BAB II LANDASAN TEORI
B. Informasi
1. Definisi Informasi
Menurut Estabrook (dalam Yusup& Subekti, 2010), informasi merupakan suatu rekaman fenomena yang diamati atau berupa putusan-putusan yang dibuat. Informasi juga berarti pemberitahuan, penyampaian pesan kepada orang lain (Yusup& Subekti, 2010). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, informasi memiliki tiga arti, yaitu dapat diartikan sebagai penerangan, juga dapat diartikan sebagai pemberitahuan, kabar atau berita tentang sesuatu. Informasi dapat berupa data atau fakta, namun informasi tidak sama dengan data atau fakta.
Data merupakan sumber. Data harus diproses terlebih dahulu melalui suatu penyeleksian yang cermat dengan memperhatikan faktor-faktor seperti kemutakhiran, relevansi, kebenaran, dan sebagainya. Data yang diproses menjadi informasi jika data tersebut dibutuhkan untuk sesuatu kegiatan. Dengan demikian, informasi merupakan data yang telah diproses ke dalam bentuk yang memiliki arti bagi penerima dan mempunyai nilai nyata dan bermanfaat bagi keputusan saat itu atau mendatang. (Yusup, 2012)
Menurut Yusup (2012), pengetahuan adalah data dan informasi yang digabung dengan kemampuan, intuisi, pengalaman individu, gagasan, motivasi dari sumber yang kompeten. Zack, Von Krogh, dan Mclnerney (dalam Yusup, 2012) mendefinisikan data, informasi, pengetahuan secara hierarki. Data dapat berupa fakta atau kejadian yang belum terstruktur, belum tersusun, dan belum memiliki arti secara umum, sedangkan informasi adalah data yang telah memiliki arti bagi individu. Pengetahuan berkaitan dengan potensi individu untuk menyerap, menyimpan, dan mengeluarkannya kembali apa pun yang pernah diinderanya kapan pun. (Yusup, 2012)
Berdasarkan beberapa pemahaman di atas, informasi adalah data-data yang diolah atau diproses sedemikian rupa melalui suatu penyeleksian yang cermat dengan memperhatikan kemutakhiran, relevansi, dan kebenaran (Yusup, 2012).
2. Pengertian Keluasan Informasi
Informasi adalah pengetahuan, yakni pengetahuan tertentu yang diperoleh melalui sesuatu (Yusup, 2012). Pengetahuan yang dimiliki individu dapat berasal dari pembelajaran sebelumnya, pengalaman pribadi, serta informasi-informasi yang diterima dari media massa, buku, dan orang lain. Zimmerman dan Woo Sam (1973) mengemukakan bahwa keingintahuan dan
kesediaan untuk menerima stimulasi mental merupakan elemen penting dalam perolehan dan penyimpangan informasi.
Informasi yang diperoleh individu diolah, disimpan, sehingga menjadi pengetahuan bagi individu (Yusup, 2012). Seseorang yang memiliki banyak pengetahuan adalah orang yang memiliki rasa ingin tahu dan minat sosial yang tinggi. Rasa keingintahuan semakin tinggi, maka semakin sering individu mencari informasi terkait. Semakin banyak pengetahuan yang dimiliki individu, semakin luas pula informasi yang dimiliki individu tersebut. Dengan demikian, keluasan informasi adalah jumlah pengetahuan yang dimiliki individu. Keluasan informasi juga merupakan salah satu karakter dari orang terpelajar (Zimmerman & WooSam, 1973).
3. Pengukuran Keluasan Informasi
Alat ukur yang dapat mengukur keluasan pengetahuan umum adalah subtes informasi dalam Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS) karena subtes ini memiliki validitas muka yang kuat. WAIS dikhususkan untuk subjek yang berusia 16 sampai dengan 89 tahun. (Zimmerman & Woo Sam, 1973)
Subtes informasi ini terdiri dari 29 soal yang berupa pertanyaan- pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan umum. Pengetahuan umum ini didapatkan oleh orang kebanyakan dengan tingkat kesempatan rata-rata. Pengetahuan ini didasarkan pada materi habitual dan sudah dikuasai,
khususnya pada anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa (Groth-Marnat, 2010). Aitem-aitem dalam subtes informasi mencakup banyak data, dari pengetahuan dasar hingga pengetahuan yang hanya didapatkan di sekolah (Zimmerman & Woo Sam, 1973).
Subtes informasi merupakan subtes verbal pertama yang harus dilaksanakan dalam pengetesan WAIS, berfungsi sebagai pembangun raport yang baik. Dalam pembuatan subtes ini, Wechsler telah melakukan berbagai upaya untuk menghindari pengetahuan khusus sehingga soal-soal pertama cukup mudah untuk dijawab oleh kebanyakan testee (Anastasi & Urbina, 2007).
Cohen (dalam Zimmerman & Woo Sam, 1973) berpendapat bahwa subtes informasi merupakan salah satu alat ukur yang terbaik dalam pengukuran inteligensi umum. Menurut Zimmerman dan Woo Sam (1973), subtes informasi dapat dianggap sebagai indikator yang baik bagi aspek-aspek inteligensi yang menekankan perolehan pengetahuan umum dan informasi yang dibutuhkan untuk suatu perilaku yang efektif, sedangkan pengetahuan atau informasi yang dimiliki oleh individu dapat mempengaruhi keterampilan individu dalam pengambilan keputusan (Santrock, 2003).
Dalam pemilihan alat ukur untuk keluasan informasi, penelitian membutuhkan alat yang sudah teruji validitas dan reliabilitasnya secara ilmiah. Pada tahun 1955, WAIS teruji validitas dan reliabilitasnya, dan sudah
diadaptasikan ke Indonesia pada tahun 1975. Reliabilitas split-half WAIS dengan berdasarkan korelasi pada IQ skala verbal, IQ skala performansi, dan IQ keseluruhan masing-masing adalah 0.96, 0.93-0.94, dan 0.97.WAIS juga sudah diuji dalam beberapa studi oleh para ahli. Dari semua studi test-retest
yang dilakukan, korelasi yang ditunjukkan cukup tinggi sehingga dapat dinyatakan bahwa WAIS merupakan alat ukur yang dapat dipercaya.Untuk subtes individual, beberapa subtes memiliki reliabilitas yang cukup baik seperti subtes perbendaharaan kata, persamaan, dan informasi. Subtes lainnya seperti rentangan angka dan melengkapi gambar memiliki reliabilitas yang kurang baik. Koefisien reliabilitas pada subtes informasi adalah 0.91 pada split-half
reliabilitas dan 0.94 pada test-retest reliabilitas (Zimmerman & Woo Sam, 1973).
4. Fungsi dan Manfaat Informasi
Informasi memiliki peran sebagai data dan fakta yang sanggup membuktikan adanya suatu kebenaran, sebagai prediksi untuk peristiwa- peristiwa yang mungkin terjadi di masa mendatang, juga sebagai penjelas hal- hal yang sebelumnya masih meragukan. Fungsi informasi tidak terbatas pada salah satu bidang atau aspek, melainkan menyeluruh. Hanya bobot dan manfaat dari informasi tersebut yang berbeda karena disesuaikan dengan kondisi yang membutuhkannya.Informasi berguna bagi manusia karena
seluruh aspek kehidupan manusia membutuhkan informasi yang diharapkan dapat menunjang peningkatan pola kehidupan yang terus-menerus menuju kompleksitas yang semakin meninggi (Yusup & Subekti, 2010).
Menurut Lucas (1987), informasi adalah sesuatu yang nyata atau setengah nyata yang dapat mengurangi tingkat ketidakpastian tentang suatu keadaan atau kejadian. Estabrook (dalam Yusup & Subekti 2010) juga mengemukakan bahwa informasi dapat mengurangi ketidakpastian dalam suatu situasi yang ambigu. Santrock (2003) berpendapat bahwa keluasan pengetahuan dapat meningkatkan pemikiran kritis pada remaja yang di mana dapat membantu meningkatkan keterampilan pengambilan keputusan.
Berdasarkan beberapa pemahaman di atas, dapat disimpulkan bahwa informasi berperan dalam mengurangi ketidakpastian agar individu dapat mengambil keputusan yang tepat. Tanpa adanya informasi, individu tidak dapat mengambil keputusan dengan baik dan mencapai tujuan dengan efektif dan efisien. (Yusup & Subekti, 2010; Lucas, 1987; Santrock, 2003)
C.Mahasiswa Semester Awal sebagai Remaja Akhir