X4 Karakteristik Individu X5 Kekosmopolitan Individu Efektivitas Komunikasi Pembangunan Y RXY
Tabel. 18 Hubungan Secara Simultan antara Peubah X dan Y X Y Spearman's rho X Correlation Coefficient 1.000 .415** Sig. (2-tailed) . .000 N 150 150 Y Correlation Coefficient .415 ** 1.000 Sig. (2-tailed) .000 . N 150 150
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Dalam penelitian ini untuk mengetahui hubungan yang terjadi secara simultan antara peubah X dan peubah Y, digunakan taraf signifikansi (α) = 0,01. Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan bantuan software SPPS for Window 19 seperti yang terdapat pada tabel 18 nilai sig (2-tailled) sebesar 0. Kaidah pengujian dalam penelitian ini, jika nilai sig < α, maka Ho ditolak, sehingga dapat ditarik kesimpulan terdapat hubungan secara simultan antara peubah-peubah X dengan peubah efektivitas komunikasi (Y) dalam pemanfaatan dan pelestarian hutan TNGHS.
Dari hasil analisis korelasi Rank Spearman (Rs) diperoleh korelasi secara simultan peubah-peubah X yaitu kapasitas petugas kehutanan (X1), Informasi
(X2), Saluran Komunikasi (X3), Karakteristik Individu (X4) Kekosmopolitan
Individu (X5) dengan peubah Y yaitu efektivitas komunikasi yaitu pemahaman
masyarakat sekitar hutan dalam pemanfaatan dan pelestarian hutan TNGHS sebesar 0,415. Hal ini menunjukkan kekuatan hubungan antara peubah X (X1, X2,
X3 X4 dan X5
Berdasarkan hasil perhitungan korelasi secara simultan antara peubah- peubah X dengan peubah efektivitas komunikasi (Y) maka dapat diketahui bahwa
) dengan Y adalah cukup. Hal ini disebabkan oleh rataan jawaban responden untuk kelima peubah X memiliki skor sebesar 2,64, sedangkan untuk peubah Y yaitu efektivitas komunikasi berupa pemahaman masyarakat sekitar hutan dalam pemanfaatan dan pelestarian hutan konversi TNGHS rataan jawaban responden memiliki skor sebesar 3,15.
antara peubah X dengan peubah Y memiliki Sifat hubungan yang positif, jika peubah-peubah X naik, maka secara langsung peubah Y (pemahaman masyarakat) juga naik.
Hubungan Antar Peubah (X) dengan Efektivitas Komunikasi (Y) Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hubungan antara peubah (X) dengan peubah efektivitas komunikasi (Y) dengan melihat hubungan antar dimensi antara lain, kapasitas petugas (X1), informasi konservasi hutan (X2),
saluran komunikasi (X3), Karakteristik individu dan kekosmopolitan individu
(X5
Tabel 20. Hubungan antara Kapasitas Petugas Kehutanan dengan Efektivitas Komunikasi dalam Pemanfaatan dan Pelestarian Hutan ) terhadap efektivitas komunikasi (Y) yaitu dalam pemanfaatan dan pelestarian hutan konservasi TNGHS. Adapun hubungan antar dimensi penelitian tersebut diilustrasikan pada tabel di bawah ini.
No Kapasitas Petugas Kehutanan ( X1)
Efektivitas Komunikasi dalam Pemanfaatan dan Pelestarian hutan Konservasi (Y) Pemahaman Peningkatan Produktivitas Fisik Pemahaman Peningkatan Lahan Garapan Pemahaman Peningkatan Kualitas Lingkungan Pemahaman Memaksimum kan Pendapatan Usaha 1 Kepercayaan Pada Petugas Kehutanan .172* .211** .152 .113 2 Daya Tarik Petugas Kehutanan .037 .207* .094 .235** 3 Kekuatan Petugas kehutanan .161* .234**. 201* .166*
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Hubungan Kapasitas Petugas Kehutanan dengan Efektivita Komunikasi Tabel 20, merupakan data hasil lapangan untuk menjawab hipotesis pertama. Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik kolerasi Rank Spearman (Rs) dengan menggunakan bantuan software SPPS for Window 19.0, diperoleh hubungan yang nyata positif antara kapasitas petugas kehutanan (X1) yaitu
(X1.2), Kekuatan Petugas kehutanan (X1.3) dengan efektivitas komunikasi (Y)
pemahaman dalam meningkatkan produktivitas fisik (Y1), pemahaman dalam
mengoptimalkan lahan garapan(Y2), pemahaman dalam memperbaiki kualitas
lingkungan (Y3), dan pemahaman dalam memaksimumkan pendapatan usaha (Y4
Kepercayaan Kepada Petugas Kehutanan (X
) dalam pemanfaatan dan pelestarian hutan konservasi TNGHS dengan penjelasan masing-masing dimensi dari kapasitas petugas kehutanan dan dimensi dari efektivitas komunikasi dalam pemanfaatan dan pelestarian hutan sebagai berikut:
1.1
Korelasi antara kepercayaan kepada petugas kehutanan (X )
1.1) dengan
pemahaman masyarakat dalam meningkatkan produktivitas fisik (Y1) sebesar
0,172*. Hal ini menunjukkan terdapat hubungan yang nyata antara kepercayaan pada petugas kehutanan (X1.1) dengan pemahaman masyarakat dalam peningkatan
produktivitas fisik dengan sifat hubungannya yang sangat lemah. Kepercayaan pada petugas kehutanan (X1.1) berhubungan sangat nyata sebesar 0,211** dengan
pemahaman masyarakat dalam meningkatkan lahan garapan (Y2) dengan sifat
hubungan yang lemah. Kepercayaan pada petugas kehutanan (X1.1) memiliki
hubungan sebesar 0,152 dengan pemahaman masyarakat dalam meningkatkan kualitas lingkungan (Y3) yang menunjukkan sifat hubungan yang sangat lemah.
Kepercayaan kepada petugas kehutanan (X1.1) memiliki hubungan sebesar 0,113,
dengan pemahaman masyarakat dalam memaksimumkan pendapatan usaha (Y4
Hasil data yang telah diperoleh tersebut di atas secara umum menunjukkan adanya hubungan sebesar 0,162
) dengan sifat hubungan yang sangat lemah.
*
dengan sifat hubungan yang sangat lemah antara kepercayaan kepada petugas kehutanan dengan efektivitas komunikasi (Y) berupa pemahaman dalam meningkatkan produktivitas fisik (Y1), pemahaman dalam
mengoptimalkan lahan garapan(Y2), pemahaman dalam memperbaiki kualitas
lingkungan (Y3), dan pemahaman dalam memaksimumkan pendapatan usaha (Y4)
dalam pemanfaatan dan pelestarian hutan konservasi TNGHS, persentase jawaban responden untuk kepercayaan kepada petugas kehutanan yang yang dijawab oleh masyarakat (responden) sebanyak 79%, menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju bahwa petugas kehutanan merupakan orang yang dapat dipercaya. Petugas
kehutanan merupakan orang yang kurang dipercaya oleh masyarakat sekitar hutan, terdapat keraguan terhadap kemampuan petugas, masyarakat kurang percaya pada petugas kehutanan dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya, dan masayarakat kurang percaya pada petugas kehutanan memiliki teman-teman dan rekan sejawat dalam menyampaikan informasi tentang pemanfaaan dan pelestarian hutan konservasi TNGHS.
Daya Tarik Petugas Kehutanan (X1.2
Korelasi antara daya tarik petugas kehutanan (X )
1.2) dengan pemahaman
masyarakat dalam meningkatkan produktivitas fisik (Y1) menunjukkan adanya
hubungan sebesar 0,037, hal ini menunjukkan sifat hubungan yang sangat lemah. Sedangkan daya tarik petugas kehutanan berhubungan nyata sebesar 0,207* dengan pemahaman masyarakat dalam peningkatan lahan garapan(Y2), hal ini
menunjukkan sifat hubungan yang lemah. Terdapat hubungan antara daya tarik petugas kehutanan (X1.2) dengan pemahaman masyarakat dalam peningkatan
kualitas lingkungan (Y3) sebesar 0,094 hal ini menunjukkan sifat hubungan yang
sangat lemah. Daya tarik petugas kehutanan berhubungan sangat nyata sebesar 0,235** dengan pemahaman masyarakat dalam memaksimumkan pendapatan usaha(Y4
Berdasarkan hasil olah data mengenai hubungan antara daya tarik petugas kehutanan (X
), yang menunjukkan sifat hubungan yang lemah.
1.2) dengan efektivitas komunikasi (Y) berupa pemahaman dalam
meningkatkan produktivitas fisik (Y1), pemahaman dalam mengoptimalkan lahan
garapan(Y2), pemahaman dalam memperbaiki kualitas lingkungan (Y3), dan
pemahaman dalam memaksimumkan pendapatan usaha (Y4) dalam pemanfaatan
dan pelestarian hutan TNGHS, secara umum memiliki hubungan sebesar 0,143 dengan sifat hubungan yang sangat lemah, hal ini disebabkan persentase jawaban responden (68,4 %) untuk dimensi daya tarik petugas yang ditampilkan oleh petugas, responden menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju bahwa petugas kehutanan mempunyai penampilan menarik, masyarakat juga menilai bahwa petugas kehutanan merupakan orang yang berpenampilan kurang rapi dan kurang sopan, memiliki gaya bicara yang kurang menarik, serta memiliki kepribadian
yang kurang menarik dalam menyampaikan informasi pemanfaatan dan pelestarian hutan kepada masyarakat .
Kekuatan Petugas Kehutanan (X1.3
Korelasi antara kekuatan petugas kehutanan (X )
1.3) dengan pemahaman
masyarakat dalam meningkatkan produktivitas fisik (Y1) dalam pemanfaatan dan
pelestarian hutan konservasi TNGHS berhubungan nyata sebesar 0,161* ini menunjukkan kekuatan hubungan antara dimensi X1.3 dengan Y1 adalah sangat
lemah. Sedangkan kekuatan petugas kehutanan berhubungan sangat nyata sebesar 0,234** dengan pemahaman masyarakat dalam peningkatan lahan garapan (Y2),
walaupun masih dalam sifat hubungan yang lemah. Kekuatan petugas kehutanan (X1.3) berhubungan nyata sebesar 0,201* dengan pemahaman masyarakat dalam
peningkatan kualitas lingkungan (Y3), dengan sifat hubungan yang lemah.
Kekuatan petugas kehutanan berhubungan nyata sebesar 0,166* dengan pemahaman masyarakat dalam memaksimumkan pendapatan usaha (Y4
Berdasarkan hasil penelitian lapangan didapatkan data hubungan antara kekuatan petugas kehutanan (X
), yang menandakan sifat hubungan yang lemah.
1.2) dengan efektivitas komunikasi (Y) berupa
pemahaman dalam meningkatkan produktivitas fisik (Y1), pemahaman dalam
mengoptimalkan lahan garapan(Y2), pemahaman dalam memperbaiki kualitas
lingkungan (Y3), dan pemahaman dalam memaksimumkan pendapatan usaha (Y4)
dalam pemanfaatan dan pelestarian hutan konservasi TNGHS, secara umum memiliki hubungan yang nyata sebesar 0,191* dengan sifat hubungan yang sangat lemah, hal ini disebabkan persentase jawaban responden sebanyak 28,6 % untuk dimensi kekuatan petugas kehutanan yang dimiliki oleh petugas kehutanan responden menjawab setuju dan sangat setuju bahwa petugas kehutanan memiliki kharisma dalam mengajak masyarakat untuk memanfaatkan dan melestarikan hutan konservasi TNGHS, dan menyampaikan pesan (informasi) secara jujur, baik hati, dan tidak sombong serta memiliki wibawa dalam mengajak masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pemanfaatan dan pelestarian hutan konservasi TNGHS.
Hubungan Informasi Konservasi Hutan dengan Efektivitas Komunikasi Tabel 21. Merupakan hasil olah data yang menjawab hipotesis kedua. Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik kolerasi Rank Spearman (Rs) dengan menggunakan bantuan software SPPS for Window 19.0, terdapat hubungan yang sangat lemah antara informasi konservasi hutan TNGHS (X2
Tabel 21. Hubungan antara Informasi Konservasi Hutan TNGHS dengan Efektivitas Komunikasi
) dengan efektivitas komunikasi (Y) dalam pemanfaatan dan pelestarian hutan konservasi TNGHS. dengan penjelasan masing-masing dimensi dari informasi konservasi dan dimensi dari pemahaman masyarakat sekitar hutan dalam pemanfaatan dan pelestarian hutan TNGHS sebagai berikut.
**Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Kebaruan Informasi (X2.1
Hasil uji korelasi menunjukkan kebaruan informasi (X )
2.1) memiliki
hubungan sebesar 0,056 dengan pemahaman masyarakat dalam meningkatkan produktivitas fisik (Y1), dengan sifat hubungan yang sangat lemah. Ini artinya
semakin baru informasi yang disampaikan oleh petugas kehutanan, maka pemahaman dalam meningkatkan produktivitas fisik semakin meningkat, hanya saja kekuatan hubungannya sangat lemah. Kebaruan informasi memiliki hubungan sebesar 0,050 dengan pemahaman masyarakat dalam peningkatan lahan garapan (Y2), yang menunjukkan hubungan yang sangat lemah. Hubungan
antara kebaruan informasi (X2.1) dengan pemahaman masyarakat dalam
meningkatkan kualitas lingkungan (Y3) menunjukkan adanya hubungan sebesar
No Informasi Konservasi Hutan TNGHS (X2)
Efektivitas Komunikasi dalam Pemanfaatan dan Pelestarian hutan Konservasi (Y) Pemahaman Peningkatan Produktivitas Fisik Pemahaman Peningkatan Lahan Garapan Pemahaman Peningkatan Kualitas Lingkungan Pemahaman Memaksimumkan Pendapatan Usaha 1 Kebaruan Informasi .056 .050 .026 .150 2 Relevansi Informasi .005 .017 .012 .012 3 Kreativitas Informasi .036 .103 -.095 .164 *
0,026 hal ini menunjukkan sifat hubungan yang sangat lemah. Kebaruan informasi memiliki hubungan sebesar 0,150
Secara keseluruhan korelasi antara dimensi kebaruan informasi (X dengan pemahaman masyarakat dalam memaksimumkan pendapatan usaha, hal ini menunjukkan hubungan yang sangat lemah antara kedua dimensi tersebut.
2.1)
dengan efektivitas komunikasi (Y) berupa pemahaman dalam meningkatkan produktivitas fisik (Y1), pemahaman dalam mengoptimalkan lahan garapan(Y2),
pemahaman dalam memperbaiki kualitas lingkungan (Y3), dan pemahaman dalam
memaksimumkan pendapatan usaha (Y4) dalam pemanfaatan dan pelestarian
hutan konservasi memiliki hubungan sebesar 0,071, ini menunjukkan kekuatan hubungan antara dimensi X2
Relevansi Informasi (X
dengan efektivitas komunikasi (Y) adalah sangat lemah. Hal ini disebabkan persentase jawaban responden (28,6 %) menjawab setuju dan sangat setuju untuk informasi konservasi hutan yang diinformasikan oleh petugas kepada masyarakat termasuk informasi yang relatif baru mereka dengar. Masyarakat menilai informasi mengenai pemanfaatan dan pelestarian hutan TNGHS merupakan informasi yang tidak baru mengenai tata cara pengelolaan hutan. Informasi yang disampaikan oleh petugas kehutanan kurang bervariasi dan diulang-ulang.
2.2
Berdasarkan hasil uji korelasi untuk dimensi relevansi informasi (X )
2.2)
memiliki hubungan sebesar 0,005 dengan pemahaman masyarakat dalam peningkatan produktivitas fisik (Y1), hal ini menunjukkan semakin relevan
informasi yang disampaikan oleh petugas kehutanan, maka pemahaman masyarakat dalam meningkatkan produktivitas fisik semakin meningkat, hanya saja sifat hubungannya sangat lemah. Relevansi informasi (X2.2) memiliki
hubungan sebesar -0,017 dengan pemahaman masyarakat dalam peningkatan lahan garapan (Y2), dengan sifat hubungann yang sangat lemah. Relevansi
informasi (X2.2) memiliki hubungan sebesar 0,012 dengan pemahaman
masyarakat dalam peningkatan kualitas lingkungan (Y3), hal ini menunjukkan
bahwa hubungan antara kedua dimensi ini sangat lemah. Hubungan antara relevansi informasi (X2.2) dengan pemahaman masyarakat dalam
memaksimumkan pendapatan usaha (Y4
Secara umum dapat disimpulkan bahwa hubungan antara peubah relevansi informasi (X
) memiliki hubungan sebesar 0,031, yang menunjukkan hubungan yang sangat lemah.
2) dengan efektivitas komunikasi (Y) dalam pemanfaatan dan
pelestarian hutan Konservasi TNGHS memiliki hubungan sebesar 0,012 ini menunjukkan kekuatan hubungan antara dimensi X2
Kreativitas Informasi (X
dengan Y adalah sangat lemah. Hal ini disebabkan persentase jawaban responden (75%) menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju. Informasi mengenai tata-cara pengelolaan hutan dalam pemanfaatan dan pelestarian hutan konservasi TNGHS memiliki relevansi atau keterkaitan dengan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat sekitar hutan dalam pemanfaatan dan pelestarian hutan konservasi TNGHS.
2.3
Hasil uji korelasi menunjukkan kreativitas informasi (X )
2.3) memiliki
hubungan sebesar 0,036 dengan pemahaman masyarakat dalam peningkatan produktivitas fisik (Y1), hal ini menunjukkan hubungan yang sangat lemah.
Hubungan antara kreativitas informasi (X2.3) dengan pemahaman masyarakat
dalam peningkatan lahan garapan (Y2), memiliki hubungan sebesar 0,103 dengan
sifat hubungan yang sangat lemah. Kreativitas informasi memiliki hubungan nyata sebesar 0,164* dengan pemahaman masyarakat dalam memaksimumkan pendapatan usaha, hal ini menunjukkan hubungan yang sangat lemah. Kreativitas informasi (X2.3) memiliki hubungan negatif sebesar -0,095 dengan pemahaman
masyarakat dalam peningkatan kualitas lingkungan (Y3
Secara umum untuk dimensi kreativitas informasi (X
), hal ini menunjukkan semakin kreatif informasi yang dikemas dan disampaikan oleh petugas kehutanan maka masyarakat akan semakin tidak paham dengan informasi yang diterimanya, tetapi memiliki kekuatan hubungan yang sangat lemah.
2.3) denganefektivitas
komunikasi (Y) dalam pemanfaatan dan pelestarian hutan Konservasi TNGHS memiliki hubungan yang nyata sebesar 0,052 ini menunjukkan kekuatan hubungan antara dimensi X2.3 dengan Y adalah sangat lemah. Hal ini disebabkan
persentase jawaban responden sebesar 27,2%, Masyarakat menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju, untuk dimensi kreativitas informasi tentang konservasi
hutan yang diinformasikan oleh petugas kepada masyarakat. seperti pesan informasi mengenai pemanfaatan dan pelestarian hutan konservasi TNGHS disampaikan dengan tidak menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, tidak menggunakan kalimat-kalimat yang sederhana dan praktis, tidak menggunakan kalimat-kalimat yang mudah dimengerti dan dipahami serta informasi disampaikan oleh petugas kehutanan tidak menggunakan alat peraga dalam rangka mangajak masyarakat ikut berpartisipasi dalam hal pemanfaatan dan pelestarian hutan konservasi TNGHS.
Hubungan Saluran Komunikasi dengan Efektivitas Komunikasi
Tabel 22. Merupakan hasil olah data yang menjawab hipotesis ketiga. Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik kolerasi Rank Spearman (Rs) dengan menggunakan bantuan software SPPS for Window 19.0, diperoleh hubungan yang sangat lemah antara saluran komunikasi (X3
Penjelasan masing-masing dimensi dari saluran komunikasi yaitu komunikasi interpersonal (X
) dengan efektivitas komunikasi (Y) dalam pemanfaatan dan pelestarian hutan konservasi TNGHS.
3.1), komunikasi kelompok (X3.2) dan komunikasi
dengan media dengan dimensi efektivitas komunikasi pemahaman dalam meningkatkan produktivitas fisik (Y1), pemahaman dalam mengoptimalkan lahan
garapan(Y2), pemahaman dalam memperbaiki kualitas lingkungan (Y3), dan
pemahaman dalam memaksimumkan pendapatan usaha (Y4
Tabel 22. Hubungan antara Saluran Komunikasi dengan Efektivitas Komunikasi
) dalam pemanfaatan dan pelestarian hutan konservasi TNGHS pada Tabel 22, di bawah ini.
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
No
Saluran Komunikasi
X3
Efektivitas Komunikasi dalam Pemanfaatan dan Pelestarian hutan Konservasi (Y) Pemahaman Peningkatan Produktivitas Fisik Pemahaman Peningkatan Lahan Garapan Pemahaman Peningkatan Kualitas Lingkungan Pemahaman Memaksimumkan Pendapatan Usaha 1 Komunikasi Interpersonal .170 * .053 .079 .069 2 Komunikasi Kelompok .034 077 .059 .065 3 Komunikasi dengan Media Massa .008 -.132 .069 171*
Komunikasi Interpersonal (X3.1
Hasil olah data menunjukkan bahwa hubungan antara komunikasi
interpersonal (X
)
3.1) dengan pemahaman masyarakat dalam peningkatan
produktivitas fisik (Y1) memiliki hubungan yang nyata sebesar 0,170* yang
menandakan sifat hubungan diantara keduanya sangat lemah. Hubungan antara komunikasi interpersonal (X3.1) dengan pemahaman masyarakat dalam
peningkatan lahan garapan (Y2) memiliki hubungan sebesar 0,053 dengan sifat
hubungan yang sangat lemah. Terdapat hubungan sebesar 0,079 antara komunikasi interpersonal (X3.1) dengan pemahaman masyarakat dalam
peningkatan kualitas lingkungan (Y3), hal ini menunjukkan sifat hubungan antara
kedua dimensi tersebut adalah sangat lemah. Komunikasi interpersonal (X3.1)
memiliki hubungan sebesar 0,069 dengan pemahaman masyarakat dalam memaksimumkan pendapatan usaha (Y4
Secara umum hasil olah data untuk korelasi antara dimensi komunikasi interpersonal (X
) dengan sifat hubungan yang sangat lemah.
3.1) dengan efektivitas komunikasi (Y) dalam pemanfaatan dan
pelestarian hutan konservasi TNGHS memiliki hubungan sebesar 0,093 ini menunjukkan kekuatan hubungan antara komunikasi interpersonal (X3.1
Komunikasi Kelompok (X
) dengan efektivitas komunikasi adalah sangat lemah. Hal ini disebabkan karena persentase jawaban responden sebesar 42,5 % menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju. Menurut responden untuk komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh petugas dalam berkomunikasi baik sesama petugas, maupun petugas dengan masyarakat sekitar hutan konservasi tidak sering dilakukan, petugas kehutanan kurang rajin mengunjungi, mengadakan pertemuan, jarang berdiskusi, dan jarang melakukan tatap muka dengan masyarakat sekitar hutan konservasi TNGHS. Petugas kehutanan jarang melakukan pendekatan komunikasi antar pribadi kepada masyarakat sekitar hutan untuk menambah pengetahuan dan menyampaikan informasi mengenai pemanfaatan dan pelestarian hutan konservasi TNGHS.
3.2
Berdasarkan hasil olah data didapatkan hasil hubungan antara komunikasi kelompok (X
)
fisik (Y1) sebesar 0,034, yang menunjukkan sifat hubungan yang sangat lemah.
Komunikasi kelompok (X3.2) memiliki hubungan sebesar 0,077 dengan
pemahaman masyarakat dalam peningkatan lahan garapan (Y2), dengan sifat
hubungannya yang sangat lemah. Komunikasi kelompok (X3.2) memiliki
hubungan sebesar 0,059 dengan pemahaman masyarakat dalam peningkatan kualitas lingkungan (Y3) dengan sifat hubungannya yang sangat lemah.
Komunikasi kelompok (X3.2) berhubungan nyata sebesar 0,065 dengan
pemahaman masyarakat dalam memaksimumkan pendapatan usaha (Y4
Secara umum hasil dari olah data didapat korelasi antara komunikasi kelompok (X
), memiliki hubungan yang sangat lemah.
3.2) dengan efektivitas komunikasi (Y) dalam pemanfaatan dan
pelestarian hutan konservasi TNGHS memiliki hubungan sebesar 0,059, ini menunjukkan kekuatan hubungan antara komunikasi kelompok (X3.2
Komunikasi dengan Media Massa (X
) dengan efektivitas komunikasi adalah sangat lemah. Hal ini disebabkan persentase jawaban responden sebesar 53,4 % menjawab setuju dan sangat setuju, komunikasi dalam kelompok jarang dilakukan oleh petugas kehutanan. Masyarakat sekitar hutan jarang berkomunikasi atau berdiskusi dalam kelompok- kelompok pengajian mengenai pemanfaatan dan pelestarian hutan konservasi. Masyarakat sekitar hutan tidak berdiskusi pada kelompok sebagai sebagai wadah untuk bertemu dan berdiskusi tentang pemanfaatan dan pelestarian hutan konservasi TNGHS baik yang dilakukan pada kelompok PKK, maupun arisan.
3.3
Berdasarkan hasil olah data diketahui, bahwa terdapat hubungan sebesar 0,080 antara komunikasi dengan media massa (X
)
3.3) dengan pemahaman
masyarakat dalam peningkatan produktivitas fisik (Y1) dengan memiliki sifat
hubungan yang sangat lemah. Komunikasi dengan media massa (X3.3) memiliki
hubungan negatif sebesar -0,132 dengan pemahaman masyarakat dalam peningkatan lahan garapan (Y2), dengan sifat hubungan yang sangat lemah.
Komunikasi dengan media massa memiliki hubungan sebesar 0,069 dengan pemahaman masyarakat dalam peningkatan kualitas lingkungan (Y3) dengan
hubungan yang sangat lemah. Komunikasi dengan media massa memiliki hubungan sebesar 0,171*, dengan memaksimumkan pendapatan usahanya (Y4
Secara umum dari hasil olah data dapat diketahui bahwa korelasi antara komunikasi dengan media massa (X
)
3.3) denganefektivitas komunikasi (Y) dalam
pemanfaatan dan pelestarian hutan konservasi TNGHS memiliki hubungan sebesar 0,047 ini menunjukkan kekuatan hubungan antara dimensi X3.3
Hubungan Karakteristik Individu dengan Efektivitas Komunikasi dengan Y adalah sangat lemah. Hal ini disebabkan persentase jawaban responden sebesar 63,1% menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju bahwa masyarakat menerima informasi program pemanfaatan dan pelestarian hutan konservasi TNGHS dari media massa. Masyarakat menilai petugas kehutanan dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat sekitar hutan mengenai pemanfaatan dan pelestarian hutan TNGHS jarang menggunakan media massa baik cetak berupa surat kabar, leaflet, booklet, pamflet, buku, dan majalah atau elektronik.
Tabel 23, merupakan hasil olah data yang menjawab hipotesis keempat pada penelitian ini. Dari tabel tersebut terlihat bahwa secara keseluruhan hubungan karakteristik individu menunjukkan hubungan yang nyata positif dengan efektivitas komunikas. Hubungan karakteristik dengan efektivitas komunikasi antar dimensi dari kedua peubah tersebut data dijelaskan sebagai berikut:
Umur
Dari Tabel 23, terlihat umur berhubungan nyata positif sebesar 0,283* dengan pemahaman masyarakat dalam peningkatan produktivitas fisik(Y1)
dengan sifat hubungan yang lemah. Umur memiliki hubungan sebesar 0.053 dengan pemahaman peningkatan lahan garapan (Y2) dengan sifat hubungan yang
sangat lemah. Terdapat hubungan nyata sebesar 0.136* antara umur dengan pemahaman masyarakat dalam peningkatan kualitas lingkungan (Y3) dengan sifat
hubungan yang sangat lemah. Umur berhubungan nyata sebesar 0.020 dengan pemahaman masyarakat dalam memaksimumkan pendapatan usaha (Y4) dengan
Tabel 23. Hubungan Karakteristik Individu dengan Efektivitas Komunikasi
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Pendidikan Formal
Dari Tabel 23, terlihat pendidikan formal memiliki hubungan sebesar 0,061 dengan pemahaman masyarakat dalam peningkatan produktivitas fisik(Y1)
dengan sifat hubungan yang sangat lemah. Pendidikan formal memiliki hubungan sebesar 0.043 dengan pemahaman peningkatan lahan garapan (Y2) dengan sifat
hubungan yang sangat lemah. Terdapat hubungan sebesar 0.019 antara pendidikan formal dengan pemahaman masyarakat dalam peningkatan kualitas lingkungan (Y3) dengan sifat hubungan yang sangat lemah. Pendidikan formal memiliki
hubungan sebesar 0.029 dengan pemahaman masyarakat dalam memaksimumkan pendapatan usaha (Y4
Pendidikan Non formal
) dengan sifat hubungan yang sangat lemah.
Pada Tabel 23, terlihat pendidikan informal memiliki hubungan sebesar 0,015 dengan pemahaman masyarakat dalam peningkatan produktivitas fisik(Y1)
dengan sifat hubungan yang sangat lemah. Pendidikan informal memiliki hubungan sebesar 0.049 dengan pemahaman peningkatan lahan garapan (Y2)
dengan sifat hubungan yang sangat lemah. Terdapat hubungan sebesar 0.056 antara pendidikan informal dengan pemahaman masyarakat dalam peningkatan kualitas lingkungan (Y3) dengan sifat hubungan yang sangat lemah. Pendidikan
No
Karakteristik Individu
(X5)
Efektivitas Komunikasi dalam Pemanfaatan dan Pelestarian hutan Konservasi (Y) Pemahaman Peningkatan Produktivitas Fisik Pemahaman Peningkatan Lahan Garapan Pemahaman Peningkatan Kualitas Lingkungan Pemahaman Memaksimumkan Pendapatan Usaha 1 Umur .283* .053 .136* .020 2 Pendidikan formal .061 .043 .019 .029 3 Pendidikan Non formal 015 .049 .056 .027 4 Pendapatan Keluarga .038 .061 .038 .171* 5 Jumlah tanggungan keluarga .026 .085 .004 057
informal memiliki hubungan sebesar 0.027 dengan pemahaman masyarakat dalam memaksimumkan pendapatan usaha (Y4
Pendapatan Keluarga
) dengan sifat hubungan yang sangat lemah..
Pada Tabel 23, terlihat pendapatan keluarga memiliki hubungan sebesar 0,038 dengan pemahaman masyarakat dalam peningkatan produktivitas fisik(Y1)
dengan sifat hubungan yang sangat lemah. Pendapatan keluarga memiliki hubungan sebesar 0.061 dengan pemahaman peningkatan lahan garapan (Y2)
dengan sifat hubungan yang sangat lemah. Terdapat hubungan sebesar 0.038 antara pendapatan keluarga dengan pemahaman masyarakat dalam peningkatan kualitas lingkungan (Y3) dengan sifat hubungan yang sangat lemah. Pendapatan
keluarga memiliki hubungan sebesar 0.171* dengan pemahaman masyarakat dalam memaksimumkan pendapatan usaha (Y4
Jumlah tanggungan keluarga
) dengan sifat hubungan yang sangat lemah.
Pada Tabel 23, terlihat jumlah tanggungan keluarga memiliki hubungan sebesar 0,026 dengan pemahaman masyarakat dalam peningkatan produktivitas