• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. DAYASAING MINYAK SAWIT INDONESIA

5.1. Analisis Komponen Sistem Berlian Porter

5.1.3. Industri Terkait dan Pendukung

Keberadaan industri terkait dan industri pendukung yang memiliki dayasaing global juga akan mempengaruhi dayasaing industri utamanya. Industri hulu yang memiliki dayasaing global akan memasok input bagi industri utama dengan harga yang lebih murah, dan mutu yang lebih baik. Begitu juga dengan adanya industri pendukung, dayasaing suatu industri akan semakin baik.

1) Industri Terkait a) Industri Pemasok

Minyak sawit atau yang lebih dikenal dengan CPO merupakan produk utama dari tanaman kelapa sawit. Sebagai negara produsen CPO terbesar di dunia, Indonesia memiliki banyak sekali pemain di bisnis perkebunan kelapa sawit. Pada Perkebunan Besar Negara (PBN), pemain utamanya adalah PT Perkebunan Nusantara (PTPN). Saat ini ada 10 PTPN yang merupakan produsen CPO di Indonesia antara lain PTPN I - PTPN VIII, PTPN XIII dan PTPN XIV. Sementara itu, pada pemain utama pada Perkebunan Besar Swasta (PBS) kelapa sawit diantaranya adalah Astra Agro Lestari, Sinarmas (SMART), Indofood, Permata Hijau Group, Sampoerna Agro, Musim Mas, Asian Agri, Wilmar Corporation, Bakrie Sumatera Plantation, dan PP London Sumatera. Selain itu masih banyak lagi perusahaan-perusahaan perkebunan daerah yang kecil-kecil dan jumlahnya mencapai ratusan.

b) Industri Minyak Sawit Olahan

Industri minyak sawit (CPO) terdiri dari pabrik yang mengolah CPO menjadi produk CPO turunan lainnya. Industri yang bergerak di sektor ini memanfaatkan CPO sebagai bahan baku utama dalam pembuatan produknya. Industri yang termasuk ke dalam sektor ini diantaranya adalah industri pangan dan

dunia. ISPO berkomitmen untuk melindungi lingkungan melalui penerapan budidaya berkelanjutan untuk banyak komoditi, seperti kelapa sawit, coklat, kopi, dan lainnya.

48 nonpangan. Dalam industri pangan, CPO digunakan sebagai bahan untuk membuat minyak goreng, lemak pangan, margarin, lemak khusus (substitusi cacao butter), kue, biskuit, dan es krim. Sementara itu, dalam industri nonpangan CPO digunakan sebagai bahan untuk membuat sabun, detergen, surfakat, pelunak (plasticizer), pelapis (surface coating), pelumas, sabun metalik, bahan bakar mesin diesel, dan kosmetika. Hal ini seperti digambarkan pada pohon industri minyak sawit yang berada pada Lampiran 8.

Produk utama dari olahan CPO yang penting di Indonesia adalah minyak goreng. Di Indonesia, karakteristik industri minyak goreng adalah sebanyak 32% non integrasi, sisanya sebanyak 66% terintegrasi dengan perkebunan kelapa sawit (Nugroho, 2009). Saat ini tercatat Indonesia memiliki 94 pabrik minyak goreng yang tersebar di 19 propinsi, dan pabrik terbanyak terletak di Sumatera Utara sebanyak 13 pabrik dan Kalimantan Barat sebanyak 11 pabrik.

Tabel 8. Distribusi Pabrik Minyak Goreng di Indonesia

No Provinsi Jumlah Pabrik (unit)

1 Nanggroe Aceh Darussalam 2

2 Sumatera Utara 13 3 Sumatera Barat 3 4 Riau 8 5 Jambi 2 6 Sumatera Selatan 5 7 Lampung 4 8 DKI Jaya 8 9 Jawa Barat 8 10 Jawa Tengah 5 11 Jawa Timur 9 12 Banten 1 13 Kalimantan Barat 11 14 Kalimantan Timur 2 15 Sulawesi Utara 5 16 Sulawesi Tengah 1 17 Sulawesi Selatan 5 18 Gorontalo 1 19 Papua Barat 1 Indonesia 94 Sumber: DMSI (2010)

49 Selain industri minyak goreng, Indonesia juga terus mengembangkan industri turunan minyak sawit, salah satunya industri oleokimia. Hingga saat ini, di Indonesia tercatat sembilan produsen oleokimia dasar yang memproduksi fatty acid, fatty alcohol dan glycerine. Kapasitas terpasang fatty acid mencapai 986.000 ton/tahun, fatty alohol mencapai 490.000 ton/tahun dan glycerine mencapai 141.700 ton/tahun.

Tabel 9. Kapasitas Produksi Industri Oleokimia di Indonesia

No Nama Perusahaan

Kapasitas Produksi (Ton/Tahun)

Fatty Acid Fatty Alcohols Glycerin

1 PT Ecogreen (Medan & Batam) 45.000 350.000 24.000

2 PT Sumiasih. Bekasi 91.000 10.000

3 PT SOCI MAS . Medan 80.000 8.000

4

PT Flora Sawita Chemindo (Bakrie

Group). Medan 50.000 5.100

5 PT Musim Mas. Medan 320.000 100.000 30.000

6 PT Domba Mas (Bakrie Group).

Kuala Tanjung 60.000 40.000 4.600

7 Wilmar Group. Gresik 120.000 30.000

8 PT Nubika Jaya. Kisaran 130.000 20.000

9 PT Cisadane Raya Chemical.

Tangerang 90.000 10.000

Total 986.000 490.000 141.700

Sumber: Apolin (2010) diacu dalam DMSI (2010)

Semakin menipisnya cadangan energi berbasis fosil mendorong dunia mencari energi alternatif pengganti minyak fosil, salah satunya biodiesel dari sawit (fatty acid methyl ester). Berdasarkan riset yang telah dilakukan, biodiesel sawit memiliki emisi jauh lebih rendah dari minyak fosil. Saat di Indonesia tercatat ada sekitar 20 produsen biodiesel sawit dengan total kapasitas terpasang mencapai 3,07 juta ton/tahun. Propinsi Riau merupakan daerah dengan produsen terbesar dan terbanyak di Indonesia yang terdiri dari PT Cemerlang Energi Perkasa, PT Pelita Agung Agrindustri, PT Petro Andalan Nusantara dan PT Wilmar Bio Energi Indonesia.

50

Tabel 10. Produsen Biodiesel di Indonesia dan Kapasitas Produksinya

No Nama Perusahaan Lokasi

Kapasitas Produksi (Ton/Tahun) 1 PT Alia Mada Perkasa Kosambi.

Tangerang

11.000

2 PT Anugrah Inti Gemanusa Gresik 40.000

3 PT Bioenergi Pratama Jaya Kab Kutai Timur 6.000

Kab Berau 60.000

4 PT Cemerlang Energi Perkasa Dumai. Riau 400.000

5 PT Damai Sejahtera Sentosa Cooking Rungkut. Surabaya 120.000

6 PT Darmex Biofuel Bekasi 150.000

7 PT Energi Alternatif Jakarta Utara 7.000

8 PT Eternal Buana Chemical Industries

Cikupa. Tangerang 40.000

9 PT Eterindo Nusa Graha Gresik 40.000

10 PT Indo Biofuels Energy Merak 60.000

11 PT Multikimia Intipelangi Bekasi 14.000

12 Musim Mas Group Kab Deli Serdang 70.000

Batam 350.000

13 PT Pasadena Biofuels Mandiri Cikarang 10.240

14 PT Pelita Agung Agrindustri Bengkalis. Riau 200.000

15 PT Petro Andalan Nusantara Dumai 150.000

16 PT Primanusa Palma Energi Jakarta Utara 24.000

17 PT Sintong Abadi Kab Asahan.

Sumatera Utara

35.000

18 PT Sumi Asih Bekasi 100.000

19 PT Wahana Abdi Tritatehnika Sejati Cileungsi. Bogor 132.200

20 PT Wilmar Bio Energi Indonesia Dumai 1.050.000

Total 3.069.440

Sumber: APROBI (2009) diacu dalam DMSI (2010)

2) Industri Pendukung a) Industri Jasa Tataniaga

Minyak sawit (CPO) yang diperdagangkan di Indonesia berasal dari dua sumber, yaitu perkebunan negara dan perkebunan swasta. Sesuai dengan kesepakatan diantara perkebunan negara, pemasaran CPO harus melalui PT. Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (PT. KPBN). Untuk pasar dalam negeri, KPBN bisa langsung menjual ke industri pengolahan melalui jatah alokasi yang telah ditetapkan. Sementara itu, untuk konsumen luar negeri, pemasaran dilakukan bertahap, KPBN menjual CPO kepada importir luar negeri yang kemudian

51 memasarkannya untuk konsumen luar negeri. Hal ini seperti digambarkan pada Gambar 8.

Gambar 8. Saluran Pemasaran Minyak Sawit Indonesia Pada Perkebunan Negara

Sumber: Pahan (2011)

Pada perusahaan perkebunan swasta, penjualan produknya dilakukan secara sendiri-sendiri tanpa melalui Kantor Pemasaran Bersama. Kesepakatan harga ditetapkan melalui mekanisme pasar yang mengacu pada harga CPO internasional pada bursa berjangka Kuala Lumpur (MDEX) dan pasar fisik Rotterdam.

Gambar 9. Saluran Pemasaran Minyak Sawit Indonesia Pada Perkebunan Swasta

52

b)Industri Jasa Riset dan Pendidikan Sumberdaya Manusia

Tantangan pengembangan industri minyak sawit dalam persaingan global yang semakin ketat, sudah pasti memerlukan kompetensi sumberdaya manusia unggulan, yang mampu melaksanakan pengembangan industri minyak sawit nasional dengan cara yang berkelanjutan. Dengan demikian, diperlukan strategi revitalisasi sumberdaya manusia Indonesia yang bergerak dalam industri minyak sawit dalam bentuk roadmap yang jelas dan memaksa para pihak yang berkepentingan dalam industri minyak sawit nasional untuk mewujudkannya. Hal ini mendorong berbagai perusahaan yang bergerak di industri minyak sawit untuk memiliki serta mengembangkan unit-unit khusus untuk Riset dan Pengembangan (R&D) dan juga pelatihan SDM.

Indonesia memiliki beberapa tempat pendidikan dalam rangka penyediaan SDM teknis pada industri minyak sawit nasional yaitu INSTIPER, Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi, dan Lembaga Pendidikan Perkebunan. Sementara itu, dalam memenuhi kebutuhan SDM di bidang riset dan pengembangan (R&D) industri minyak sawit nasional, ada beberapa lembaga yang berkecimpung di dalamnya, antara lain Pusat Penelitian Kelapa Sawit, SEAFAST Center IPB, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB, Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan IPB, Pusat Penelitian Bioteknologi ITB, Pusat Penelitian Ilmu Hayati ITB, Pusat Penelitian Bioteknologi UGM, Pusat Studi Pangan dan Gizi UGM. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Balai Penelitian Bioteknologi dan Perkebunan Indonesia, Forum Biodiesel Indonesia, Universitas Lampung, dan SEAMEO Biotrop IPB.14

5.1.4. Persaingan, Struktur dan Strategi Industri CPO

Dokumen terkait