• Tidak ada hasil yang ditemukan

Instansi Terkait di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam

Sesuai dengan pasal 3 dalam Surat Keputusan Menteri Pertanian No.

1082/Kpts/ OT.210/10/99 tanggal 13 Oktober 1999 tentang Tata Hubungan Kerja

Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Perikanan dengan Instansi Terkait dalam

Pengelolaan Pelabuhan Perikanan, saat ini di PPS Nizam Zachman terdapat 10

(sepuluh) macam kelembagaan yang terlibat di dalam pelaksanaan fungsi-fungsi

pengaturan di pelabuhan di luar industri swasta sebagai berikut :

(1) UPT Pelabuhan Perikanan Samudera; mempunyai wewenang dan

tanggung jawab dalam hal mengatur dan mengkoordinasikan semua kegiatan

dan fasilitas-fasilitas yang bersifat non komersial yang berada di pelabuhan

perikanan.

(2) Perum Prasarana Perikanan Samudera; mempunyai wewenang dan

tanggung jawab dalam hal melaksanakan pengusahaan dan pelayanan jasa

dan barang yang menunjang kegiatan pelabuhan perikanan yang

menyangkut pengusahaan sarana bersifat produktif dan ekonomis (fasilitas-

fasilitas komersial).

(3) Departemen Perhubungan; mempunyai tugas terutama menyangkut

tanggung jawab pelaksanaan surveillance guna menjamin keamanan kapal

serta keselamatan ABK maupun penumpang di kapal. Petugas Departemen

Perhubungan termasuk Syahbandar yang ditugaskan di PPS Nizam Zachman

bertugas menerbitkan surat ijin berlayar bagi kapal-kapal ikan yang hanya

berlaku untuk 1 (satu) hari saja, tanpa ijin tersebut kapten kapal dapat

pungutan terhadap setiap kapal yang keluar masuk yang berkaitan dengan

sarana navigasi.

(4) Departemen Kesehatan; klinik kesehatan yang ada memiliki Seksi

Perawatan dan Seksi Sanitasi dengan dipimpin oleh Kepala Klinik. Seksi

Perawatan bertanggung jawab dalam hal melakukan pencegahan penyebaran

penyakit menular dari kapal-kapal yang datang dari pelabuhan di luar negeri

(seperti SARS), serta memberikan pertolongan pertama kepada ABK dan

para penumpang kapal. Pelayanan kesehatan ini diberikan selama 24 jam

dan rata-rata 3-4 pasien menerima perawatan setiap hari. Seksi ini juga

melakukan pemeriksaan kesehatan para ABK termasuk memberikan

vaksinasi dan pengobatan.

Seksi Sanitasi bertugas melakukan inspeksi terhadap kondisi kebersihan

kapal-kapal ikan berdasarkan standar internasional sekaligus memberikan

sertifikat yang berlaku untuk 6 (enam) bulan. Rata-rata terdapat 8 (delapan)

kapal yang harus di inspeksi setiap harinya. Disamping itu dilakukan pula

inspeksi terhadap kondisi keberhasilan pelabuhan perikanan (misalnya

penyediaan air bersih dan penjualan makanan). Permasalahan yang dihadapi

Klinik Kesehatan adalah menyangkut kurangnya tenaga petugas, tidak

adanya tenaga dokter dan kurangnya peralatan rumah sakit.

(5) Departemen Kehakiman dan Hak Azasi Manusia; unit kerja departemen

ini melakukan pengawasan terhadap masuknya warganegara maupun ABK

negara asing, dan bertanggung jawab melakukan pemeriksaan maupun

(6) Departemen Keuangan; keberadaan unit kerja departemen ini bertujuan

untuk mencegah penyelundupan barang-barang illegal, melakukan

penyidikan terhadap pelanggaran kepabeanan dan Undang Undang

Pelayaran serta mengawasi kegiatan ekspor dan impor bahan-bahan yang

dibatasi dan berada di bawah pengawasan kepabeanan.

(7) Kepolisian; unit kerja ini bertugas selama 24 jam dalam 2 shift, wilayah

tanggung jawabnya meliputi seluruh kompleks pelabuhan ditambah zona

perairan 2 mil dari dermaga. Selama ini terdapat beberapa kasus

penyelundupan obat-obat terlarang, pencurian jaring ikan dan peralatan

navigasi. Pihak Kepolisian memiliki kewenangan untuk melakukan

penyidikan guna mencegah terjadinya tindak kejahatan di lingkungan

pelabuhan perikanan. Unit kerja ini bertanggung jawab pula melakukan

inspeksi di laut serta melaksanakan Undang Undang yang menyangkut ZEE

dan kelautan guna mencegah penyelundupan barang-barang maupun

pelanggaran batas wilayah perairan secara illegal oleh kapal-kapal asing.

Frekuensi kedatangan kapal-kapal asing selama ini tidak banyak, hanya

berkisar 1 kapal setiap 3 bulan.

(8) Direktorat Jenderal Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan

Perikanan, DKP; unit kerja ini memiliki tugas pokok yaitu 1)

mengoperasikan kapal patroli guna melakukan kegiatan Monitoring Control and Surveillance (MCS); 2) melaksanakan sistem informasi dan sosialisasi yang menyangkut MCS; dan 3) melakukan inspeksi terhadap log book hasil

Kapal patroli diawaki oleh 13 ABK termasuk seorang perwira AL, 1 (satu)

trip perjalanan pengawasan memakan waktu 3 (tiga) minggu dengan

diselingi istirahat di daratan 1 (satu) minggu. Kapal-kapal illegal yang

tertangkap dikenakan hukuman berdasarkan UU No. 31 Tahun 2004 tentang

Perikanan. Inspeksi kapal patroli dilakukan terhadap ijin penangkapan

apakah masih berlaku, kegiatan penangkapan apakah dilakukan di perairan

dan dengan alat tangkap seperti yang ditentukan dalam surat ijin. Selama

bulan Januari s.d Desember 2004, kapal patroli telah menangkap 32 (tiga

puluh dua) kapal dari berbagai jenis alat penangkap ikan yang masuk ke PPS

Nizam Zachman dengan berbagai jenis tindak pelanggaran administratif.

Komunikasi radio antara kapal patroli dengan stasiun radio yang berada di

pelabuhan maupun antar sesama pelabuhan perikanan telah berjalan dengan

baik. Komunikasi pemantauan dilakukan terus menerus selama 24 jam.

Laporan bulanan yang dikirimkan kepada segenap pihak yang

berkepentingan melalui UPT PPS Nizam Zachman, disusun oleh unit kerja

Ditjen PSDKP ini berdasarkan semua data log book dari kapten kapal.

(9) Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Provinsi DKI Jakarta; unit

kerja ini berada di gedung TPI yang dimiliki Perum Prasarana Perikanan

Samudera. Penyelenggaraan kegiatan pelelangan ikan dilakukan oleh

Koperasi Perikanan Jakarta dan diawasi oleh Dinas Peternakan, Perikanan

dan Kelautan Provinsi DKI Jakarta. Sekitar 25 ton ikan dilelang setiap

harinya dan kebanyakan hasil tangkapan berasal dari kapal-kapal ikan kecil

berukuran 5-30 GT. Kegiatan pelelangan dilakukan antara Pk. 06.00 - 11.00

tersebut. Anggota Koperasi Perikanan diatas berjumlah 200 orang. Retribusi

pelelangan dikenakan sebesar 5 % untuk setiap penjualan ikan, dan hasilnya

dibagi antara Dinas Perikanan Provinsi DKI Jakarta dan Koperasi. Retribusi

pelelangan 5 % ini dibebankan kepada nelayan sebesar 3 % dan pedagang

ikan 2 %.

(10) Pusat Karantina Ikan, DKP; unit kerja ini bertugas untuk menerbitkan

sertifikat kesehatan bagi ekspor ikan untuk konsumsi manusia.

4.7 Kerjasama dengan Swasta di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam