• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

4.5 Profil Informan

4.5.2 Informan Biasa

Pihak PTPN II Sawit Sebrang

1. Manager PTPN II Sawit Sebrang

Menurut Manager PTPN II Sawit Sebrang yang tidak ingin disebutkan namanya, bahwa lahan sengketa di Sei Litur Tasik adalah milik PTPN II. Bahkan Pak manager juga mengatakan ada beberapa lahan yang wajib pajak namun tidak di ketahui letak lahan tersebut, sedangkan di surat perpajakan lahan tercantum nama lahan tersebut.

Pemerintahan Setempat

1. Sawon Ar (Lk, 42 thn)

Pak Sawon Ar adalah Kepala Desa Sei Litur Tasik yang sudah menjabat selama 5 tahun di desa Sei Litur Tasik Kecamatan Sawit Sebrang Kabupaten Langkat.Menurut Pak Sawon selama dia memimpin desa Sei Litur Tasik sifat – sifat umum masyarakat Sei Litur Tasik biasa- biasa saja tidak ada yang menonjol. Pak Sawon tinggal di Sei Litur Tasik ini kurang lebih sudah 15 tahun jadi sebelum Pak Sawon menjabat sebagai kepala desa Pak Sawon sudah tahu karakter masyarakatnya.

Pak Sawon juga mengatakan mata pencarian warganya hanya dari petani yakni petani karet, petani sawit, petani sayur mayur dan ada juga beberapa warganya yang bertani salak pondo jadi penjelasan Pak Sawon dengan kesibukan warganya masing - masing yang ada di benak warga Pak Sawon yang ingin maju dalam membangun perekonomianya. Hal itu yang membuat Pak Sawon selaku kepala desa sangat mengakui warganya yang sangat gigih “sambil mengajukan kedua jempolnya” .Pak Sawon juga mengatakan di dalam konflik lahan dengan PTPN II ini agar pihak PTPN II memperhatikan sosial masyarakat Sei Litur Tasik ini. Gerakan petani atau masyarakat Sei Litur Tasik ini menggerakkan para petani untuk menanami lahan – lahan yang akan diperjuangkan hak – hak kepemilikannya oleh masyarakat Sei Litur Tasik selain dari itu tindakan Pak Sawon bekerjasama dengan pemerintahan Kabupaten Langkat agar dapat membantu masyarakatnya memiliki hak – hak mereka. Harapan Pak Sawon sediri agar konflik ini cepat berlalu.

2. Suardi (Lk, 43 tahun)

Pak Suardi adalah Sekdes Sei Litur Tasik. Pak suardi sudah bekerja selama 9 tahun baru 2 tahun ini menjadi pegawai sipil yang bertugas di desa Sei Litur Tasik Kecamatan Sawitsbrang Kabupaten Langkat. Pak Suardi mengatakan sifat – sifat umum masyarakatnya yakni “tidak peduli dengan orang lain yang penting jangan di ganggu”. Sepengetahun Pak Suardi yakni 55% petani kerja keluar (merantau) 75% pengangguran 20% menurut Pak Suardi cukup banyak warganya yang merantau disebabkan tidak adanya lahan untuk di kelola, lahan yang ada sedang bermasalah dengan PTPN II ini Pak Suardi selaku penjabat desa hanya bisa memberi arahan agar masyarakat tidak arogan untuk menghadapi PTPN II.

Pak Suardi menghimbau kepada masyarakatnya agar jangan terlalu gampang mempercayai apa kata orang dari pihak manapun. Pak Suardi juga mengatakan keadaan masyarakat Sei Litur Tasik sebelum adanya lahan ini banyak merantau tapi adanya lahan ini sedikit berkurang masyarakat yang pergi merantau. Dampak yang di rasakan petani yang sekarang ini sangat terlihat dari prekonomian masyarakat sangat meningkat dengan adanya lahan yang untuk di tanami sejak tahun 2009 hingga sekarang meskipun lahan tersebut lahan sengketa. Lembaga Swadaya Masyarakat Kecamatan Sawit Sebrang.

1. R Ginting (Lk, 50 tahun)

Pak R Ginting Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang tergabung dengan “ Dewan Pimpinan Distrik Sentral Komite Pelopor Bangsa” (S.K.P.B) Kabupaten Langkat yang bersekret Jalan Raya Titi stable, Padang Bulan. Pak R Ginting kurang lebih sudah di lembaga suadaya masyarakat sejak

tahun 2008 hingga sekarang Pak R Ginting mengatakan kasus – kasus sejak terjadinya konflik lahan ada pada tahun 2009 yang mana masyarakat Sei Litur Tasik adu lempar batu dengan pihak PTPN II sampai gubuk – gubuk masnyarakat yang ada dilahan tersebut ikut terbakar kurang lebih kejadian itu selama 1 minggu lamanya. Sepengetahuan Pak R Ginting hanya itu kasus yang menonjol di Sei Litur Tasik selebihnya hanya omongan antar masyarakat dengan petugas keamanan PTPN II.

Menurut Pak R Gining solusinya untuk kasus yang ada di Sei Litur Tasik kepada masyarakatnya

jika benar mereka memegang surat lahan untuk menguatkan bahwa lahan itu memang benar milik masyarakat Sei Litur Tasik limpahkan saja kasus ini kepada pihak yang berwajib dan untuk pihak PTPN II sama kalau memang benar pihak PT tidak bisa menunjukkan surat yang menguatkan bahwa lahan tersebut milik PT serahkan hak lahan tersebut kepada masyarakat Sei Litur Tasik”. (wawancara 13 Maret 2014)

4.6. Gerakan Strategi Petani dalam Memperjuangkan Kepemilikan Tanah

Pada mulanya, perlawanan yang dilakukan oleh petani Sei Litur Tasik berupa pendudukan lahan eks-perkebunan. Pendudukan ini diawali dengan pemotongan pohon – pohon di lahan, yang dikuti dengan penggarapan dilahan tersebut. Setelah dianggap memiliki kekuatan yang cukup, dibentuklah organisasi untuk mewadahi perjungan guna mendapatkan hak atas tanah. Terbentuknya organisasi yang kemudian disebut Gerakan Petani Sei Litur Tasik berhasil meningkatkan persatuan diantara petani penggarap.

“waktu mau buat gerakan kita pikir gini, yang penting nyatu dulu.. Emang keliatan si... tiap ada pertemuan rame, semua orang dateng. Orang tani, orang dagang, guru, dateng semua. Polisi juga takut kalo gitu mah... masa dia mau nangkep sekampung, kan gak mungkin.”

Persatuan yang terjadi di antara warga desa juga disokong oleh penyebaran ide gerakan yang gencar dilakukan oleh para anggota gerakan. Penyebaran ide – ide perjuangan dilakukan melalui pertemuan desa, rembuk warga, serta pembicaraan informal lainnya. Penyebaran ide perjungan tidak hanya terbatas pada para petani penggarap, tetapi seluruh warga Desa Sei Litur Tasik.

Strategi perjuangan yang digunakan pada massa terbentuknya panita pembebasan tanah memang lebih bersifat ke dalam desa. Penggunaan strategi guna memanfaatkan sumberdaya, individu, ataupun institusi di luar desa seperti penggunaan media massa, penguatan jaringan dengan aktivis mahasiswa dan LSM, serta audiensi dengan para pemangku kepentingan belum dilakukan secara maksimal.

Dokumen terkait