• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

2.1 Kajian Pustaka

2.1.2. Inovasi

d. Definisi Kreativitas dalam dimensi Product

Definisi pada dimensi produk merupakan upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada produk atau apa yang dihasilkan oleh individu baik sesuatu yang baru/original atau sebuah elaborasi/penggabungan yang inovatif.

Definisi yang berfokus pada produk kreatif menekankan pada orisinalitas, seperti yang dikemukakan oleh Baron (1969) yang menyatakan bahwa kreatifitas adalah kemampuan untuk menghasilkan/menciptakan sesuatu yang baru. Begitu pula menurut Haefele (1962) yang menyatakan kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna sosial. Dari dua definisi ini maka kreatifitas tidak hanya membuat sesuatu yang baru tetapi mungkin saja kombinasi dari sesuatu yang sudah ada sebelumnya.

Dari berbagai pengertian yang dikemukakan oleh para ahli untuk menjelaskan makna dari kreativitas yang dikaji dari empat dimensi yang memberikan definisi saling melengkapi. Untuk itu kita dapat membuat berbagai kesimpulan mengenai definisi tentang kreativitas dengan acuan beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli.

2.1.2. Inovasi

Istilah inovasi dalam organisasi pertama kali diperkenalkan oleh Schumpeter pada tahun 1934. Inovasi dipandang sebagai kreasi dan implementasi ‘kombinasi baru’. Istilah kombinasi baru ini dapat merujuk pada produk, jasa,

26

proses kerja, pasar, kebijakan dan sistem baru. Dalam inovasi dapat diciptakan nilai tambah, baik pada organisasi, pemegang saham, maupun masyarakat luas. Oleh karenanya sebagian besar definisi dari inovasi meliputi pengembangan dan implementasi sesuatu yang baru menurut De Jong & Den Hartog, (2003).

Menurut Zimmerer (dalam Suryana, 2009) Inovasi adalah kemampuan untuk menerapkan solusi kreatif terhadap masalah dan peluang untuk meningkatkan atau untuk memperkaya kehidupan orang-orang.

Everett M. Rogers (1983), mendefisisikan bahwa inovasi adalah suatu ide, gagasan, praktek atau objek/benda yang disadari dan diterima sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang atau kelompok untuk diadopsi.

Stephen Robbins (1994), mendefinisikan, inovasi sebagai suatu gagasan baru yang diterapkan untuk memprakarsai atau memperbaiki suatu produk atau proses dan jasa.

Berdasarkan pengertian tersebut, Robbins lebih memfokuskan pada tiga hal utama yaitu :

1. Gagasan baru yaitu suatu olah pikir dalam mengamati suatu fenomena yang sedang terjadi, termasuk dalam bidang pendidikan, gagasan baru ini dapat berupa penemuan dari suatu gagasan pemikiran, Ide, sistem sampai pada kemungkinan gagasan yang mengkristal.

2. Produk dan jasa yaitu hasil langkah lanjutan dari adanya gagasan baru yang ditindak lanjuti dengan berbagai aktivitas, kajian, penelitian dan percobaan sehingga melahirkan konsep yang lebih konkret dalam bentuk produk dan

27

jasa yang siap dikembangkan dan dimplementasikan termasuk hasil inovasi dibidang pendidikan.

3. Upaya perbaikan yaitu usaha sistematis untuk melakukan penyempurnaan dan melakukan perbaikan (improvement) yang terus menerus sehingga buah inovasi itu dapat dirasakan manfaatnya.

2.1.2.1. Ciri-ciri Inovasi

Menurut Munandar (2006) terdapat empat ciri-ciri dalam suatu inovasi, diantaranya adalah:

1. Memiliki kekhasan / khusus artinya suatu inovasi memiliki ciri yang khas dalam arti ide, program, tatanan, sistem, termasuk kemungkinan hasil yang diharapkan.

2. Memiliki ciri atau unsur kebaruan, dalam arti suatu inovasi harus memiliki karakteristik sebagai sebuah karya dan buah pemikiran yang memiliki kadar Orsinalitas dan kebaruan.

3. Program inovasi dilaksanakan melalui program yang terencana, dalam arti bahwa suatu inovasi dilakukan melalui suatu proses yang yang tidak tergesa-gesa, namun kegiatan inovasi dipersiapkan secara matang dengan program yang jelas dan direncanakan terlebih dahulu.

4. Inovasi yang digulirkan memiliki tujuan, program inovasi yang dilakukan harus memiliki arah yang ingin dicapai, termasuk arah dan strategi untuk mencapai tujuan tersebut.

28

2.1.2.2. Jenis-jenis Inovasi

Jenis-jenis Inovasi berdasarkan kecepatan perubahan inovasi menurut Scot & Bruece (dalam De Jong dan Den Hartog, 2008):

1. Inovasi radikal

Inovasi radikal dilakukan dalam skala besar, dilakukan oleh para ahli dibidangnya dan biasanya dikelola oleh departemen penelitian dan pengembangan.Inovasi radikal ini sering kali dilakukan di bidang manufaktur dan lembaga jasa keuangan.

2. Inovasi inkremental

Inovasi inkremental merupakan proses penyesuaian dan mengimplementasikan perbaikan yang berskala kecil, dilakukan oleh semua pihak yang terkait, hadir setiap kali dan tidak terstruktur serta bersumber dari kemampuan untuk memberikan hasil desain yang sesuai bagi pengguna layanan mereka. Inovasi inkremental terlihat pada sektor akuntansi, administrasi, teknik, komputer, manajemen. perdagangan retail, pelayanan pribadi, hotel dan restaurant.

Inovasi yang sesuai dengan perilaku inovatif adalah inovasi inkremental. Dalam hal ini, yang melakukan inovasi bukan hanya para ahli saja tetapi semua karyawan yang terlibat dalam proses inovasi tersebut. Oleh karenanya sistem pemberdayaan karyawan sangat diperlukan dalam perilaku inovatif ini.

29

Inovasi inkremental terlihat pada sektor kerja, yaitu sebagai berikut: a. Knowledge-intensive service

Meliputi pengembangan ekonomi, administrasi, R&D service, teknik, komputer, dan manajemen. Sumber utama inovasi adalah kemampuan untuk memberikan hasil desain yang sesuai untuk pengguna layanan merek. Inovasi terjadi setiap saat dan tidak terstruktur.

b. Supplier-dominated services

Meliputi perdagangan retail, pelayanan pribadi (seperti potong rambut), hotel dan restoran.

Berdasarkan fungsi (Brazeal & Herbert, 1997), ada 2 inovasi : a. Inovasi teknologi (produk, pelayanan atau proses produksi) b. Inovasi administrasi (organisasional, struktural, dan sosial)

2.1.2.3. Sifat Perubahan Dalam Inovasi

Utami Munandar (2006) mengemukakan bahwa ada enam sifat perubahan dalam sebuah inovasi, yaitu:

1. Penggantian (substitusi) 2. Perubahan (alternation) 3. Penambahan (addition)

4. Penyusunan kembali (restructuring) 5. Penghapusan (elimination)

30

2.1.2.4. Perilaku Inovatif

Pengertian perilaku inovatif menurut Wess & Farr (dalam De Jong & Kemp, 2003) adalah semua perilaku individu yang diarahkan untuk menghasilkan, memperkenalkan, dan mengaplikasikan hal-hal ‘baru’, yang bermanfaat dalam berbagai level organisasi.

Tiga Hal Perilaku Inovatif (John Adair, 1996), yaitu:

Generating Ideas

Individu/kelompok dlm menghasilkan gagasan utk mengembangkan produk, proses, pelayanan yg ada sebelumnya atau menciptakan sesuatu yg baru.

Harvesting Ideas

Masih meliputi kelompok yg sama dlm mengumpulkan, menyaring & mengevaluasi gagasan.

Developing and Implementing These Idea

Masih melibatkan kelompok dlm mengembangkan & meningkatkan gagasan sampai pada diberikannya tanggapan yg berasal dari orang lain.

Karakter Individu yang memiliki karakter inovatif (George JM dan Zhou J, 2001), diantaranya:

a. Mencari tahu teknologi baru, proses, teknik, ide-ide baru b. Menghasilkan ide-ide kreatif

c. Memajukan dan memperjuangkan ide-ide ke org lain

d. Meneliti & menyediakan sumber daya yang diperlukan utk mewujudkan ide-ide baru

31

e. Mengembangkan rencana dan jadwal yang matang utk mewujudkan ide baru tersebut.

f. Kreatif

Tahap-tahap perilaku inovatif (Scott SG & Bruce RA, 1994) adalah sebagai berikut:

1. Perilaku inovasi dimulai dari pengenalan masalah dan penghimpunan ide atau solusi, dpt berupa sesuatu yg baru atau merupakan adaptasi dari situasi yg lain.

2. Berusaha mencari dukungan untuk ide tersebut dan mencoba membangun kerjasama antar pendukung ide.

3. Menyelesaikan ide tersebut dengan membuat modul atau prototipe inovasi dalam wujud nyata yg dpt dirasakan atau disentuh dan mengubahnya ke arah penggunaan yg produktif atau terlembagakan.

2.1.2.5. Karakteristik Inovasi

Rogers (1983) mengemukakan lima karakteristik inovasi, yaitu:i: 1. Keunggulan relatif (relative advantage)

Derajat di mana suatu inovasi dianggap lebih baik unggul daripada yang pernah ada. Hal ini dapat diukur dari beberapa segi, seperti segi ekonomi, prestise sosial, kenyamanan. dan kepuasan. Semakin besar keunggulan relatif dirasakan oleh pengadopsi.Semakin cepat inovasi tersebut dapat diadopsi.

32

2. Kompatibilitas (compatibility)

Derajat di mana inovasi tersebut dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang berlaku. pengalaman masa lalu, dan kebutuhan pengadopsi. Sebagai contoh, jika suatu inovasi atau ide baru tertentu tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku, inovasi itu tidak dapat diadopsi dengan mudah sebagairnana halnya dengan inovasi yang sesuai (compatible).

3.Kerumitan (complexity)

Derajat di mana inovasi dianggap sebagai suatu yang sulit untuk dipahami dan digunakan. Beberapa inovasi tertentu ada yang dengan mudah dapat dimengerti dan digunakan oleh pengadopsi dan ada pula yang sebaliknya. Semakin mudah dipahami dan dimengerti oleh pengadopsi. semakin cepat suatu inovasi dapat diadopsi.

4. Kemampuan diujicobakan (trialability)

Derajat di mana suatu inovasi dapat diuji coba batas tertentu. Suatu inovasi yang dapat diujicobakan dalam seting sesungguhnya umumnya akan lebih cepat diadopsi. Jadi, agar dapat dengan cepat diadopsi. suatu inovasi harus mampu mengemukakan keunggulannya.

5.Kemampuan untuk diamati (observability)

Derajat di mana hasil suatu inovasi dapat dilihat orang lain. Semakin mudah seseorang melihat hasil suatu inovasi., semakin besar kemungkinan orang atau sekelompok orang tersebut mengadopsi.

33

Semakin besar keunggulan relatif, kesesuaian.. kemampuan untuk diujicobakan, dan kemampuan untuk diamati serta semakin kecil kerumitannya, semakin cepat inovasi dapat diadopsi.

2.1.2.6. Aspek-aspek Inovasi

Menurut De Jong & Den Hartog (2003) Perilaku inovatif dapat didefinisikan sebagai semua tindakan individu yang diarahkan pada generasi, pengenalan dan penerapan baru yang bermanfaat pada setiap tingkat organisasi. De Jong & Den Hartog (2003) merinci lebih mendalam perilaku inovatif dalam melakukan proses inovasi menjadi 4 aspek sebagai berikut:

1) Melihat Peluang

Melihat peluang bagi karyawan untuk mengidentifikasi berbagai peluang/kesempatan yang ada. Peluang dapat berawal dari ketidak samaan dan diskontinuitas yang terjadi karena adanya ketidak sesuaian dengan pola yang diharapkan misalnya timbulnya masalah pada pola kerja yang sudah berlangsung, adanya kebutuhan konsumen yang belum terpenuhi, atau adanya indikasi trends yang sedang berubah.

2) Mengeluarkan Ide

Dalam fase ini, karyawan mengeluarkan konsep baru dengan tujuan untuk perbaikan. Hal ini meliputi mengeluarkan ide sesuatu yang baru atau memperbaharui pelayanan, pertemuan dengan klien dan teknologi pendukung. Kunci dalam mengeluarkan ide adalah mengkombinasikan dan mereorganisasikan

34

informasi dan konsep yang telah ada sebelumnya untuk memecahkan masalah dan atau meningkatkan kinerja.

3) Memperjuangkan

Maksudnya disini untuk mengembangkan dan mengimplementasikan ide, karyawan harus memiliki perilaku yang mengacu pada hasil. Perilaku Inovasi Konvergen meliputi usaha menjadi juara dan bekerja keras. Seorang yang berperilaku juara mengeluarkan seluruh usahanya pada ide kreatif. Usaha menjadi juara meliputi membujuk dan mempengaruhi karyawan dan juga menekan dan bernegosiasi. Untuk mengimplementasikan inovasi sering dibutuhkan koalisi, mendapatkan kekuatan dengan menjual ide kepada rekan yang berpotensi.

4) Aplikasi

Dalam fase ini meliputi perilaku karyawan yang ditujukan untuk membangun, menguji, dan memasarkan pelayanan baru. Hal ini berkaitan dengan membuat inovasi dalam bentuk proses kerja yang baru ataupun dalam proses rutin yang biasa dilakukan.

Dokumen terkait