Mengeluarkan dan menguraikan detergen atau bahan kimia lain dengan menggunakan aktivitas mikroba tertentu sebelum dibuang kedalam perairan umum.

2.2. Kromium

Kata kromium berasal dari bahasa Yunani (Chroma) yang berarti warna. Dalam bahan kimia, kromium dilambangkan “Cr”. Sebagai salah satu unsur logam berat, kromium mempunyai nomor atom (NA) 24 dan mempunyai berat atom (BA) 51,996. Logam kromium pertama kali ditemukan oleh Vagueline pada tahun 1797. Satu tahun setelah unsur ini ditemukan, diperoleh cara untuk mendapatkan logam kromium

Logam kromium murni tidak pernah ditemukan di alam. Logam ini di alam ditemukan dalam bentuk persenyawaan padat atau mineral dengan unsur-unsur lain. Sebagai bahan mineral, kromium paling banyak ditemukan dalam bentuk “Chromite”(FeOCr2O3). Kadang-kadang pada batuan mineral chromite juga ditemukan logam-logam Mg (magnesium), Al (alumunium), dan senyawa SiO3 (silikat). Logam-logam dan senyawa silikat tersebut dalam mineral chromite bukanlah merupakan penyusunan pada chromite melainkan berperan sebagai pengotor (impurities).

Logam kromium dapat masuk ke dalam semua strata lingkungan, apakah itu pada strata perairan, tanah, ataupun udara (lapisan atmosfer). Kromium yang masuk kedalam strata lingkungan dapat datang dari bermacam-macam sumber.

Tetapi sumber-sumber masukan logam kromium kedalam strata lingkungan yang umum dan diduga paling banyak adalah dari kegiatan-kegiatan perindutsrian, kegiatan rumah tangga dan dari pembakaran serta mobilisasi bahan-bahan bakar.

Dalam badan perairan kromium dapat masuk melalui dua cara, yaitu secara alamiah dan nonalamiah. Masuknya kromium secara alamiah dapat terjadi disebabkan oleh beberapa faktor fisika, seperti pengikisan yang terjadi pada batuan mineral. Di samping itu debu-debu dan partikel kromium yang di udara akan dibawa turun oleh air hujan. Masukan kromium yang terjadi secara nonalamiah lebih merupakan dampak atau efek dari aktivias yang dilakukan manusia. Sumber-sumber kromium yang berkaitan dengan aktivitas manusia dapat berupa limbah atau buangan industri sampai buangan rumah tangga.

Dalam badan perairan, terjadi bermacam-macam proses kimia, mulai dari proses pengompleksan sampai pada reaksi redoks. Proses kimia tersebut terjadi pada logam kromium yang ada di perairan. Proses kimia seperti pengompleksan dan sistem reaksi redoks, dapat mengakibatkan terjadinya pengendapan dan atau sedimentasi logam kromium di dasar perairan. Proses-proses kimiawi yang berlangsung dalam badan perairan juga dapat mengakibatkan terjadinya peristiwa reduksi dari senyawa-senyawa Cr6+ yang sangat beracun menjadi Cr3+, dapat berlangsung bila badan perairan berada dan atau mempunyai lingkungan yang bersifat asam. Untuk perairan yang berlingkungan basa,ion-ion Cr3+ akan diendapkan didasar perairan (Palar, 2008).

Kadar kromium maksimum yang diperkenankan bagi kepentingan air minum adalah 0,05 mg/liter. Kadar kromium pada perairan tawar biasanya kurang dari 0,001 mg/liter dan pada perairan laut sekitar 0,00005 mg/liter . kromium

trivalent biasanya tidak ditemukan diperairan tawar, sedangkan pada perairan laut sekitar 50% kromium merupakan kromium terivalen.

Garam-garam kromium yang masuk kedalam tubuh manusia akan segera dikeluarkan oleh tubuh. Akan tetapi, jika kadar kromium tersebut cukup besar, akan mengakibatkan kerusakan pada sistem pencernaan. Kadar kromium yang diperkenankan pada air minum adalah 0,05 mg/liter. Toksisitas kromium yang dipengaruhi oleh bentuk oksidasi kromium, suhu, dan pH. Kadar kromium diperkirakan aman bagi kehidupan akuatik adalah 0,05 mg/liter. Kadar kromium 0,1 mg/liter dianggap berbahaya bagi kehidupan organism (Effendi, 2003).

Dosis fatal senyawa kromium yang larut dalam air dan memungkinkan keracunan melalui mulut, seperti kalium kromat, kalium bikromat, dan asam kromat, kira-kira 5 g. Pada kematian yang disebabkan oleh keracunan senyawa kromium dapat terjadi nefritis yang disertai oleh pendarahan. Gejala klinis keracunan akut melalui mulut dapat menyebabkan kepala pening, rasa sangat haus, sakit perut, muntah, syok, dan oliguria atau anuria. Kematian yang terjadi karena uremia.

2.3 Zink

Seng (zinc) termasuk unsur yang terdapat dalam jumlah berlimpah dialam. Kadar zink pada kerak bumi sekitar 70 mg/kg. Kelarutan unsur oksida zink dalam air relatif rendah. Zink yang berikatan dengan klorida dan sulfat mudah terlarut, sehingga kadar zink dalam air sangat dipengaruhi oleh bentuk senyawanya. Ion zink mudah terserap kedalam sedimen dan tanah. Silikat terlarut dapat meningkatkan kadar zink, karena silikat mengikat zink. Jika perairan bersifat

asam, kelarutan seng meningkat. Kadar zink pada perairan alami < 0,05 mg/liter, pada perairan asam mencapai 50 mg/liter, dan pada perairan 001 mg/liter.

Sumber alami utama zink adalah calamine (ZnCO3), sphalarite (ZnS), smithsonite (ZnCO3), dan wilemite (Zn2SiO4). Zink digunakan dalam industri besi baja, cat, karet, tekstil, karet, dan bubur kertas.

Logam zink sebenarnya tidak toksik, tetapi dalam keadaan sebagai ion, zink bebas memilki toksisitas tinggi. Meskipun zink merupakan unsur esensial bagi tubuh tetapi dalam dosis tinggi zink dapat berbahaya dan bersifat toksik. Paparan zink dosis besar sangat jarang terjadi. Zink tidak diakumulasi sesuai bertambahnya waktu paparan karena seng dalam tubuh akan diatur oleh mekanisme homeostatic, sedangkan kelebihan seng akan diabsorbsi dan disimpan dalam hati.

Zink termasuk unsur yang essensial bagi makhlik hidup, yakni berfungsi untuk membantu kerja enzim. Zink juga diperlukan dalam proses fotosintesis sebagai agen bagi transfer hidrogen dan berperan dalam penbentukan protein. Davis dan Connel (1991) mengemukakan bahwa zink tidak bersifat toksik bagi manusia, akan tetapi pada kadar yang tinggi dapat menimbulkan rasa pada air.

Kadar zink pada air minum sebaiknya tidak lebih 5 mg/liter. Toksisitas zink menurun dengan meningkatnya suhu dan menurunnya oksigen terlarut. Toksisitas zink bagi organisme akuatik (alga, avertebrata, dan ikan) sangat bervariasi,< 1 mg/liter hingga > 100 mg/liter. Bersama-sama dengan kalium, magnesium, kadmium, zink bersifat aditif, tokisitasnya merupakan penjumlahan dari masing-masing logam. Toksisitas zink dan tembaga bersifat sinergetik, yaitu

mengalami peningkatan,lebih toksik daripada penjumlahan keduanya (Effendi, 2003).

2.4 Selenium

Selenium (Se) dalam bentuk unsur tidak larut dalam air, melainkan terserap ke dalam partikulat. Bentuk selenium yang terlarut adalah selenit (SeO32-) dan selenat (SeO42-). Keberadaan selenium diperairan diperkirakan dapat menurunkan toksisitas arsen dan merkuri.

Kadar selenium pada kerak bumi sekiar 0,1 mg/kg. Sumber alami selenium di perairan adalah ferroslite (FeSe2), chalcopyrite, pentladite, dan pyrrhotite. Selenium banyak digunakan dalam besi, baja, cat, fotografi, pengolahan karet, elektronik, da sebagai insektisida. Selenium merupakan hasil sampingan dari proses batuan, pemurnian kobalt dari lumpur anoda, dan produksi asam sulfit dari lumpur timbal (Pb).

Pencemaran selenium dalam badan air bisa mencemari tanah pertanian melalui kandungan selenium yang mudah larut, contohnya selenat. Setelah terlarut, selenium menuju perairan dan akhirnya mengendap dalam tanah, lalu mengalami evaporasi sehingga selenium mencemari udara. Kadar air selenium bervariasi, tergantung pada faktor lingkungan dan proses geologi. Rata-rata kadar selenium diperairan adalah sebesar 0,02 ppm.

Dalam jumlah renik, selenium merupakan unsur yang essensial bagi hewan. Namun, pada kadar tinggi selenium juga bersifat toksik bagi tumbuhan, meskipun dengan intensitas yang rendah. Bagi hewan dan manusia, selenium bersifat toksik kumulatif. Kombinasi toksisitas selenium dan kadmium terhadap

alga hijau bersifat antagonistik. Air yang terkontaminasi selenium dapat mengakibatkan kematian dan kecacatan. Pelepasan selenium diakibatkan oleh perubahan cuaca, aktivitas manusia seperti pemurnian, produksi, dan peleburan mineral yang bisa mencemari perairan.

2.5 Inductively Coupled Plasma (ICP)

Inductively Coupled Plasma (ICP) adalah sebuah teknik analisa yang

digunakan untuk mendeteksi keberadaan logam dalam sampel. ICP digunakan untuk menganalisa kadar unsur-unsur logam dari suatu sampel dengan menggunakan metode yang didasarkan pada pengukuran intensitas emisi pada panjang gelombang yang khas untuk setiap unsur.

ICP pada saat ini banyak sekali digunakan untuk optikal spektrofotometri seperti yang sama dikemukakan oleh Velmer Fassel pada awal-awal tahun 1970-an. Gas argon diarahkan melalui obor yang terdiri dari tiga tabung konsentris yang dari kuarsa atau bahan lain yang cocok, seperti yang ditunjukan oleh gambar 2.1 berikut :

Penampang sebuah obor ICP dan kumparan beban yang menggambarkan urutan pengapian. (A) merupakan gas argon yang berputar-putar melalui obor. (B) merupakan daya frekuensi radio (RF) yang diterapkan pada kumparan beban. (C) merupakan percikan ion yang memproduksi beberapa elektron bebas dalam argon. (D) merupakan elektron bebas yang dipercepat medan radio frekuensi (RF) yang menyebabkan ionisasi lebih lanjut dan membentuk plasma. (E) merupakan sampel aerosol yang membawa aliran ke nebulizer melalui lubang dalam plasma.

Sebuah kumparan tembaga, disebut kumparan beban, mengengelilingi ujung atas obor dan dihubungkan ke generator dan frekuensi radio (RF). Ketika daya (biasanya 700-1500 watt) diterapkan pada kumparan pada tingkat yang sesuai dengan frekuensi generator. Dalam instrumen ICP frekuensi paling baik adalah pada 27 atau 40 megahertz (MHz). Osilasi radio frekuensi (RF) dari arus dalam kumparan menyebabkan medan listrik RF dan magnetik yang akan dibentuk didaerah bagian atas obor. Dengan ini, gas argon yang berputar-putar melalui obor akan terpercikkan, percikannya digunakan ke gas yang menyebabkan beberapa elekron akan diambil dari atom argon. Elektron ini kemudian akan terperengkap dalam medan magnet dan dipercepat oleh medan magnetnya. Dilakukan penambahan energi ke elektron dengan menggunakan kumparan, cara ini dikenal sebagai kopling induktif. Elektron berenergi tinggi ini pada gilirannya akan bertumbukkan dengan atom argon lain, elektron, dan ion argon, membentuk yang dikenal sebagai zat buangan dari ICP. Zat buangan dari ICP kemudian ditransfer melalui proses kopling induktif.

Kebanyakan sampel dianalisa awalnya sebagai cairan yang dinebulasi menjadi aersosl, tetesan sampel menjadi kabut untuk dianalisa oleh alat ICP.

Sampel aerosol kemudian dibawa kepusat plasma oleh inner (nebulizer) aliran argon. Fungsi pertama dari plasma temperatur tinggi adalah untuk memindahkan larutan, pelarut, aerosolnya, biasanya meninggalkan sampel sebagai partikel garam mikrokopis. Langkah selanjutnya melibatkan dekomposisi partikel garamnya menjadi sebuah gas dari molekul tunggal yang kemudian memisahkan diri menjadi atom (atomisasi). Proses–proses ini, dimana terjadi paling utama di zona pemanasan (PHZ). Proses yang sama yang terjadi dalam nyala api dan tungku yang digunakan untuk atom spektrofotometri serapan atom.

Gambar. 2.2. Proses yang terjadi ketika tetesan sampel diperkenalkan ke dalam debit ICP (Montaser, 1992)

2.5.1 Prinsip Kerja Alat Inductively Coupled Plasma (ICP)

Energi yang ditimbulkan oleh plasma pada Inductively Coupled Plasma

energi yang lebih tinggi dengan menyerap energi dari plasma. Saat kembali ke kondisi

energi terendah (ground state) terjadi pelepasan energi berupa cahaya, dimana

intensitas cahaya yang dipancarkan sebanding dengan konsentrasi elemen logam yang akan diukur.

Perangkat keras ICP-OES yang utama adalah plasma, dengan bantuan gas akan mengatomisasi elemen dari energi pada keadaan dasar ke tingkat yang lebih tinggi sambil memancarkan energi cahaya. Proses ini terjadi oleh Plasma yang dilengkapi dengan tabung konsentris yang disebut torch, paling sering dibuat dari silika. Torch ini terletak di dalam water-cooled coil of a radio frequency (r.f.)

generator. Gas yang mengalir ke dalam Torch, r.f. diaktifkan dan gas

menghasilkan konduktifitas listrik. Pembentukan induksi plasma sangat

bergantung pada kekuatan magnet dan pola yang mengikuti aliran gas. Perawatan plasma biasanya dengan pemanasan dari gas mengalir. Induksi dari magnet yang yang menghasilkan frekuensi tinggi arus listrik di dalam konduktor.

Sampel yang akan dianalisis harus dalam larutan. Untuk sampel padatan diperlukan preparasi sampel dengan proses pada umumnya dengan larutan asam. Nebulizer berfungsi untuk mengubah larutan sampel menjadi aerosol. Cahaya emisi oleh atom suatu unsur pada ICP harus dikonversi ke suatu sinyal listrik yang dapat diukur banyaknya. Hal ini diperoleh dengan mengubah cahaya tersebut ke dalam komponen radiasi (hampir selalu dengan cara difraksi kisi) dan kemudian mengukur intensitas cahaya dengan photomultiplier tube pada panjang gelombang spesifik untuk setiap elemen. Cahaya yang diemisikan oleh atom atau ion dalam ICP dikonversikan ke sinyal listrik oleh photomultiplier dalam spectrometer. Intensitas dari sinyal dibandingkan intensitas standard yang diketahui

konsentrasinya yang telah diukur sebelumnya. Beberapa elemen memiliki lebih dari satu panjang gelombang spesifik dalam spektrum yang dapat digunakan untuk analisis. Dengan demikian, pilihan panjang gelombng yang paling sesuai sangat mempengaruhi akurasi.

2.5.2 Bagian-bagian Alat dari ICP

Gambar 2.3 Bagian-bagian alat ICP (Montaser, 1992)

1. Pengkabut (Nebulizer)

Pengkabut adalah bagian yang mengubah cairan menjadi bentuk aerosol yang dapat pindah kedalam plasma. Proses nebulasi adalah salah satu langkah yang paling penting dalam ICP. Cara memperkenalkan sampel yang ideal akan menjadi salah satu penghantar dari semua sampel keplasma pada satu bentuk dimana plasma mungkin akan kembali menghasilkan larutan, uap atomisasi, dan ionisasi. Karena hanya bercak-bercak kecil yang dapat digunakan dalam ICP. Kemampuan untuk menghasilkan bercak kecil pada berbagai jenis sampel yang banyak tergantung pada keperluan dari sebuah nebulizer dari ICP.

2. Pompa Peristaltik (Pump)

Pompa peristaltik adalah jenis pompa perpindahan yang digunakan untuk memompa berbagai cairan. Pompa ini menggunakan sebuah penggulungan yang mendorong larutan sampel dimana tabung menggunakan proses peristaltik. Tabung pompa peristaltik adalah satu bagian dari sistem ICP yang biasanya memerlukan penggantian yang sering. Analisa harus memeriksa tabung pompa untuk pemakaian sehari-hari, yang umumnya ditandai dengan tekanan permanen di pipa yang dapat dirasakan dengan menjalankan jari seeorang melalui pipa. Kegagalan untuk menggantikan tabung pompa yang aus dpat mengakibatkan kinerja instrumen menurun karena ini dapat mencegah aliran sampel yang akan disampaikan ke pengkabut (nebulizer). Memakai tabung dapat dikurangi dengan melepaskan ketegangan pada pipa ketika pompa tidak digunankan.

3. Bagian Penyemprot (Spray Chamber)

Setelah sampel aerosol dibuat oleh pengkabut, harus diangkut ke obor sehingga disuntikkan ke dalam plasma. Karena tetesan sangat kecil hanya dalam aerosol yang cocok untuk diinjeksikan ke dalam plasma, bagian penyemprot adalah untuk menghapus tetesan besar dari aerosol. Tujuan kedua dari bagoian penyemprot adalah untuk menurunkan tekanan yang terjadi selama nebulisasi, karena pemompaan dari larutan. Secara umum, bagian penyemprot untuk ICP dirancang untuk memungkinkan tetesan dengan diameter sekitar 10 mm atau lebih kecil untuk lolos ke plasma. Dengan pengkabut khas, kisaran tetesan merupakan sekitar 1-5 % dari sampel dikeringkan ke dalam wadah buangan. Bagian penyemprot terbuat dari bahan tahan korosi yang memungkinkan analis

untuk mengguakan sampel yang mengandung asal fluoride yang dapat merusak kaca ruang semprot.

Dokumen terkait