• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN SISTEM

3.3 Ubuntu Server 10

3.3.1 Instalasi Ubuntu Server 10

Persiapan awal yang penulis lakukan adalah melakukan instalasi Ubuntu Server 10.10 pada komputer yang akan digunakan sebagai server. Ubuntu Server 10.10 sendiri memiliki spesifikasi perangkat keras minimal agar bisa berjalan dengan baik. Syarat

minimal perangkat keras yang bisa digunakan untuk Ubuntu Server 10.10 adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Syarat Minimal Hardware Ubuntu Server 10.10

Processor Memori

Hard Drive

Sistem Dasar Semua Tugas

x86 / AMD64 128MB 500MB 1GB

Pada kesempatan ini penulis menggunakan komputer yang memiliki spesifikasi sebagai berikut:

1. Processor : Core i5 2. RAM : 4 GB 3. Hard Drive : 50GB

Berikut ini akan dijelaskan langkah demi langkah dalam melakukan instalasi Ubuntu Server 10.10:

1. Nyalakan komputer yang akan diinstalkan Ubuntu Server 10.10 dan pastikan CD instalasi Ubuntu Server 10.10 sudah ada dalam CD-ROM dari komputer tersebut.

2. Masuk ke pengaturan BIOS dari komputer untuk mengatur firt boot agar langsung membaca CD-ROM dengan menekan tombol F2 atau Del atau F12

Masuk ke tab Boot dan geser CD-ROM ke urutan paling atas. Lalu tekan F10 untuk keluar dan menyimpan pengaturan.

Gambar 3.1 Pengaturan Booting Awal Melalui CD-ROM

3. Komputer akan restart dan kembali melakukan booting. Untuk kali ini pengguna tidak menekan apapun, biarkan saja sampai muncul jendela yang mengharuskan pengguna untuk memilih salah satu bahasa yang akan digunakan untuk interface Ubuntu Server 10.10 dan bukan bahasa dalam instalasi. Pada kesempatan ini penulis menggunakan English.

Gambar 3.2 Memilih Bahasa Interface

4. Setelah memilih bahasa, pengguna akan diteruskan ke tampilan jendela utama. Pengguna diharuskan memilih salah satu dari enam pilihan yang ada. Karena disini penulis akan melakukan instalasi, maka penulis memilih pilihan yang pertama, yaitu Install Ubuntu Server.

5. Jendela selanjutnya pengguna akan dihadapkan lagi pada pemilihan bahasa. Namun untuk bahasa yang akan dipilih pada tahap ini adalah bahasa yang digunakan untuk proses instalasi. Disini penulis masih tetap menggunakan English.

Gambar 3.4 Pemilihan Bahasa Instalasi

6. Langkah berikutnya adalah menetukan negara. Pada tampilan awal dari jendela pemilihan negara, tidak terdapat pilihan Indonesia, jadi penulis memilih Other kemudian memilih Asia lalu memilih Indonesia.

Gambar 3.5 Memilih Negara Indonesia

7. Selanjutnya pengguna akan ditanyakan apakah ingin melakukan tes pada papan ketik (keyboard) yang digunakan, penulis menjawab No, karena penulis merasa tidak perlu melakukannya.

8. Masih berhubungan dengan papan ketik yang digunakan, tahap selanjutnya pengguna harus menentukan jenis papan ketik yang digunakan. Rata-rata papan ketik yang beredar di Indonesia adalah papan ketik dengan standar USA. Untuk itu penulis memilih USA sebagai Origin of the Keyboard dan Keyboard Layout.

Gambar 3.6 Memilih Jenis Papan Ketik yang Digunakan

9. Langkah selanjutnya adalah menentukan primary network interface. Karena pada tugas akhir ini penulis menggunakan dua buah ethernet card yang penulis pasangkan di komputer, maka Ubuntu Server akan menanyakan manakah ethernet card yang menjadi primary. Penulis memilih eth0 yang menjadi primary ethernet card.

10. Setelah menentukan primary network interface, Ubuntu Server akan langsung mencari DHCP (Dynamic Host Configuration Protocol) yang terkoneksi ke network interface Ubuntu Server. Karena Ubuntu Server belum terkoneksi dengan jaringan apapun, penulis menekan Cancel.

Gambar 3.8 Pencarian DHCP Server

11. Selanjutnya pengguna dihadapkan pada tahap penentuan konfigurasi jaringan. Penulis akan melakukan konfigurasi jaringan pada saat setelah Ubuntu Server 10.10 ini selesai diinstal, jadi untuk tahap ini penulis memilih Do not configure the network at this time.

Gambar 3.9 Menentukan Metode Konfigurasi Jaringan

12. Proses selanjutnya adalah memasukkan nama host dari server yang akan dibangun ini. Disini penulis memberikan nama server01. Pemberian nama host ini tidak membenarkan adanya spasi.

13. Selanjutnya pengguna diharuskan memilih zona waktu (time zone) sesuai dengan kota pengguna. Karena pada langkah sebelumnya penulis sudah memilih Indonesia sebagai negara penulis, maka disini terdapat empat pilihan yaitu: Jakarta, Pontianak, Makasar, Jayapura, dan terdapat satu pilihan Select from worldwide list jika zona waktu yang diinginkan tidak ada yang sesuai. Pada tugas akhir ini penulis memilih Jakarta, karena sesuai dengan zona waktu penulis berada.

Gambar 3.11 Memilih Zona Waktu

14. Langkah selanjutnya adalah menetukan metode dalam memberikan partisi hard disk. Pada tugas akhir ini penulis menggunakan metode Manual, karena penulis ingin menentukan partisi sendiri.

Gambar 3.12 Menentukan Metode Melakukan Partisi Harddisk

15. Proses berikutnya adalah melakukan partisi hard disk, karena sebelumya penulis memilih melakukan partisi secara manual. Pilih hard disk yang akan dipartisi atau dibagi. Pada tugas akhir ini hard disk yang penulis gunakan dikenal dengan nama SCSI3 (0,0,0) (sda).

16. Setelah dipilih maka akan muncul dialog yang menanyakan apakah pengguna akan membuat partition table yang baru atau akan menggunakan yang lama. Pada tugas akhir ini penulis memilih Yes karena penulis akan membuat partition table yang baru dan menghapus yang lama.

17. Selanjutnya masih dalam tahap melakukan partisi hard disk. Pada langkah ini pengguna diharuskan membuat sebuah partisi baru dengan memilih hard disk kosong yang telah dibuat partition table-nya dan berstatus FREE SPACE dan belum memiliki format. Pada tugas akhir ini pertama kali penulis akan membuat partisi swap, dimana partisi ini digunakan untuk membantu kerja

RAM pada komputer apabila sewaktu-waktu RAM tidak sanggup menangani kerja yang berlangsung.

Gambar 3.13 Memilih Partition yang Masih Kosong

18. Tampilan berikutnya yang muncul adalah pertanyaan apa yang akan dilakukan oleh pengguna untuk free space ini. Karena tujuannya adalah untuk membuat partisi yang baru, penulis memilih Creat a new partition.

19. Setelah itu pengguna diwajibkan untuk memasukkan kapasitas dari partisi yang akan dibuat, yaitu partisi swap. Dalam membuat partisi swap terdapat formulasi yang bisa dijadikan acuan, yaitu apabila RAM berkapasitas lebih kecil 1GB maka jumlah swap yang disarankan adalah 2 x jumlah RAM, sedangkan jika RAM lebih besar atau sama dengan 1GB maka jumlah partisi swap yang disarankan adalah 1 x jumlah RAM. Namun aturan ini hanya berlaku untuk RAM yang tergolong berukuran kecil, apabila RAM yang

terlalu besar. Pada kesempatan ini penulis menggunakan RAM sebesar 4GB, jadi kapasitas swap yang penulis berikan adalah sebesar 1.5 GB.

Gambar 3.14 Menentukan Besar Partisi Swap

20. Pengguna akan ditanya lagi terkait tipe dan lokasi dari partisi. Untuk tipe penulis menggunakan Primary dan untuk lokasi, penulis meletakkannya pada posisi Beginning.

21. Langkah berikutnya adalah melakukan pengaturan dari partisi swap. Pada Use as, penulis memilih swap area karena memang partisi ditujukan untuk swap. Pilih Done setting up the partition yang menandakan pengaturan swap cuma sampai disitu saja.

Gambar 3.15 Pengaturan Untuk Partisi Swap

22. Berikutnya adalah membuat partisi untuk sistem. Langkah-langkah yang dilalui hampir sama dengan membuat partisi swap yang diawali dari nomor 17, yaitu dengan memilih partisi yang berstatus FREE SPACE dan belum memiliki format file system, setelah itu pilih Create a new partition.

23. Kemudian memberikan kapasitas yang akan digunakan oleh partisi tersebut, karena penulis ingin menggunakan semua partisi sisa dari swap tadi (41,9 GB), maka penulis langsung saja menekan tombol Enter. Sedangkan untuk tipe dan lokasi masih sama dengan swap, yaitu bertipe Primary dan lokasi Beginning.

24. Untuk pengaturan partisi (Partition settings) hal yang dilakukan yaitu: pada Use as penulis menggunakan JFS journaling file system, karena file system ini sangat baik digunakan untuk server. Pada Label penulis memasukkan SYSTEM. Label digunakan untuk penamaan, jadi bisa apa saja yang diinginkan

pengguna. Kemudian pilih Done setting up the partition yang artinya pengaturan partisi sistem sudah selesai.

Gambar 3.16 Pengaturan Untuk Partisi Sistem

25. Pembagian partisi hampir selesai dilakukan. Selanjutnya penulis memilih Finish partitioning and write changes to disk untuk menyelesaikan pembagian partisi hard disk. Ubuntu Server akan memperlihatkan summary dari pembagian partisi yang sudah dilakukan, dalam tampilan ini pengguna juga akan ditanya apakah ingin menerapkannya kedalam hard disk, agar hard disk segera dapat digunakan penulis menjawab Yes dan instalasi sistem dasar pun dilakukan.

Gambar 3.17 Summary Dari Pembagian Partisi yang Sudah Dilakukan

26. Selanjutnya pengguna akan dihadapkah pada proses pemberian user dan password. Untuk yang pertama dilakukan adalah pemberian nama lengkap dari pengguna yang akan menggunakan sistem. Pada tugas akhir ini penulis memasukkan nama penulis yaitu Adam Kurniawan Mrg. Selanjutnya memasukkan user yang akan digunakan sebagai user login. Untuk ini penulis memasukkan adamkurniawan. Proses berikutnya memasukkan password yang akan digunakan untuk masuk ke sistem sebanyak dua kali. Kemudian Ubuntu Server menanyakan apakah pengguna ingin melakukan enskripsi terhadap home direcorty pengguna. Pada praktek ini penulis menjawab No.

Gambar 3.18 Memasukkan Username Untuk Login

27. Proses berikutnya Ubuntu Server akan menanyakan apakah pengguna ingin melakukan pembaharuan otomatis menggunakan internet atau tidak. Pada tugas akhir ini penulis memilih No automatic update karena penulis merasa tidak perlu melakukannya.

28. Tahap berikutnya adalah memilih peragkat lunak apa saja yang ingin dipasangkan di Ubuntu Server. Secara default Ubuntu Server 10.10 menyediakan perangkat lunak yang biasanya berjalan di server. Perangkat lunak yang disediakan oleh Ubuntu Server adalah sebagai berikut: DNS server, LAMP server, Mail server, OpenSSH server, PostgreSQL database, Print server, Samba file server, Tomcat Java server, dan Virtual Machine host. Untuk tugas akhir ini agar tidak terjadi loss dependecy, maka penulis memilih semuanya, karena apabila sewaktu-waktu ada dari perangkat lunak diatas yang dibutuhkan untuk keperluan yang tidak diduga, administrator tidak repot melakukan instalasi kembali.

Gambar 3.19 Pemilihan Perangkat Lunak yang Akan Dipasang

29. Setelah menekan tombol Enter, maka instalasi pun dimulai. Ditengah-tengah proses instalasi pengguna akan diminta memasukkan password untuk MySQL sebanyak dua kali. Masukkan password yang dinginkan dan dianggap aman. Masih pada proses instalasi perangkat lunak, kembali pengguna akan ditanya apakah ingin melakukan konfgurasi Postfix atau tidak. Postfix sendiri adalah perangkat lunak yang digunakan untuk Mail server. Pada kesempatan ini penulis memilih No configuration. Proses instalasi dilanjutkan.

Gambar 3.20 Pemilihan Konfigurasi Posfix

30. Setelah proses instalasi perangkat lunak selesai, pengguna akan kembali dihadapkan pada pilihan apakah pengguna ingin melakukan instalasi GRUB boot loader. Jika pengguna memilih Yes, maka pada saat booting awal jika ada lebih dari satu sistem operasi terinstal di dalam komputer, maka sistem operasi yang menjadi default-nya adalah Ubuntu Server 10.10. Jika memilih No, maka apabila pengguna ingin masuk ke Ubuntu Server harus memilih secara manual terlebih dahulu. Pada tugas akhir ini penulis memilih Yes.

Gambar 3.21 Pemilihan Instalasi Grub Loader

31. Setelah Grub Loader selesai diinstal, maka itu menandakan bahwa instalasi Ubuntu Server sudah selesai dilakukan. Selain itu ditandakan juga dengan munculnya tampilan baru Finish the installation. Pilih Continue, maka komputer akan melakukan restart, dan jangan lupa mengubah kembali fisrboot-nya ke hard drive.

32. Setelah first boot diubah ke hard drive dan maka setelah selesai booting akan langsung muncul tampilan awal dari Ubuntu Server 10.10 yang langsung meminta pengguna untuk login dengan tampilan CLI (Command Line Interface).

Gambar 3.23 Tampilan Awal Ubuntu Server Setelah Instalasi

Dokumen terkait