• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR PUSTAKA

Lampiran 2 Informasi Penyakit Kedela

(Data informasi tentang penyakit kedelai diambil dari buku Semangun H. 1991. Penyakit-penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. UGM Press.)

1. Hawar Bakteri

Sumber Gambar: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Hawar Bakteri (bacterial blight) tersebar luas di seluruh Indonesia. Dapat

dikatakan bahwa penyakit terdapat di semua Negara penanam kedelai.

Penyebab penyakit ini yaitu bakteri Pseudomonas syringae pv. Glycinea

yang dulu disebut Pseudomonas glycinea Coerper.

Daur penyakit P. syringae pv. Glycinea bertahan pada biji dan sisa-sisa

tanaman sakit. Biji dapat terinfeksi bakteri selama panen dan penyimpanan. Jika biji yang berpenyakit ditanam, keeping bijinya akan terinfeksi, dan mungkin ini merupakan sumber penyakit yang terpenting. Pemencaran bakteri terutama terjadi pada cuaca basah, sejuk, dan berangin. Bakteri menjadi dorman pada cuaca yang kering dan panas. Bakteri mengadakan infeksi melalui luka, mulut kulit dan hidatoda.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit ini adalah penyakit mudah berkembang pada cuaca yang basah dan sejuk, dengan suhu optimum 24 – 26 C. Di Indonesia penyakit lebih banyak terdapat di daerah tinggi seperti Bogor sampai ke Cipanas.

Lanjutan Lampiran 2 2. Pustul Bakteri

Sumber Gambar: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Penyakit bisul bakteri (bacterial pustule) termasuk salah satu penyakit penting pada kedelai di Indonesia. Penyakit tersebar luas di seluruh Indonesia. Dapat dikatakan bahwa penyakit tersebar di seluruh dunia di mana kedelai ditanam.

Penyebab penyakit ini yaitu bakteri Xanthomonas campestris pv. phaseoli. Namun menurut Moffett dan Dye di banyak Negara bakteri penyebab penyakit pustule pada kedelai diidentifikasikan sebagai X. campestris pv. glycines. Bakteri berbentuk batang dengan flagellum polar, membentuk kapsula, tidak membentuk spora. Berwarna putih kekuningan bundar, permukaan dan tepinya halus serta berlendir.

Daur penyakit bakteri Xanthomonas campestris pv. phaseoli mempertahankan diri pada sisa-sisa tanaman sakit dan dalam biji. Dikatakan bahwa bakteri dapat bertahan dalam rhizofer tanaman lain, antara lain gandum. Infeksi pada tanaman melalui mulut kulit dan hidatoda (pori air), bakteri lalu berkembang dalam ruang antar sel. Selain itu infeksi dapat terjadi melalui luka- luka. Pemencaran bakteri terutama terjadi karena percikan air hujan, terutama jika hujan disertai dengan angin keras. Selain itu dapat terjadi karena daun saling bersinggungan, dank arena alat pertanian pada waktu daun-daun basah.

Faktor yang mempengaruhi penyakit ini adalah penyakit mudah berkembang pada cuaca basah dan suhu yang relative tinggi, dengan suhu optimum 30 – 35 C. di Indonesia penyakit lebih banyak terdapat pada musim hujan di dataran rendah.

3. Antraknosa

Lanjutan Lampiran 2

Antraknosa pada kedelai tersebar luas di seluruh Indonesia. Antraknosa kedelai dapat dikatakan selalu terdapat pada pertanaman kedelai yang menjelang masak. Meskipun pada umumnya penyakit dianggap kurang merugikan, dalam cuaca yang lembab kerugian yang disebabkan cukup berarti.

Penyebab penyakit ini adalah jamur Colletotrichum truncatum. Nama ini adalah sinonim dengan C. dematium. C. truncatum mempunyai aservulus hitam dengan rambut (seta) berwarna coklat, banyak dibentuk pada permukaan bagian yang sakit bila cuaca lembab. Konidium hialin, bersel tunggal dan bengkok.

Daur penyakit__ karena konidium terikat dalam massa seperti lender, pemencaran terutama disebabkan oleh air yang memercik. C. truncatum dapat mempertahankan diri pada sisa-sisa tanaman sakit. Jamur juga dapat terbawa oleh biji yang terbentuk di dalam polong yang terinfeksi.

4. Bercak Coklat

Sumber Gambar: ssnavi.public.iastate.edu

Pada kedelai di Indonesia sering terdapat bercak coklat (brown spot) yang

disebabkan oleh jamur Septoria glycines Hemmi. Jamur mempertahankan diri

pada sisa-sisa tanaman dan dalam biji. Jamur masuk ke dalam biji melalui plasenta dan funikulus. Konidium terutama dipencarkan oleh air, infeksi terjadi melalui mulut kulit. Perkecambahan konnidium paling baik terjadi pada suhu 24 – 28 C.

5. Bercak Biji Ungu

Lanjutan Lampiran 2

Bercak ungu pada biji (purple seed stain, purple spot) tersebar di seluruh

Indonesia.penyakit ini juga terdapat di Malaysia dan Thailand. Penyakit juga terdapat di banyak Negara penghasil kedelai, termasuk di Amerika Serikat.

Penyebab penyakit ini adalah Cerospora kikuchi, yang juga disebut sebagai Ceroporina kikuchii Matsumoto et Tomoyasu. Jamur membentuk konidium pada kedua sisi daun. Selain itu konidium juga dibentuk pada batang, polong dan biji. Konidiofor keluar dari stroma kecil, bersekat, membentuk berkas, 2 – 5 paling banyak, memencar, coklat, makin ke ujung makin pucat, tidak bercabang, mempunyai seperti lutut.

Daur penyakit ini adalah C. kikuchi bertahan pada biji dan sisa-sisa tanaman sakit. Selain itu jamur dapat menginfeksi dan bertahan pada buncis dan kacang panjang. Pemencaran konidium terjadi karena angin dan percikan air, terutama banyak terjadi pada akhir musim tanam. Jenis-jenis yang berumur pendek dapat terbebas dari penyakit

6. Penyakit Layu Sklerotium

Seperti halnya dengan kacang tanah dan kacang hijau, kedelai sering terserang oleh jamur Sclerotium rolfsii Sacc. Di Jawa Barat dan Lampung S. rolfsii terdapat umum di lahan-lahan tegalan. Adanya jamur ini di dalam tanah

dapat diketahui dengan memberikan umpan yang berupa batang kedelai kering atau kecambah kedelai.

7. Bercak Daun cercospora (mata kodok)

Sumber Gambar: Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sdm Pertanian

Bercak daun Cerospora, yang juga disebut sebagai bercak mata kodok (frog eye spot) tersebar di seluruh Indonesia. Penyakit ini juga tersebar di Negara-

negara tetangga seperti Thailand dan Filipina. Bercak daun Cerospora juga terdapat di Negara-negara Asia lain, di Eropa dan Amerika Serikat.

Penyebab penyakit ini adalah Cerospora sojina Hara, yang juga disebut

sebagai C. daizu Miura. Jamur mrmpunyai konidiofor yang keluar dari stroma

yang tipis, hitam pucat, tidak bersekat atau bersekat jarang.

Daur penyakit___ C. sojina bertahan pada daun dan batang, maupun pada

biji. Konidium dipencarkan oleh angin, khususnya pada waktu tanaman mulai masak.

Lanjutan Lampiran 2 8. Hawar Batang

Sumber Gambar: http:cybex.pertanian.go.idmateripenyuluhandetail8262

Pada tahun 1990 Sri Hardaningsih melaporkan bahwa di Jawa Timur terdapat hawar batang (stem blighy) disebabkan oleh Phomopsis sojae Leh. Jamur

dapat menyerang batang, tangkai daun, biji dan kadang-kadang daun. 9. Busuk Arang

Sumber Gambar: (El-Barougy et al. 2009)

10. Rebah kecambah

Lanjutan Lampiran 2

Penyakit yang umum menyerang adalah rebah kecambah. Rebah kecambah yang disebabkan oleh S. rolfsii merupakan penyakit penting tanaman kedelai, terutama pada musim hujan atau pada lahan yang drainasenya buruk. Infeksi S. rolfsii pada kedelai biasanya mulai terjadi di awal pertumbuhan tanaman dengan gejala busuk kecambah atau rebah kecambah. Pada tanaman kedelai berumur lebih dari 2 - 3 minggu, gejalanya berupa busuk pangkal batang dan layu pada bagian yang terinfeksi, terlihat bercak berwarna coklat pucat dan di bagian tersebut tumbuh miselia jamur berwarna putih (Semangun 1993)

11. Penyakit Karat

Sumber Gambar: (Rukmana & Yuniarsih)

Penyakit karat kedelai tersebar luas di seluruh Indonesia. Menurut Gattani, jamur penyebab penyakit ini adalah Phakospora pachyrhizi Arthur. Besarnya

kerugian dari karat tergantung dari banyak faktor antara lain ketahanan tanaman. Karat kedelai tersebar luas di Asia Tenggara dan Asia Timur, juga terdapat di Australia dan Afrika. Di Amerika penyakit terdapat di AMerika Tdan Selatan. Karena dianggap sangat merugikan, penyakit karat kedelai mendapat eprhatian Internasional yang cukup besar. Penyebab penyakit ini adalah jamur karat,

Phakospora pachyrhizi Syd.

Daur penyakit___ P. pachyrhizi dapat menginfeksi banyak tanaman kacang-

kacangan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit___ suhu optimum untuk perkecambahan urediospora adalah 15 – 25 C. Pada kedelai infeksi paling banyak terjadi pada suhu 20 – 25 C dengan embun selama 10 – 12 jam; pada suhu 15 – 17 C diperlukan embun selama 16 – 18 jam. Penyakit karat yang lebih berat terjadi pada pertanaman kedelai musim hujan.

Lanjutan Lampiran 2 12. Kerdil Kedelai

Sumber Gambar : (Rukmana & Yuniarsih)

Penyebab penyakit ini adalah virus kerdil kedelai (soybean stunt virus).

Secara serologi virus bereaksi dengan antiserum virus mosaik ketimun strain Y atau cucumber mosaic virus (CMV) strain Y.

Virus dapat ditularkan secara mekanis, dengan kutu daun Aphis craccivora

dan A. glycines, dan terbawa oleh biji tanaman sakit. Virus mempunyai titik

pemanasan inaktivasi 55 – 65 C untuk 10 menit. Titik pengenceran terakhir 1 : 1.000 – 10.000. tahan disimpan in vitro dalam suhu kamar selama 3 – 24 jam.

Daur penyakit___ Virus mengadakan infeksi dan menimbulkan gejala sistematik pada kedelai, kacang panjang dan tembakau.

13. Sapu

Pada tanaman kedelai sering terdapat gejala sapu (witches’ broom). Gejala

sapu juga sering terdapat pada tanaman kacang-kacangan lain, seperti kacang tanah, kacang hijau, kacang panjang dan orok-orok (Clotalaria juncea)

Pada penyakit sapu kedelai jasad mirip mikoplasma terdapat dalam pembuluh tapis, bentuknya tidak tetap (pleomorf) mempunyai garis tengah 100 – 1.100 nm.

14. Virus Mosaik

Lanjutan Lampiran 2

Penyakit mosaik kedelai tersebar luas di seluruh Indonesia. Penyakit juga terdapat di semua Negara penanam kedelai. Penyakit ini dapat menurunkan hasil dengan 50 – 90%. Besarnya kerugian tergantung pada umur berapa tanaman terinveksi oleh virus mosaik kedelai.

Penyebab penyakit ini adalah virus yang disebut virus mosaik kedelai atau

soybean mosaic virus. Virus dapat menular secara mekanis, terbawa oleh biji

tanaman sakit, dan oleh beberapa macam kutu daun secara non persisten. Virus mempunyai titik pemanasan inaktivasi 65 – 70 C selama 10 menit, titik pengenceran terakhir 1 : 1.000 – 10.000.

Daur penyakit___ Virus mosaik kedelai dapat menginfeksi banyak tanaman, khususnya yang termasuk tanaman kacang-kacangan, antara lain kedelai, buncis, kacang panjang, kara, kara pedang, kapri, kara benguk, orok-orok dan senting. Selain itu virus dapat mengadakan infeksi secara sistematik pada gulma

Dokumen terkait