• Tidak ada hasil yang ditemukan

Central Sterilization Supply Department (CSSD) atau Instalasi Pusat Pelayanan Sterilisasi merupakan satu unit/departemen dari rumah sakit yang menyelenggarakan proses pencucian, pengemasan dan sterilisasi terhadap semua

alat atau bahan yang dibutuhkan rumah sakit dalam merawat/ melakukan tindakan kepada pasien dalam kondisi steril. Instalasi CSSD dipimpin oleh seorang apoteker yang bertanggung jawab langsung kepada direktur RSUD dr. Pirngadi Kota Medan.

Tujuan dibentuknya CSSD di rumah sakit adalah:

a. mengurangi infeksi nosokomial dengan menyediakan peralatan yang telah mengalami penyortiran, pencucian dan sterilisasi yang sempurna,

b. memutuskan mata rantai penyebaran kuman di lingkungan rumah sakit, dan c. menyediakan dan menjamin kualitas sterilisasi produk yang dihasilkan.

Fungsi CSSD di rumah sakit adalah:

a. menyediakan peralatan dan bahan steril untuk tindakan medis

b. tempat dilakukan proses desinfeksi, sterilisasi alat dan bahan habis pakai steril,

c. mendistribusikan alat dan bahan habis pakai steril, dan

d. mendokumentasikan semua kegiatan harian (jumlah instrumen atau jumlah bahan habis pakai yang disterilkan).

BAB IV PEMBAHASAN

Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Kota Medan adalah Rumah Sakit milik pemerintah berbentuk Badan Layanan Umum Daerah berdasarkan salinan Keputusan Walikota Medan No. 900/1847.K, tanggal 13 Oktober 2011. Rumah Sakit ini merupakan Rumah Sakit kelas B pendidikan yang mempunyai fasilitas dan kemampuan medis spesialis dasar, spesialis luas, dan beberapa subspesialis. Kepegawaiannya meliputi tenaga medis, tenaga penunjang medis, dan tenaga nonmedis.

RSUD dr. Pirngadi Kota Medan dipimpin oleh seorang direktur yang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh 3 wakil direktur yaitu wakil direktur bidang administrasi umum, wakil direktur bidang pelayanan medis dan keperawatan dan wakil direktur bidang sumber daya manusia dan pendidikan.

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) RSUD dr. Pirngadi Kota Medan adalah instalasi yang telah menerapkan sistem swakelola sesuai SK Walikota No. 440/080k/2004. IFRS memiliki tiga sub instalasi yaitu: kesekretariatan, distribusi, dan perlengkapan. Setiap bagian mempunyai tugas dan fungsi masing-masing yang saling berkaitan satu sama lain.

Dalam pengadaan perbekalan farmasi, Instalasi Farmasi Rumah Sakit menggunakan sistem E-Catalogue yaitu sistem informasi elektronik yang memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis dan harga barang tertentu dari berbagai Penyedia Barang/Jasa Pemerintah. Pengelolaan perbekalan farmasi yang tidak dapat ditentukan jumlah satuannya seperti penggunaan plester, antiseptik, kapas, dan alat/bahan habis pakai dibuat dalam sistem unit cost. Sistem ini diberlakukan pada

pasien rawat inap, rawat jalan, tindakan medis, operasi, dan lain-lain. Besarnya biaya unit cost yang ditentukan untuk tiap-tiap tindakan berbeda, sesuai dengan jumlah biaya yang dikeluarkan dan ditetapkan oleh SK dari Direktur. Obat-obat yang dibutuhkan RS tetapi tidak ada dalam daftar E-Catalogue maka pengadaan obat dilakukan secara langsung.

Hasil penghitungan unit cost setiap bulan akan dimasukkan ke dalam neraca rugi/laba bulanan. Selanjutnya dari neraca rugi/laba bulanan akan dibuat neraca tahunan sehingga dapat diketahui besarnya keuntungan atau kerugian yang diperoleh. Apabila dari hasil penghitungan rugi/laba tersebut diketahui instalasi farmasi telah mendapat keuntungan, maka sistem operasional yang sedang dijalankan dalam periode ini akan dipertahankan untuk periode selanjutnya. Tetapi jika mengalami kerugian maka akan dilakukan evaluasi dan revisi pada bagian yang mengalami kerugian. Revisi biaya unit cost perbekalan farmasi dilakukan untuk mengantisipasi kerugian, misalnya karena kenaikan harga perbekalan farmasi atau adanya pemakaian perbekalan farmasi yang berlebihan.

Perbekalan farmasi di RSUD dr. Pringadi Kota Medan sudah didistribusikan dengan baik. Untuk pasien rawat jalan PBI, Non PBI dilakukan dengan kartu kendali yang disimpan di apotek. Kartu ini akan memudahkan petugas untuk memonitor penggunaan obat terutama untuk pasien yang membutuhkan pengobatan dalam jangka waktu yang lama. Misalnya pasien diabetes mellitus dan penyakit degeneratif. Untuk pasien rawat jalan umum, obat diberikan menggunaan individual prescription dimana obat sesuai dengan jumlah yang tertera dalam resep yang diberikan dokter.

Pada pasien rawat inap JKN, Medan Sehat, dan Pemprovsu, pendistribusian perbekalan kesehatan dilakukan dengan sistem One Day Dose Dispensing (ODDD). Pendistribusian perbekalan kesehatan terutama obat dikendalikan dengan menggunakan CPO (Catatan Pemberian Obat) dan kartu kendali obat. Hal ini memungkinkan pemberian obat dengan dosis dan jumlah yang tepat sehingga lebih efektif bagi pasien.

Pembagian pelayanan pasien atas beberapa unit pelayanan farmasi dimaksudkan untuk memudahkan pelayanan kepada pasien, sistem ini dikenal dengan istilah sistem desentralisasi.

Kegiatan administrasi di Instalasi Farmasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan telah dilaksanakan dengan baik, yaitu pengelolaan pembukuan dan pelaksanaan fungsi kontrol obat-obatan melalui sistem cross-check (pemeriksaan silang) dan pemeriksaan langsung pada setiap sub instalasi farmasi.

Pengelolaan administrasi di Instalasi Farmasi sudah melibatkan sistem komputerisasi (SIRS) yang terhubung ke setiap bagian sehingga lebih memudahkan petugas dalam hal proses penagihan dan pembayaran langsung pasien, pengecekan perbekalan farmasi, dan lain-lain.

Instalasi Farmasi Rumah Sakit seharusnya merupakan satu-satunya unit di rumah sakit yang menyediakan dan mendistribusikan perbekalan farmasi serta menyajikan informasi obat pada pasien rawat jalan dan rawat inap yang dikenal dengan sistem satu pintu. Tetapi kenyataannya, RSUD dr. Pirngadi Kota Medan belum sepenuhnya melaksanakan sistem pelayanan farmasi satu pintu, hal ini dikarenakan adanya apotek lain di luar Instalasi Farmasi Rumah Sakit, yaitu

apotek Kimia Farma yang juga melayani perbekalan farmasi di RSUD dr. Pirngadi Kota Medan.

Pelaksanaan farmasi klinis di RSUDdr. Pirngadi Kota Medan yang telah dilaksanakan meliputi pemberian informasi dan konseling obat, pengkajian kerasionalan pemberian obat, penanganan obat sitotoksik, pengkajian penggunaan obat, analisa efektivitas biaya, serta Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) yang merupakan bagian dari Pelayanan Informasi Obat (PIO) juga dilaksanakan. Namun pelaksanaan farmasi klinis lainnya seperti pencampuran obat suntik secara aseptis, penentuan kadar obat dalam darah, penyiapan total parenteral nutrisi (TPN), masih belum dilaksanakan karena keterbatasan sumber daya manusia dan peralatan.

Instalasi CSSD telah melakukan upaya sterilisasi alat-alat untuk operasi yang disesuaikan dengan tindakan operasi yang dilakukan.

BAB V

Dokumen terkait