• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2.2 Infeksi T.trichiura

Hasil penelitian ini mengikutsertakan 185 anak SDN 102052 Bagan Kuala, Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai yang dilakukan pemeriksaan tinja (skrining) terhadap infeksi cacing T.trichiura, ditemukan 142 anak (76,76%) menderita kecacingan STH (infeksi T.trichiura, A.lumbricoides dan infeksi campuran T.trichiura + A.lumbricoides) dan terdapat 116 anak (81,69%) yang positif menderita infeksi cacing T.trichiura (tinja diperiksa dengan

menggunakan metode Kato-Katz) : 39 anak (33,62%) menderita infeksi ringan, 66 anak (56,90%) menderita infeksi sedang dan 11 anak (9,48%) menderita infeksi berat. Dalam penelitian ini dipilih anak yang menderita trichuriasis sedang (66 anak) dan berat (11 anak), tetapi yang bersedia mengikuti penelitian ini sebanyak 61 anak, yang dibagi atas dua kelompok yaitu masing-masing terdiri dari 30 anak yang mendapat dosis tunggal albendazole 400 mg selama 2 hari berturut-turut + 1 hari plasebo (sacharum lactis) dan 31 anak lainnya mendapat dosis tunggal albendazole 400 mg selama 3 hari berturut-turut.

Tabel 4.3 Hasil analisis pemberian dosis tunggal albendazole 400 mg selama 2 dan 3 hari terhadap tingkat kesembuhan infeksi cacing T.trichiura sampai pengamatan 28 hari

Obat

Kesembuhan

Sembuh Tidak sembuh P

N % n % Albendazole 2 hari ( H – 7 ) 23 76,66 7 23,33 0,063 Albendazole 3 hari ( H – 7 ) 29 93,55 2 6,45 Albendazole 2 hari ( H – 14 ) 21 70,00 9 30,00 0,017 Albendazole 3 hari ( H – 14 ) 29 93,55 2 6,45 Albendazole 2 hari ( H – 21 ) 21 70,00 9 30,00 0,046 Albendazole 3 hari ( H – 21 ) 28 90,32 3 9,68 Albendazole 2 hari ( H – 28 ) 21 70,00 9 30,00 0,005 Albendazole 3 hari ( H – 28 ) 30 96,77 1 3,23

Dari tabel 4.3 Pengamatan hari ke-7 setelah pemberian dosis tunggal albendazole 400 mg selama 2 hari berturut-turut menunjukkan anak yang tidak sembuh sebanyak 7 anak dibandingkan dengan pemberian dosis tunggal albendazole 400 mg selama 3 hari berturut-turut dimana anak yang tidak sembuh sebanyak 2 anak (p = 0,063). Pengamatan hari ke-14 setelah pemberian dosis tunggal albendazole 400 mg selama 2 hari berturut-turut menunjukkan anak yang tidak sembuh sebanyak 9 anak, dibandingkan dengan pemberian dosis tunggal albendazole 400 mg selama 3 hari berturut-turut dimana anak yang tidak sembuh sebanyak 2 anak

(p = 0,017). Pada pengamatan hari ke-21 setelah pemberian dosis tunggal albendazole 400 mg selama 2 hari berturut-turut menunjukkan anak yang tidak sembuh sebanyak 9 anak dibandingkan dengan pemberian dosis tunggal albendazole 400 mg selama 3 hari berturut-turut dimana anak yang tidak sembuh sebanyak 3 anak (p = 0,046). Sedangkan pengamatan hari ke-28 setelah pemberian dosis tunggal albendazole 400 mg selama 2 hari berturut-turut menunjukkan anak yang tidak sembuh sebanyak 9 anak dibandingkan dengan pemberian dosis tunggal albendazole 400 mg selama 3 hari berturut-turut dimana anak yang tidak sembuh sebanyak 1 anak (p = 0,005). Dari hasil seluruh pengamatan menunjukkan bahwa pada infeksi trichuriasis dengan intensitas sedang sampai berat, pemberian dosis tunggal albendazole 400 mg selama 2 hari dan 3 hari berturut-turut menunjukkan angka kesembuhan yang signifikan pada hari ke-14, 21 & 28(Gambar 4.2).

Pada penelitian ini, anak dengan trichuriasis derajat intensitas infeksi sedang dan berat, pemberian dosis tunggal albendazole 400 mg selama 3 hari berturut-turut memberikan angka kesembuhan dan efektivitas albendazole lebih baik daripada pemberian dosis tunggal albendazole 400 mg selama 2 hari berturut-turut.

Gambar 4.2 Tingkat Kesembuhan Responden

76,70%

70% 70% 70% 93,50% 93,30% 90,30% 96,80%

Hari ke 7 hari ke 14 hari ke 21 hari ke 28

Angka Kesembuhan

albendazole 400 mg 2 hari berturut-turut albendazole 400 mg 3 hari berturut-turut

Tabel 4.4 Perbedaan persentase Angka Penurunan Telur (APT) trichuriasis pada hari ke-7, 14, 21 dan 28

Tabel 4.4 menunujukkan hasil penelitian setelah pemberian intervensi dijumpai perbedaan penurunan jumlah telur rerata (Epg) T.trichiura antara kedua kelompok sampai pengamatan 28 hari, yaitu p = 0,764, namun perbedaan tersebut secara statistik tidak signifikan.

Tabel 4.3 dan tabel 4.4 menunjukkan bahwa semakin tinggi Angka Penurunan Jumlah Telur maka Angka Kesembuhan juga akan menjadi semakin baik.

Tabel 4.5 Hasil analisis bivariat pemberian dosis tunggal albendazole 400 mg selama 2 dan 3 hari terhadap Angka Penurunan Telur sampai pengamatan 28 hari

Tabel 4.5 menunjukkan tidak ada perbedaan penurunan jumlah telur yang signifikan pada hari ke-7, 14, 21 dan 28, dimana pemberian dosis tunggal albendazole 400 mg selama 2 dan 3 hari berturut-turut dengan masing-masing p = 0,432, p = 0,766 , p = 0,506 dan p = 0,307.

Angka Penurunan Telur, % Albendazole 2 hari, n=30 Albendazole 3 hari, n=31 p Hari ke 7 99,28 99,88 0.764 Hari ke 14 98,98 99,81 Hari ke 21 98,24 99,57 Hari ke 28 98,33 99,96 Angka Kesembuh -an Albendazole 400 mg 2 hari berturut-turut n = 30 Albendazole 400 mg 3 hari berturut-turut n = 31 IK 95 % p n Mean±SD n Mean±SD Hari ke 7 7 133,7±98,8 2 72±33,9 50,4 ; 189,6 0,432 Hari ke 14 9 146,7±170,3 2 108±50,9 36,2 ; 243,1 0,766 Hari ke 21 9 253,3±164,6 3 176±181,7 129,7 ; 338,3 0,506 Hari ke 28 9 240,7±167,6 1 48 100,3 ;342,5 0,307

Tabel 4.6 Sembuh-Tidak sembuh berdasarkan intensitas infeksi T.trichiura sebelum intervensi

Trichuriasis Sebelum Intervensi p

Albendazole 2 hari, n (%) Albendazole 3 hari, n (%) Infeksi sedang 26 (86,67%) 25 (80,65%) 0,525 Infeksi berat 4 (13,33%) 6 (19,35%)

Tabel 4.7 Sembuh-Tidak sembuh berdasarkan intensitas infeksi T.trichiura setelah intervensi

Trichuriasis Sesudah Intervensi p

Albendazole 2 hari, n (%) Albendazole 3 hari, n (%) Sembuh 21 (70,00%) 30 (96,77%) 0,005 Tidak sembuh 9 (30,00%) 1 (3,23%)

Tabel 4.6 dan Tabel 4.7 menunjukkan kelompok pemberian dosis tunggal albendazole 400 mg selama 2 hari berturut-turut (n = 30), 26 anak (86,67%) dengan infeksi sedang dan 4 anak (13,33%) dengan infeksi berat, setelah intervensi terjadi konversi yaitu 21 anak (70,00%) sembuh dan 9 anak (30,00%) masih menderita infeksi ringan. Pada kelompok pemberian dosis tunggal albendazole 400 mg selama 3 hari berturut-turut (n = 31), 25 anak (80,65%) dengan infeksi sedang dan 6 anak (19,35%) dengan infeksi berat, setelah intervensi terjadi konversi yaitu 30 anak (96,77%) sembuh dan 1 anak (3,23%) masih menderita infeksi ringan.

Hasil penelitian ini memberikan Cure Rate = 96,77% menunjukkan hasil yang lebih baik dari pada Cure Rate 93,4% yang diperoleh dari Lubis (2012) pada pemberian dosis tunggal albendazole 400 mg selama 5 hari berturut-turut. Hal ini mungkin disebabkan oleh perbedaan derajat intensitas infeksi.

Efektivitas obat dikatakan masih baik bila ditemukan angka penurunan telur yang tinggi walaupun tanpa disertai angka kesembuhan yang tinggi. Secara umum efektivitas anthelmintik sangat bergantung pada derajat intensitas infeksi cacing dan hubungan ini jelas terlihat pada trichuriasis. Pada trichuriasis derajat ringan, albendazole 400 mg dosis tunggal secara umum masih efektif. Angka kesembuhan trichuriasis akan semakin meningkat jika intensitas infeksi cacing

yang dihadapi semakin ringan. Tempat hidup cacing T.trichuira di sekum menjadikan cacing ini lebih resisten terhadap anthelmintik yang diberikan. Peningkatan efektivitas akan meningkat dengan memperlama waktu kontak obat dengan parasit dan memberikan dosis anthelmintik berulang secara berkala (3-6 bulan).

Efek samping timbul pada kelompok pemberian dosis tunggal albendazole 400 mg selama 3 hari berturut-turut hanya didapatkan 3 anak (9,7%) berupa mual- mual, tetapi tidak didapati efek samping pada kelompok pemberian dosis tunggal albendazole 400 mg selama 2 hari berturut-turut. Pada dasarnya efek samping pada pemberian albendazole sangat jarang terjadi, hanya timbul gejala gatrointestinal berupa nyeri epigastrium, diare, mual, muntah dan secara keseluruhan hanya menunjukkan kejadian sekitar 1 %. Penelitian di Thailand yang menggunakan dosis tunggal albendazole 400 mg selama 7 hari berturut-turut hanya melaporkan keseluruhuan kejadian efek samping sebesar 2,9 %.

Penelitian ini masih dijumpai beberapa kekurangan antara lain diagnostik trichuriasis hanya melalui pemeriksaan Kato-Katz tunggal. Akurasi pemeriksaan Kato-Katz dalam mendeteksi infeksi T.trichiura sangat dipengaruhi variasi ekskresi telur cacing dari hari ke hari berikutnya, juga telur cacing yang tersebar tidak merata di tinja serta ketelitian mata peneliti membaca sampel saat pemeriksaan tinja Kato-Katz di laboratorium.

Dokumen terkait