• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.3. Insektisida

2.1.3.1. Pengertian Insektisida

Insektisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia yang dapat membunuh serangga (Sutanto, 2008).

2.1.3.2. Jenis Insektisda

a. Insektisida Sintetik

Penggunaan insektisida ditujukan untuk mengendalikan populasi vektor, sehingga diharapkan penularan penyakit dapat ditekan seminimal mungkin. Pengendalian kimia yang dapat dilakukan diantaranya adalah dengan penggunaan repellent, insektisida untuk penyemprotan (spray, fogging) untuk vektor dewasa, larvasida untuk

pengendalian larva. Insektisida sintetik yang digunakan dalam pengendalian nyamuk adalah parathion, malathion, dan dikilorvos (Kardinan, 2000).

b. Insektisida Nabati

Insektisida nabati atau insektisida botani adalah bahan alami berasal dari tumbuhan yang mempunyai kelompok metabolit sekunder yang mengandung beribu-ribu senyawa bioaktif seperti alkaloid, fenolik, dan zat kimia sekunder lainnya. Senyawa bioaktif tersebut apabila diaplikasikan ke tanaman yang yang terinfeksi organisme pengganggu tidak berpengaruh terhadap fotosintesis, pertumbuhan, atau aspek fisologi lainnya, namun berpengaruh terhadap Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Sistem yang terpengaruh pada OPT adalah sistem syaraf/otot, keseimbangan hormon, reproduksi, perilaku, sistem pernafasan, dll. Senyawa bioaktif ini juga dapat digunakan untuk mengendalikan serangga yang terdapat di lingkungan rumah (Naria, 2003).

Senyawa bioaktif yang terdapat pada tanaman dapat dimanfaatkan seperti layaknya insektisida sintetik. Perbedaannya adalah bahan aktif pada insektisida nabati disintesis oleh tumbuhan dan jenisnya dapat lebih dari satu macam (campuran). Bagian tumbuhan seperti daun, bunga, buah, biji, kulit, batang, dan sebagainya dapat digunakan dalam bentuk utuh, bubuk, ataupun ekstraksi (dengan air, atau senyawa pelarut organik). Insektisida nabati dapat dibuat secara sederhana dan

kemampuan yang terbatas. Bila senyawa atau ekstrak ini digunakan di alam (biodegradable), sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia maupun ternak karena residunya mudah hilang. Senyawa yang terkandung dalam tumbuhan dan diduga berfungsi sebagai insektisida diantaranya adalah golongan sianida, saponin, tanin, flavonoid, alkaloid, steroid, dan minyak atsiri (Kardinan, 2000). Insektisida ini apabila diaplikasikan akan membunuh organisme sasaran dan setelah itu residunya akan cepat hilang.

c. Insektisida Non Nabati

Untuk pengendalian ini digunakan bahan kimia yang berkhasiat membunuh serangga (insektisida) atau hanya untuk menghalau serangga saja (repellent). Kebaikan cara pengendalian ini adalah dapat dilakukan dengan segera dan meliputi daerah yang luas, sehingga dapat menekan populasi serangga dalam waktu yang singkat. Keburukannya karena cara pengendalian ini hanya bersifat sementara, dapat menimbulkan pencemaran lingkungan, kemungkinan timbulnya resistensi serangga terhadap insektisida dan mengakibatkan matinya beberapa pemangsa (Gandahusada, 2006).

2.1.3.3. Cara Kerja Insektisida Nabati

Cara kerja insektisida nabati dalam membunuh hama dapat dibedakan menjadi tiga golongan (Sutanto, 2008) :

1. Racun Perut

Insektisida yang termasuk golongan ini pada umumnya dipakai untuk membasmi serangga-serangga pengunyah, penjilat, dan penggigit. Daya bunuhnya melalui perut. Insektisida masuk ke dalam perut serangga melalui mulut, diabsorbsi ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan.

2. Racun Kontak

Serangga yang mempunyai bagian mulut untuk menggigit dan mengambil makanannya dari bawah pemukaan daun atau bagian tanaman lainnya dan tidak terkena racun yang disemprotkan atau ditebarkan pada permukaannya, harus dihadapi dengan racun kontak. Insektisida jenis racun kontak, membunuh hewan sasaran dengan masuk ke dalam tubuh melalui kulit, menembus saluran darah, atau dengan melalui saluran pernafasan. Racun jenis ini dapat digunakan dalam bentuk cairan atau tepung.

3. Racun Gas

Jenis racun yang disebut juga fumigant ini digunakan terbatas pada ruangan-ruangan tertutup. Insektisida masuk melalui pernapasan dan melalui permukaan badan serangga. Insektisida ini dapat diterapkan pada semua jenis serangga tanpa melihat jenis mulutnya.

2.1.3.4. Teknik Menghasilkan Insektisida Nabati

Pembuatan insektisida alami dilakukan melalui beberapa proses penanganan bahan tumbuhan secara baik agar tidak kehilangan aktifitas

hayatinya. Teknik untuk menghasilkan insektisida nabati menurut Naria (2003) antara lain sebagai berikut :

1. Penggerusan, penumbukan, pembakaran, atau pengepresan untuk menghasilkan produk berupa tepung, abu, atau pasta.

2. Rendaman untuk produk ekstrak. 3. Ekstraksi dengan bahan kimia pelarut.

Ekstraksi adalah sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan penyari simplisia menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung (BPOM RI, 2010). Menurut Darwis D. (2000) dalam Sofia Lenny (2006), ekstraksi dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :

1) Infusa

Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi dengan pelarut air pada suhu 1000C selama 3 jam. Pembuatan infusa merupakan cara yang paling sederhana untuk membuat sediaan herbal dari bahan lunak seperti daun dan bunga.

2) Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstraksi simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan. Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi berarti dilakukan pengadukan yang kontinu (terus-menerus). Remaserasi berarti dilakukan pengulangan

penambah pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan seterusnya.

3) Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses ini terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, dan tahap perkolasi sebenarnya penetasan atau penampungan ekstrak.

2.1.3.5. Keunggulan Insektisida Nabati

Penggunaan insektisida nabati di Indonesia lebih populer di bidang pertanian, daripada penggunaan di rumah tangga. Padahal, di dalam rumah dapat hidup berbagai binatang yang mengganggu kenyamanan dan kesehatan manusia, yang perlu untuk dikendalikan. Penggunaan insektisida nabati di rumah tangga merupakan suatu potensi yang dapat dikembangkan. Menurut Naria (2003), penggunaan insektisida nabati di rumah tangga memiliki keunggulan antara lain : 1. Insektisida nabati tidak atau hanya sedikit meninggalkan residu pada

komponen lingkungan dan bahan makanan, sehingga dianggap lebih aman daripada insektisida sintesis / kimia.

2. Zat pestisidik dalam insektisida nabati lebih cepat terurai di alam sehingga tidak menimbulkan resistensi pada sasaran.

3. Dapat dibuat sendiri dengan cara yang sederhana.

5. Secara ekonomi tentunya akan mengurangi biaya pembelian insektisida.

2.1.3.6. Kelemahan Insektisida Nabati

Selain keuntungan, tentunya kita tidak dapat mengesampingkan beberapa kelemahan dari pemakaian insektisida nabati di rumah. Kelemahan tersebut antara lain :

1. Frekuensi penggunaan insektisida nabati lebih tinggi dibandingkan dengan insektisida sintetis. Tingginya frekuensi penggunaan insektisida botani adalah karena sifatnya yang mudah terurai di lingkungan, sehingga harus lebih sering diaplikasikan.

2. Insektisida nabati memiliki bahan aktif yang kompleks (multiple active ingridient) dan kadang kala tidak semua bahan aktif dapat dideteksi.

Intensitas cahaya matahari secara tidak langsung dapat mempengaruhi daya tolak serangga uji. Serangga yang berukuran lebih besar sering lebih tahan terhadap senyawa bioaktif daripada serangga yang berukuran kecil. Pada serangga kecil, senyawa bioaktif dapat lebih cepat mencapai dan memenuhi bagian sasaran dalam konsentrasi yang cukup dapat menimbulkan kematian dibandingkan pada serangga yang lebih besar. Faktor lain yang dapat mempengaruhi keefektifan insektisida nabati adalah cahaya matahari yang dapat menyebabkan senyawa aktif terurai (Dadang dan Parijono, 2008 dalam Gunarso, 2014).

Dokumen terkait