• Tidak ada hasil yang ditemukan

INJEKSI INTRAVENA

Dalam dokumen Ketrampilan Dasar Kebidanan (Halaman 77-83)

PEMBERIAN OBAT MELALUI MEMBRAN

INJEKSI INTRAVENA

67

Coba sekarang cari lihat dan raba vena saudara masing-masing bila berdenyut berarti yang saudara raba nadi kalau vena tidak berdenyut dan tampak kebiru-biruan, silahkan dicoba lagi sampai ketemu

PENGERTIAN INJEKSI INTRA VENA

Injeksi Intravena adalah menyuntikan cairan obat kedalam vena. TUJUAN

1. Agar reaksi berlangsung cepat dan langsung masuk pada pembuluh darah. 2. Untuk meminimalkan efek samping dan mempertahankan kadar terapeutik

dalam darah. TEMPAT PENYUNTIKAN

Pada lengan (vena mediana cubiti/vena cephalica)

Pada tungkai (vena saphenonus) Apakah vena yang saudara cari sudah ketemu ? kalau belum cari sesuai pada gambar ini.

68

 Pada kepala (vena frontalis atau vena temporalis) khusus pada anak

RUTE KERJA OBAT INTRA VENA

Pemberian melalui intravena dapat mengalami absorpsi karena obat di suntikan langsung ke pembuluh darah sehingga obat sudah langsung berada di pembuluh darah, oleh karena itu efek yang diberikan oleh obat IV lebih cepat muncul karena tidak perlu melalui proses absorpsi. Setelah obat ada di pembuluh darah, obat akan di sebarkan ke seluruh tubuh bersama aliran darah. Darah kemudian mengalami fase metabolisme yaitu obat akan langsung di rombak oleh organ hati atau ginjal sehingga obat yang sudah tidak berguna tadi bisa di keluarkan. Setelah obat memberikan efek samping yang diharapkan obat akan keluar dari tubuh dengan berbagai cara yaitu melalui ginjal berupa air seni, karbon dioksida dari pernapasan, kulit dengan keringat dll.

INDIKASI dan KONTRAINDIKASI

69

 Untuk menghilangkan nyeri dengan cepat.

 Untuk memulai penenangan terhadap infeksi pada anti biotik.

 Untuk menghilangkan gejala-gejala penyakit dengan terapi obat-obatan.

 Untuk menyebabkan rasa kantuk yang diberikan secara IV. CONTOH:

 Pasien yang mengalami cidera (luka bakar luas).

 Pasien yang tidak dapat minum karena minum karena mual lalu muntah.  Diare dan demam (mengakibatkan pasien mengalami dehidrasi).

 Pasien yang kehilangan darah dan kehilangan cairan.

 Pada pasien yang mengunakan obat dalam jangka waktu yang lama.  Pada pasien pada penyakit berat.

 Pasien yang mengalami penurunan kesadaran dan beresiko terjadi aspirasi (tersedak lalu besar kemungkinan obat masuk dalam salur nafas)

Kontraindikasi

 Pada tubuh pasien di daerah dekat yang mengalami inflamasi (bengkak,nyeri,demam, dan infeksi)

 Dimana bagian tubuh pasien tersebut pembuluh vena kurang jelas.

 Daerah lengan bawah pada pasien ginjal. Karena lokasi ini akan digunakan untuk pemasangan fistula arteri vena (A-V shunt) pada tindakan hemodialisis (cuci darah)

 Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang aliran darahnya lambat. Misalnya pada pembuluh darah vena di tungkai dan kaki. PERSIAPAN PASIEN

1. Mengidentifikasi pasien , dengan cara mengecek perencanaan keperawatan klien (nama klien, dosis, waktu pelaksanaan, obat , tempat injeksi)

2. Mengkaji riwayat alergi dan riwayat medis pada pasien/klien

3. Berkomunikasi/memberitahu pada pasien/klien tentang prosedur yang akan dilakukan

4. Menyiapkan lingkungan sekitar 5. Mengobservasi reaksi pasien

PERSIAPAN ALAT Baki yang berisi :

70 1. Bak instrumen yang di dalamnya berisikan : spuit steril 3ml atau 5ml beserta jarumnya, sarung tangan , spuit yang sudah terisi obat yang akan di injeksikan kepada pasien/klien

2. Kapas alkohol 3. Bengkok kosong

4. Torniquet (pembendung) 5. Pengalas (perlak kecil+alas) 6. Sarung tangan (sekali pakai)

PROSEDUR TINDAKAN

1. Memberitahu dan menjelaskan kepada pasien tentang peosedur yang akan dilakukan

2. Membawa alat-alat yang telah dipersiapkan dalam baki ke dekat pasien. 3. Bantu klien pada posisi telentang atau semi-Flower dengan lengan lurus. 4. Mencuci tangan

5. Pakai sarung tangan ( tidak perlu teril hanya untuk melindungi petugas dari infeksi)

6. Membebaskan daerah yang akan disuntik dari pakaian pasien

7. Tempatkan handuk kecil/perlak di bawah lengan atas sebagai alasnya. 8. Pilih sisi distal pada vena yang digunakan (vena cephalica).

9. Pasang torniquet 5 sampai 15 cm di atas tempat injeksi vena. Lingkarkan torniquet dan kencangkan pada lengan klien, ikatkan satu sama lain. Jangan menggunakan ikatan mati.

10. Pilih vena yang terdilatasi dengan baik. Ini membantu bila klien menggenggam. 11. Mempersiapkan spuit yang telah berisikan obat.

12. Hapushamakan daerah penyuntkan secara sirkuler dengan diameter ± 5 cm menggunakankapas alkohol 70 % tunggu sampai kering.

13. Tegangkan kulit dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan yang tidak dominan. 14. Tusukan jatum kedalam vena dengan lubang jarum menghadap keatas, jarum

dan kulit membentuk sudut ± 20 derajat

15. Tarik penghisap sedikit untuk memeriksa apakah jarum sudah masuk kedalam vena yang ditandai dengan darah masuk kedalam tabung spuit, jika tidak ada darah masukkan sedikit lagi jarum sampai terasa masuk vena.

16. Buka torniket dan anjurkan pasien membuka kepalan tangannya, masukkan obat secara perlahan .

71 17. Meletakkan kapas alkohol di atas jarum, kemudian menarik spuit dengan cepat. Kemudian bekas suntikan jarum di tekan dengan menggunakan kapas alkohol sampai darah tidak keluar lagi.

18. Menutup tempat penusukan dengan kapas steril

19. Merapikan pasien bereskan alat-alat yang telah digunakan (jarum suntik diisi dengan larutan chlorin 0,5% selama 10 menit)

20. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir 21. Dokumentasikan tindaka yang telah dilakukan HAL – HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

1. Jangan mencoba-coba menusukkan jarum bila vena kurang jelas terlihat/teraba.

2. Bila terjadi infiltrasi, jarum dan spuit langsung dicabut untuk dipindahkan ke daerah lain.

3. Usahakan jangan sampai terjadi emboli udara

4. Perhatikan reaksi pasien pada saat dan sesudah pemberian suntikan

5. Pemberian obat suntikan harus dicatat pada sebuah buku catatan : Jam dan tanggal pemberian, dosis dan macam obat yang diberikan, nama perawat yang melakukan perawatan nama dokter yang memberikan instruksi

6. Jangan menggunakan spuit yang bocor, retak, pengisap (plunger) nya longgar serta jarum yang ujungnya tumpul, bengkok dan tersumbat.

7. Pada pasien hepatitis harus digunakan spuit dan jarum tersendiri. Bila memungkinkan, gunakan spuit dan jarum yang dispossable.

8. Bila obat di dalam flakon pakailah 2 jarum, 1 jarum besar ditusukkan ke dalam flakon untuk mengisap cairan suntikan ke dalam spuit dan 1 jarum untuk menyuntikkan ke pasien/klien.

9. Observasi lokasi intravena selama pemberian obat. Adanya bengkak yang

tiba-tiba mengindikasikan terjadinya infiltrasi. Penting untuk menghentikan injeksi jika terjadi infiltrasi. Penting juga untuk mengetahui efek samping setiap obat dan memperhatikan klien terhadap adanya reaksi yang merugikan.

72 Pemberian obat secara intra muskuler ditujukan untuk memberikan obat dalam jumlah yang lebih besar dibanding obat yang diberikan secara sub cutan. Absorsi juga lebih cepat dibanding sub cutan karena lebih banyak suplai darah di otot tubuh .

PENGERTIAN

Dalam dokumen Ketrampilan Dasar Kebidanan (Halaman 77-83)

Dokumen terkait