• Tidak ada hasil yang ditemukan

INFORMASI SEGMEN Segmen Usaha

22. LABA BERSIH PER SAHAM DASAR

Berikut ini adalah data yang digunakan sebagai dasar untuk perhitungan laba (rugi) bersih per saham dasar:

2008 2007

Rp Rp

Laba (rugi) bersih (39.518.199.110) 14.740.613.188

Lembar Lembar

Jumlah rata-rata tertimbang saham beredar 1.745.000.000 1.745.000.000

Pada tanggal neraca, Perusahaan tidak memiliki efek yang berpotensi saham biasa yang dilutif.

23. INFORMASI SEGMEN Segmen Usaha

Perusahaan dan anak perusahaan pada saat ini melakukan kegiatan usaha sebagai berikut : 1. Penyewaan ruang perkantoran.

2. Penyewaan ruang pertokoan.

3. Penyewaan dan penjualan apartemen. 4. Hotel.

- 33 -

24. IKATAN

a. Berdasarkan perjanjian Kerjasama Pembangunan/Peremajaan dan Pengembangan Terminal

Blok M Jakarta tanggal 14 Mei 1990 antara Pemerintah DKI Jakarta dengan LAL dan Berita Acara Serah Terima atas Bangunan Terminal Blok M dan fasilitasnya antara Pemerintah DKI Jakarta dengan LAL, Pemerintah DKI Jakarta setuju untuk menyerahkan hak pengelolaan atas “Bangunan Terminal Blok M dan fasilitasnya” kepada LAL. Hak pengelolaan tersebut diberikan untuk jangka waktu 30 tahun sejak Berita Acara Serah Terima ditandatangani pada tanggal 5 Oktober 1992. Perjanjian kerjasama ini juga mencakup persyaratan tertentu dan risiko atas pelanggaran perjanjian.

b. Pada tanggal 9 Agustus 2007 LAL dan PT Panca Artha Abadi (Autoparking) menandatangani

Perjanjian Jasa Bantuan Teknis (Technical Assistance) Perparkiran. Terhitung sejak tanggal

1 September 2007 sampai dengan tanggal 31 Agustus 2010, pelaksanaan pengelolaan perparkiran Mall Blok M diserahkan kepada Autoparking. Autoparking wajib menyerahkan seluruh hasil perparkiran kepada LAL, sebaliknya LAL wajib menyediakan imbalan jasa teknis dengan nominal dan persentase tertentu dari jumlah perparkiran kepada Autoparking.

c. GMMS melakukan perjanjian-perjanjian dengan pihak-pihak sebagai berikut:

 Accor Asia Pacific Australia Pty. Ltd. (AAPC Australia Pty. Ltd.)

Perjanjian mengenai “Tradename and Trademark Licence Agreement” atas penggunaan

nama Novotel, dengan pembayaran jasa royalti sebesar 2,75% dari pendapatan hotel. Pada tanggal 27 Nopember 1999, disetujui bahwa mulai 1 Januari 1999 pembayaran jasa royalti adalah sebesar 2,33% dari pendapatan hotel. Berdasarkan surat manajemen AAPC Australia Pty. Ltd., tertanggal 9 Pebruari 2000, seluruh kewajiban pembayaran jasa royalti tersebut telah dialihkan oleh AAPC Australia Pty. Ltd. kepada PT AAPC Indonesia.

 PT AAPC Indonesia (AAPC)

 Setiap 3 bulan, GMMS membayar kepada AAPC jasa pendukung pemasaran

sebesar US$ 7 per kamar.

 GMMS juga dalam tahap akhir penyelesaian perjanjian konsultasi manajemen

dengan AAPC dimana AAPC akan menyediakan jasa manajemen untuk membantu pengoperasian hotel. Pada tanggal 27 Nopember 1999, tarif insentif disetujui sebagai berikut:

Bila laba kotor < 35% dari total pendapatan 5%

Bila laba kotor > 35% < 45% dari total pendapatan 6%

Bila laba kotor > 45% dari total pendapatan 7%

d. Berdasarkan perjanjian jual beli antara anak perusahaan, MG, dengan Bapak Kentjana

Widjaja, pihak ketiga, tertanggal 5 September 2007, yang telah didaftarkan dalam buku pendaftaran No. 18/W/2007, tanggal 14 September 2007 dari Deni Thanur, S.H., notaris di Jakarta, MG setuju untuk melakukan penjualan atas sebidang tanah yang terletak di Embong Kaliasin, Surabaya seluas 1.673 m2 berikut bangunan dalam penyelesaiannya berupa pembangunan Hotel Ibis (Catatan 12) dengan harga jual yang disepakati sebesar Rp 30.000.000.000. Berdasarkan akta perjanjian jual beli No. 1 tanggal 5 Mei 2008 dari Deni Thanur, S.H., notaris di Jakarta, disepakati bahwa Bapak Kentjana Widjaja telah menunjuk PT Mahadhika Permata Wijaya sebagai pihak yang akan membeli tanah dan bangunan tersebut. Tidak terdapat perubahan dengan harga jual yang disepakati diatas. Berdasarkan perjanjian jual beli tersebut, MG harus menyerahkan sertifikat tanah paling lambat tanggal 31 Desember 2008. Sampai tanggal diterbitkannya laporan keuangan, MG masih dalam proses negosiasi dengan pembeli untuk memperpanjang waktu penyerahan sertifikat tanah. Sampai dengan tanggal laporan keuangan, MG telah menerima uang muka penjualan aset tersebut di atas sebesar Rp 6.000.000.000 dan dicatat pada akun pendapatan diterima dimuka dan uang muka penjualan (Catatan 20).

- 34 -

25. KONTINJENSI

a. Perkara AlL Melawan SW

Pada tahun 1999, terjadi perselisihan antara AlL dengan PT SAE-Waskita Karya (SW) yang disebabkan SW sebagai kontraktor utama yang ditunjuk Perusahaan untuk membangun apartemen Puri Casablanca yang terletak di JI. Casablanca kav 7, Jakarta tidak dapat menyelesaikan proyek pada waktu yang ditetapkan.

Pemeriksaan arbitrase mengenai perkara ini tidak dapat dilaksanakan karena terjadi ketidaksependapatan mengenai panel arbitrase yang berhak memeriksa perkara sehingga terjadi saling gugat antara AlL dengan SW di pengadilan untuk menetapkan panel arbitrase yang sah untuk memeriksa perkara tersebut.

Pada tanggal 2 Pebruari 2000 Pengadilan Negeri Jakarta Selatan mengeluarkan surat penetapan No. 14/Pdt.P/2000/PN.Jak-Sel yang memenangkan panel arbitrase pilihan AlL dan SW. Namun demikian, arbitrase tunggal bentukan SW telah mengambil putusan yang mengharuskan AlL untuk membayar ganti rugi kepada SW sebesar Rp 61 miliar berikut biaya bunganya dan putusan ini didaftarkan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No. 06/Eks.Arb/2000/PN.Jak.Sel. AlL melakukan perlawanan hukum atas putusan arbitase tunggal tersebut dan pada tanggal 23 Maret 2001, Pengadilan Negeri Jakarta Selatan mengeluarkan putusan No. 282/Pdt.G/2000/PN.Jak.Sel yang memenangkan AlL. Putusan arbitrase tunggal bentukan SW tersebut di atas dianggap cacat hukum karena merupakan arbiter tunggal yang ditetapkan tanpa persetujuan Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Pengadilan Tinggi menguatkan keputusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang dibatalkan pada tingkat kasasi. Sampai tanggal diterbitkannya laporan keuangan, perkara ini masih dalam proses peninjauan kembali di Mahkamah Agung.

Pada tahun 2004, AlL mengajukan gugatan perdata terhadap SW. Menurut AlL, pihak SW telah melakukan perbuatan melanggar hukum dengan mengangkat arbiter tunggal, yang dilakukan tanpa persetujuan Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan tidak sesuai dengan surat penetapan No. 14/Pdt.P/2000/PN.Jak-Sel tanggal 2 Pebruari 2000, yang dikeluarkan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. AlL juga menuntut ganti rugi sebesar jumlah sama dengan putusan arbiter tunggal di atas, ditambah kerugian immaterial dan kerugian lainnya sejumlah Rp 122 miliar.

Pada tanggal 3 Pebruari 2005 dikeluarkan surat penetapan No. 832/Pdt.G/2004/PN.Jak- Sel oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang memenangkan gugatan AIL, kecuali untuk jumlah kerugian immaterial dan lainnya, yang hanya disetujui Rp 5 miliar. Selanjutnya pada

tanggal 25 Agustus 2006, Pengadilan Tinggi mengeluarkan Surat Putusan

No. 183/Pdt/2006/PT.DKI yang menguatkan keputusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan kecuali untuk jumlah kerugian immaterial dan lainnya, yang hanya disetujui sebesar Rp 3 miliar.

Sampai tanggal diterbitkannya laporan keuangan, perkara ini masih dalam proses kasasi di Mahkamah Agung.

b. Perkara Perdata Melawan BNP – LIPPO

Perkara perdata ini merupakan akibat SW tidak menyelesaikan proyek dengan tepat waktu

(butir a), dimana BNP – LIPPO merupakan penjamin atas pelaksanaan proyek milik AIL

dengan memberikan Surat Jaminan (Performance Bond) No. BG/0049/SC/94 senilai

Rp 14.620.139.302 pada tanggal 25 Nopember 1994.

Karena ketidakmampuan SW untuk menyelesaikan proyek tersebut dengan tepat waktu, AIL melakukan klaim atas pencairan surat jaminan tersebut, tetapi pihak BNP-LIPPO menolak untuk mencairkan jaminan sehingga akhirnya AIL melalui kuasa hukumnya, Yan Apul, S.H.,

- 35 -

mengajukan gugat perdata mengenai wanprestasi kepada BNP-LIPPO dan meminta agar BNP-LIPPO membayar kerugian kepada AIL.

Pengadilan Negeri memutuskan bahwa mereka tidak berwenang mengadili perkara tersebut tetapi Pengadilan Tinggi menetapkan bahwa Pengadilan Negeri berwenang mengadili perkara tersebut.

Pada tanggal 9 Maret 2004 telah diterima putusan kasasi dari Mahkamah Agung tertanggal 31 Juli 2003 yang menyatakan menguatkan putusan Pengadilan Tinggi, berarti Pengadilan Negeri harus mengadili sengketa ini.

Sampai tanggal diterbitkannya laporan keuangan, Keputusan Mahkamah Agung tersebut belum disampaikan kepada pihak-pihak yang berkaitan dengan perkara ini sehingga persidangan belum dapat dimulai.

c. Berdasarkan somasi pemenuhan prestasi No. 71/PP/SOE/II/2001 tanggal 20 Pebruari 2001

dari kantor pengacara Soeparno dan Patners selaku kuasa hukum PT Nusa Raya Cipta (NRC) kepada MG, NRC mengajukan somasi untuk pembayaran atas pekerjaan proyek hotel Ibis, Surabaya milik MG. Tunggakan pembayaran berdasarkan somasi tersebut sebesar Rp 5.640.793.328 terdiri dari pembayaran termin dan denda bunga, yang harus dibayar selambat-lambatnya tanggal 5 Mei 2001. Atas somasi tersebut manajemen anak perusahaan telah mengajukan penyelesaian secara kekeluargaan. Sampai tanggal diterbitkannya laporan keuangan konsolidasi belum ada tanggapan dari pihak NRC.

Dokumen terkait