• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDIKATOR TEKNIKAL

Dalam dokumen Buku Forex (Halaman 52-66)

Kelompok Indikator Teknikal

Para trader professional membagi indicator ke dalam tiga kelompok, yaitu: 1. Trend Following Indikator bekerja terbaik ketika pasar sedang

bergerak tetapi member isyarat palsu dan tidak baik ketika pasar sedang flat.

Osilator menangkap mengolah poin-poin di (dalam) pasar flat, tetapi member isyarat berbahaya dan premature ketika pasar mulai ke

kecenderungan trands.

Miscellaous Indikators menyediakan pengertian yang mendalam dan bermacam-macam tergantung para pemakai.

#Rahasia trading sukses adalah berkombinasi beberapa indicator dari kelompok berbeda sedemikian rupa sehingg kekurangan setiap indicator dapat ditutupi dan keunggulan positif masing indicator tidak terganggu dan dapat dimaksimalkan.#

Kategori Indikator

a. Lagging (mengikuti harga)

Stochastic, Range William, RSI, CCI, dan Momentum Indikator adalah pengikut arah Trends (trend follower) dikategorikan sebagai indicator mengikuti (lagging indicator) dan juga Moving Averages (SMA, EMA, MACD) termasuk di dalam kategori indicator.

b. Leading (mendahului harga)

Oscillators adalah termasuk leading indicator. Contoh lain adalah leading indicator ini adalah Pivot Points, trendless, support/resistance and fibo bisa digolongkan di jenis indicator ini mereka bisa membantu kita member arah harga kemana akan bergerak.

Untuk membuat indikator, anda dapat memilih pada menu TOOL BAR, selanjutnya anda dapat memilih indikator yang anda inginkan. Ada beberapa indikator yang kami referensikan untuk dapat anda gunakan.

Contoh-contoh Indikator

1. Parabolic SAR

Parabolic SAR menjadi salah satu indicator efektif dalam menentukan kondisi market yang sedang trend (trending market)

Penggunaan Parabolic SAR

Pada SAR, ketika harga sedang dalam trend naik, maka titik SAR berada dibawah dari pergerakan harga. Sebaliknya ketika market sedang dalam trend turun maka titik SAR berada diatas dari pergerakan harga.

Pada gambar diatas titik SAR berada diatas bar yang menunjukkan bahwa harga sedang berada dalam trend turun. Sebaliknya kalau titik SAR ada dibawah, maka menunjukkan trend naik.

Seperti telah disinggung diatas, kelebihan Parabolic SAR adalah tampilannya yang berupa titik sehingga dengan demikian memudahkan seseorang dalam membaca keadaan market. Trader cukup melihat dimanakah posisi titik SAR apakah dibawah atau diatas dari bar untuk mengetahui trend yang terjadi. Lebih dari itu, semakin jauh jarak antara titik SAR dengan harga tinggi atau terendah dari bar, itu menandakan semakin kuat trend naik/turun yang terjadi.

PARABOLIC SAR dan STOP LOSS

Nah kita masuk dalam bahasan kegunaan SAR yang cukup unik disini. Bahkan hanya SAR yang memiliki kemampuan seperti ini yaitu kegunaan SAR sebagai penentu titik Stop Loss. Ingat bahwa SAR merupakan kependekan dari Stop and Reverse yang kurang lebih artinya berhenti lalu berbalik arah.

Titik SAR bukan saja dapat digunakan sebagai penentu up trend atau down trend. Begitu juga jarak antara titik SAR dengan harga terendah atau tertinggi dari bar yang ada bukan hanya dapat digunakan sebagai penentu kuat lemahnya trend yang terjadi. Lebih dari itu, jika Anda adalah seorang trader dengan Stop Loss (sangat disarankan bertrading menggunakan Stop), maka kabar baiknya titik SAR dapat anda gunakan sebagai titik Stop Loss Anda.

Perhatikan gambar dibawah ini:

Saat market sedang bergerak dalam situasi sideways atau tidak adanya trend pergerakan harga. Kondisi sideways ditandai dengan rapatnya jarak antara titik SAR dengan highest/lowest price yang ada. Kondisi sideways yang lebih buruk ditandai dengan berpindah-pindahnya titik SAR diatas dan dibawah bar sehingga menyulitkan Kita dalam membuka posisi. Itu sebabnya mengapa dari awal Saya menyarankan menggunakan SAR beserta indicator lainya sebagai penutup kekurangan SAR.

Perhatikan gambar berikut.

2. Moving Average (MA)

Merupakan indicator yang paling sering digunakan dan merupakan indicator paling standar. Moving average artinya adalah rata-rata bergerak. Moving average mempunyai tiga varian yang berbeda, yaitu Simple Moving Average, Weighted Moving Average, dan Exponential Moving Average. Masing-masing merupakan metode rata-rata bergerak, hanya saja cara merata-ratakannya saja yang berbeda satu sama lain dan berapa periode yang kita gunakan.

ANALISA Moving Avarage :

a. Prediksi harga naik jika harga memotong garis moving average dari bawah ke atas.

Prediksi harga turun jika harga memotong garis moving average dari atas ke bawah.

ANDA DAPAT MEMBUAT PERIODE-PERIODE PADA MOVING AVARAGE: 5, 8, 10, 20. 30 dengan cara mengubah parameternya. Cobalah….

Secara garis besar dapat digunakan untuk hal-hal berikut.

1. Menentukan trends yang akan terjadi. Menentukan titik support dan resistance.

Memuluskan indicator yang lain yang terlalu bergerigi.

Pada bagian ini saya akan membahasa mengenai menentukan trends dengan memakai SMA.

Nah, untuk lebih jelasnya mari kita perhatikan lagi grafik SMA di atas. Di sini dapat kita lihat bahwa apabila harga naik, SMA berada di bawah dari candlestick dan sebaliknya bila harga bergerak turun, maka SMA berada di atas candlestick. Apabila terjadi crossing antara harga dengan SMA, maka dapat kita ketahui bahwa akan terjadi arah perubahan trend.

Nah, bagaimana kalau kita menggunakan dua buah SMA dengan dua periode yang berbeda?

Dengan menggunakan dua SMA dengan dua periode yang berbeda kita dapat lebih akurat lagi memprediksikan kemana harga akan bergerak. Apabila telah terjadi perpotongan antara harga dengan kedua SMA maka akan dipastikan bahwa harga akan berubah arahnya. Dengan demikian kita memiliki tiga buah perpotongan garis, yaitu perpotongan antara SMA 20 dan SMA 40 dan perpotongan SMA 20 dengan harga serta perpotongan SMA 40 dengan harga. Dapat kita catat bahwa apabila rentang antara kedua SMA semakin besar maka kemungkinan trend akan terus berlangsung dan bila mulai terjadi penyempitan jarak diantara keduanya dan sampai terjadi perpotongan kembali, bisa disimpulkan bahwa trend sudah berakhir. Mudah bukan?

Tentu saja penerapan periode yang tepat amat membantu di sini. Sayangnya, sampai saat ini belum ada aturan pencarian periode yang tepat untuk dipakai. Memang perlu banyak-banyak beraltih dan mencoba (trial and error). Perlu dicatat bahwa penggunaan periode dapat berubah-ubah menurut kebutuhan mespun pair yang sama karena memang kondisi sebuah mata uang adalah dinamis dari waktu ke waktu.

Berikut ini penggunaan SMA untuk membaca trend dalam bentuk table.

No. Posisi SMA Arti

1. SMA berada di bawah harga

Kondisi bullish/trend naik

2. SMa berada di atas harga Kondisi bearish/trend menurun

3. SMA memotong harga dari bawah

Perubahan trend menuju bearish

4. SMA memotong harga dari atas

Perubahan trend menuju bullish

5. SMA periode lebih pendek memotong SMA periode lebih panjang dari bawah.

Perubahan trend menuju bearish

6. SMA periode lebih pendek memotong SMA periode lebih panjang dari atas.

Perubahan trend menuju bullish

7. SMA periode lebih panjang berada di atas SMA periode lebih pendek

Kondisi bearish/trend menurun

8. SMA periode lebih panjang berada di bawah SMA periode lebih pendek

Kondisi bullish / trend naik

MA dapat digunakan untuk menentukan arah trend, untuk menentukan proteksi, untuk masuk atau keluar (entry maupun exit) untuk meratakan (smoothing) gerakan-gerakan harga yang terlalu kasar, untuk sinyal konfirmasi dengan menggunakan sebagai sinyal CrossOver, dsb. Fungsi MA adalah meratakan

gerakan pasar yang fluktuatif dan mengidentifikasikan arah pergerakan harga, juga dengan MA bisa menunjukan kekuatan trend dari kecuraman dari sudut garisnya.

Jenis-Jenis Moving Average

1. Simple Moving Average

SMA dihitung dengan cara menambahkan harga yang akan dihitung kemudian dibagi dengan periode lama waktunya. Harga yang dihitung biasanya adalah harga close. Tapi bisa juga harga High, Low, atau rata-rata dari ketiganya.

2. Weighted (WMA), Exponential (EMA) dan Tringular MA

Beberapa trader beranggapan bahwa harga yang terakhir adalah lebih penting daripada harga yang lebih lama sehingga naik turunnya MA itu karena pengaruh harga terakhir bukan karena pengaruh data beberapa periode yang lalu sehingga harga yang terakhir diberi pemberat berupa bilangan bulat yang dikalikan pada harga terakhir. Jika pemberat tersebut linier maka disebutlah WMA dan bila berbentuk exponensial disebut EMA, sedangkan untuk triangular MA penekanan pemberatnya ada pada tengah-tengah periode.

3. Variabel MA dan Time Series MA

Variable MA adalah EMa yang parameternya dapat berubah (adaptif) berdasarkan volatilitas dari data, sedangkan time series MA dihitung berdasarkan teknik linier regresi.

Tips 1

Timing entry dengan menggunakan Single Moving Average (SMA, WMA, EMA) adalah: BUY bila harga (umumnya close) di atas rata-rata, SELL bila harga di bawah rata-rata.

Tips 2

Single Moving Average sering digunakan sebagai trend filter juga, yaitu bila harga di atas rata-rata, maka ambillah posisi BUY tapi gunakan indicator lain untuk entry demikian, untuk sebaliknya.

XMA merupakan penyempurnaan dari metode SMA. Seperti yang kita ketahui bahwa pembobotan SMA merupakan penyebab yang mengakibatkan terjadinya keterlambatan sinyal perubahan trend. Pemberian bobot XMA sama seperti juga WMA melibarkan periode. Hanya saja perbedaannya jika pada WMA semakin panjang periode yang kita gunakan semakin besar bobot terakhirnya, maka pada XMA terjadi sebaliknya, yaitu semakin panjang periode yang kita pakai, maka semakin kecil pembobotan nilai terakhir yang kita pakai.

Aplikasi XMA

Secara keseluruhan, peraturan pada XMA adalah sama seperti pada SMA karena memang cara perhitungannya sama hanya memiliki perbedaan pada pembobotan nilai saja. Berikut ringkasannya.

Penggunaannya dengan memakai dua buah XMA juga dapat digunakan sama seperti pada SMA

3. Relative Strenght Index (RSI)

Diperkenalkan pertama kali oleh J. Welles Wilder pada tahun 1978 pada bukunya New Concepts in Technical Trading Systems. Nilai dari RSI berada pada kisaran 0-100 (itulah sebabnya mengapa digolongkan sebagai indicator oscillator). Oscillate = berkisar). RSI sendiri

merupakan indicator yang membandingkan momentum harga yakni antara nilai pada saat ini terhadap daya tarik losses yang terjadi.

RSI dapat kita gunakan untuk mengetahui hal-hal berikut ini.

? Kondisi overbought/oversold Divergence positif/negative

? Momentum pergerakan harga a. Overbought/oversold menurut RSI

Cara pengidentifikasian kondisi overbought/oversold dengan RSI sangatlah sederhana. Sederhana namun belum tentu mudah. Aturan umum yang berlaku adalah kondisi overbought diperoleh bila RSI memotong garis 70 dan oversold bila RSI memotong garis 30.

Lalu apakah selalu 30-70? Tidak. Beberapa buku merekomendasikan 20-80 dan berbeda-beda untuk tiap pair yang kita tradingkan. Bisa saja untuk mata uang tertentu dalam kondisi tertentu batasan overbought/oversold berapada pada 40-60, jadi bergantung mana yang sesuai. Lagi-lagi perlu dilakukan trial and error. Namun demikian, sebagai sedikit panduan, RSI akan semakin akurat digunakan pada kondis pasar yang efisien dan stabil. Sampai saat ini, pasar forex merupakan pasar yang paling stabil dan efisien dalam pergerakannya

(harga lebih ditentukan oleh market dan sangat likuid). Jadi, sedikit banyak batasan 30-70 masih berlaku disini walaupun tidak mutlak.

Perhatikan chart berikut ini.

Jika indicator RSI bergerak naik sementara harga sedang menurun, hamper dapat dipastikan bahwa harga akan bergerak mengikuti pergerakan indicator RSI, yaitu kembali naik. Demikian juga sebaliknya bila RSI sedang menurun dan harga sedang naik, maka beberapa saat kemudian harga akan bergerak turun mengikuti arah pergerakan RSI.Perhatikan gambar di bawah ini.

4. Stochastic Oscillator

Merupakan alat analisis ciptaan George C Lane pada akhir 50-an. Seperti namanya, nilai kisaran pada indicator ini adalah 0-100 (oscillator). Stochastic Oscillator dibunakan untuk menunjukkan posisi closing relative terhadap range transaksi dalam suatu periode tertentu. Pada dasarnya indicator ini dipakai untuk mengukur

kekuatan relative harga terakhir terhadap selang harga tertinggi dan terendahnya selama selang periode waktu yang kita inginkan.

a. Interpretasi Stichastic Oscillator

Secara umum tidak berbeda dengan informasi pada RSI dan SMA. Dan memang Stochastic Oscillator sebenarnya adalah gabungan dari kedua jenis indicator tersebut dengan cara perhitungan yang berbeda. Secara keseluruhan, indicator ini dapat kita gunakan untuk menentukan keadaan overbought/oversold (yang artinya prediksi trend untuk jangka panjang), perpotongan antara %K dan &D (sebagai short term trend) dan Bullish.Bearish Centerline.

b. Overbought

Keadaan overbought/oversold menurut Stichastic diperoleh bila garis %K telah memasuki batasan 20 dan 80 yakni 20 untuk oversold dan di atas 80 untuk overbought. Sama dengan RSI bukan? Harap diingat juga bahwa batasan 20/80 ini bukanlah batasan mutlak. Bisa saja 30/70 atau yang lain. Jadi, jangan heran

bila saya juga menggunakan batasan yang berbeda dalam menentukan kondisi overbought/oversold dari situasi ini.

Kalau batasan overbought/oversold itu untuk trend jangka panjang, maka perpotongan %K dan %D ini kota gunakan untuk perubahan trend minor. Maksudnya begini, bila dalam suatu kondisi long biullish trend, seringkali sdalam pergerakannya kita menentukan trend-trend minor. Bisanya monir dan mayor di sini sangat relative bergantung pada time line yang kita gunakan. Untuk time line jam-jaman misalnya, jangan remgkan trend monir ini karena pergeraknnya bisa mencapai 50 point! Out artinya lebih dari cukup untuk memperoleh keuntungan sampai 50 dolar hanya dengan 1 lot dan mengandalakan monir trend.

Seperti yang kita ketahui sebelumnya %D merupakan MA dari %K yang tidak lain pencerminan dari perubahan harga. Jadi, sesuai dengan sifat MA dalam menentukan perubahan trend, setiap perpotongan antara %D dangan %K berarti adalah perubahan trend untuk jangka waktu singkat ke depan. Kondisi bullish terjadi bila garis %K memotong %D dari bawah dan sebaiknya trend bearish terjadi bila %K memotong dari atas. Keadaan ini bisa saja berlangsung bahkan ketika kedua garis sedang dalam wilayah overbought/oversold. Jika ini terhadi, itu artinya memang tekanan beli atau jual sedang kuatsekali sehingga akan terjadi kemungkinan harga menembus batas support dan resistancsinya.

ANALISA :

Bila anda melihat indicator Stochastic sedang bergerak diatas garis 70/80 ataupun dibawah garis 20/30 maka Tunggu, jangan melakukan order BUY / SELL terlebih dahulu. Anda lakukan order BUY / SELL setelah indicator bergerak diatas garis 20/30 atau dibawah garis 70/80.

STOP

. Anda Tidak

perlu BINGUNG

untuk membaca kecenderungan pergerakan harga, semua dapat kita simpulkan dalam LANGKAH-LANGKAH dibawah ini :

1.

Setelah Anda membuka layar

Metatrader,dan melakukan login, maka lihat

Dalam dokumen Buku Forex (Halaman 52-66)

Dokumen terkait