• Tidak ada hasil yang ditemukan

RINGKASAN

MASAYU AZKA LATHIFAH Optimalisasi Produksi Cocoa Butter dan Cocoa Powder Pada PT Cacao Wangi Murni, Tangerang. Dibawah bimbingan DEDI BUDIMAN HAKIM.

Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan produk-produk pertanian. Sektor pertanian memiliki perana n yang cukup strategis dalam Produk Domestik Bruto Nasional. Salah satu sub-sektor di sistem pertanian adalah sub- sektor perkebunan. Peranan sub-sektor ini dalam menunjang perekonomian nasional menjadi makin penting. Hal ini disebabkan semakin terbatasnya peranan minyak bumi yang selama ini merupakan sumber devisa utama bagi Indonesia.

Salah satu komoditas non-migas perkebunan yang sangat penting dalam menyumbang perolehan devisa negara adalah kakao. Komoditi kakao merupakan produk andalan sub-sektor perkebunan, kontribusinya terhadap total ekspor pertanian mencapai 16,2 persen (410,5 juta dolar AS). Indonesia merupakan negara produsen kakao terbesar ketiga setelah Ivory Coast dan Ghana. Produksi kakao Indonesia setiap tahunnya mencapai lebih dari setengah juta ton, namun sekitar 80 persen dari produksi tersebut diarahkan untuk memenuhi kebutuhan ekspor.

PT. Cacao Wangi Murni merupakan salah satu industri yang mengolah biji coklat untuk dijadikan bubuk coklat dan lemak coklat. Biji coklat yang merupakan bahan baku utama dalam proses produksi perusahaan memiliki kendala dalam hal pengadaannya. Hal tersebut disebabkan para produsen coklat lebih tertarik untuk mengekspor biji coklat karena harganya yang jauh lebih tinggi dari pada menjualnya pada para pengusaha pengolahan coklat dalam negeri. Selain itu, kendala yang dihadapi oleh industri coklat adalah pengenaan PPN sebesar 10 persen untuk pembeliaan bahan baku biji coklat. Dampak dari pengenaan PPN yang dianggap terlalu tinggi sangat memberatkan para pelaku bisnis yang bergerak dalam industri coklat. Hal tersebut dapat mengakibatkan industri pengolahan coklat di dalam negeri mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan baku biji coklat karena harus bersaing dengan para eksportir. Untuk mencapai kontinuitas suatu usaha, maka setiap industri coklat harus memperhatikan kontinuitas pengadaan bahan baku biji coklat yang akan digunakan dalam setiap proses produksi. Oleh sebab itu, perusahaan perlu memperhitungkan kebutuhan bahan baku yang akan digunakan dalam proses produksi sehingga pada akhirnya bahan baku yang dibeli akan digunakan sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan perusahaan tidak mengalami kelebihan ataupun kekurangan bahan baku. Selain itu, perusahaan perlu memperhatikan dan merencanakan produksi yang tepat agar sumberdaya yang tersedia dapat digunakan secara optimal, sehingga diperoleh tingkat kombinasi produksi yang optimal dan tercapai keuntungan yang maksimal dengan memperhatikan kendala yang ada. Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah menentukan tingkat kombinasi produksi yang optimal, menganalisis penggunaan sumberdaya untuk mencapai tingkat produksi yang optimal, mengetahui sejauh mana solusi optimal dapat diterapkan apabila terjadi perubahan-perubahan.

Analisis optimalisasi produksi dilakukan dengan menggunakan linear programming. Data yang diperoleh berupa data kualitatif dan kuantitatif. Untuk

selanjutnya diolah dengan menggunakan alat bantu program komputer Lindo. Berdasarkan hal tersebut dilakukan beberapa analisis yaitu analisis primal, analisis dual dan analisis sensitivitas. Variabel keputusan yang ingin diketahui adalah jumlah produksi setiap jenis cocoa butter dan cocoa powder yang seharusnya dihasilkan oleh PT CWM sehingga dapat memberikan tingkat keuntungan yang maksimal dengan penggunaan sumberdaya pada tingkat tertentu. Jumlah produksi aktual cocoa butter dan cocoa powder tahun 2004 adalah sebesar 4954 Ton dan 7139 Ton. Sedangkan tingkat produksi yang optimal berdasarkan hasil olahan program linear adalah sebesar 5100 Ton untuk cocoa butter dan 6683 Ton untuk

cocoa powder. Tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan akan lebih besar pada kondisi optimal yaitu sebesar Rp 79.747.884.961,- dibandingkan pada kondisi aktual yang hanya sebesar Rp 77.969.106.950,-. Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan keuntungan sebesar Rp 1.778.778.011,-

Hasil analisis dual price memperlihatkan bahwa pada kondisi optimal sumberdaya yang menjadi sumberdaya berlebih atau kendala tidak aktif adalah sumberdaya bahan baku biji kakao, mesin Cleaner, Winower, Roaster, Ma, FBH, Press, Penyaring dan mesin Pulverizer. Sumberdaya yang menjadi pembatas atau kendala aktif adalah jam tenaga kerja langsung dengan nilai dualnya sebesar 112174.961, yang artinya bahwa setiap penambahan satu jam tenaga kerja langsung maka akan meningkatkan nilai fungsi tujuan sebesar Rp.112.174.961,-.

Berdasarkan analisis sensitivitas dapat diketahui bahwa tingkat produksi

cacao butter dan cacao powder akan tetap berada pada kondisi yang optimal selama keuntungan yang diperoleh berada pada interval 1121750 sampai tak hingga untuk cacao butter dan interval 0 sampai 10142595 untuk cacao powder. Selain itu dapat dilakukan analisis terhadap selang kepekaan sumberdaya (nilai sebelah kanan kendala). Sumberdaya yang ketersediaanya berlebih atau kendala tidak aktif adalah sumberdaya bahan baku biji kakao dan jam kerja seluruh mesin. Hal tersebut dikarenakan sumberdaya bahan baku biji kakao dan jam kerja seluruh mesin memiliki nilai dual yang sama dengan nol. Oleh sebab itu perusahaan tidak perlu lagi untuk menambah atau meningkatkan ketersediaan sumberdaya yang berlebih tersebut, karena berapun peningkatan ketersediaan bahan baku biji kakao dan jam kerja seluruh mesin yang dilakukan perusahaan tetap tidak akan mengubah nilai dual pricesnya.

Untuk kendala yang memiliki nilai pada allowable decrease dan allowable increase, maka nilai sebelah kanan kendala tersebut sebaiknya berada pada selang tersebut. Batas kenaikan maksimum adalah nilai allowable increasenya dan batas penurunan maksimumnya adalah sebesar nilai allowable decrease. Kendala yang memiliki nilai baik di allowable decrease dan allowable increase adalah kendala jam tenaga kerja langsung. Oleh sebab itu jam tenaga kerja langsung batas atas kenaikan yang diijinkan adalah seperti yang ditunjukkan pada kolom allowable increase yaitu sebesar 4625.65 jam, sedangkan batas penurunan yang diperbolehkan adalah sebesar 46376 jam. Sehingga tidak akan menyebabkan perubahan pada nilai dual pricesnya. Hal ini mengimplikasikan bahwa selama interval jam tenaga kerja langsung berada pada selang tersebut maka setiap penambahan satu jam tenaga kerja langsung akan meningkatkan keuntungan perusahaan sebesar nilai dual pricenya yaitu sebesar Rp 112.174,96

OPTIMALISASI PRODUKSI COCOA BUTTER DAN COCOA

Dokumen terkait