• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

C. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

Seperti lazimnya dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen

utama. Di samping itu ada sejumlah instrumen lain sebagai pendukung, yaitu,

catatan lapangan, tugas, kuesioner, penulisan jurnal, dan wawancara. Instrumen

1. Peneliti sebagai instrumen kunci

Instrumen kunci dari penelitian ini adalah peneliti sendiri. Lincoln dan

Guba (1986) menyebutkan kelebihan peneliti sebagai instrumen utama

dalam penelitian kalitatif sebagai berikut.

“The instrument of choice in naturalistic inquiry is the human. We shall see that other forms of instrumentation may be used in later phases of the inquiry, but the human is the initial and continuing

mainstay”. (1986)

Menurut Nasution dalam Sugiono (2009: 97) seorang peneliti disebut

sebagai instrumen penelitian karena mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala strategi

pembelajaran dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau

tidak dalam penelitian.

2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek

keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.

3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa tes

atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi kecuali manusia.

4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia tidak dapat dipahami

dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering

merasakannya dan menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.

5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh.

menentukan arah pengamatan dan mengetes hipotesis yang timbul

seketika.

6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan

berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan

segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, atau

perbaikan.

7. Dalam penelitian dengan menggunakan angket atau tes yang bersifat

kuantitatif yang diutamakan adalah respon yang dapat dikuantifikasi agar

dapat diolah secara statistik, sedangkan yang menyimpang dari itu tidak

dihiraukan. Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang aneh dan

yang menyimpang justru diberi perhatian. Respon yang lain daripada yang

lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat

kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti.

2. Catatan Lapangan

Catatan lapangan atau disebut juga sebagai buku harian penelitian adalah

instrumen yang berisikan semua catatan tentang hal-hal yang terjadi di

lapangan pada proses penelitian. Selain catatan proses pengajaran,

interaksi dosen-mahasiswa, mahasiswa-mahasiswa, juga termasuk di

dalamnya analisis dari kejadian-kejadian selama proses penelitian seperti

diutarakan oleh Silverman, “obviously in making field notes, one is not simply recording data but also analyzing it” (2005). (Lihat Lampiran Sampel catatan lapangan).

Tugas yang diberikan kepada subjek penelitian adalah penulisan cerita

pendek. Masing-masing subjek penelitian melakukan sekurang-kurangnya

empat kali penulisan cerita pendek dengan judul yang berbeda-beda.

Walaupun subjek penelitian adalah mahasiswa jurusan sastra Inggris, tugas

yang diberikan menggunakan Bahasa Indonesia mengingat penulisan karya

fiksi dalam bahasa asing akan berdampak pada hasil yang kurang memuaskan

dilihat dari berbagai aspek, di antaranya kemampuan subjek penelitian

terhadap akurasi tata bahasa Inggris, rasa bahasa, dan juga aspek kultural yang

berbeda.

Dalam hasil penelitian tentang menulis kreatif menggunakan bahasa asing,

James (2005: 49) mengatakan sebagai berikut.

When we write in another language, no matter how fluent we are in that laguage, unless we are actually bilingual, we tend to write much more simply. We have fewer words at our disposal and are not so confident with the more complex structures in that language. So we have to make more use of a smaller amount.

Ketika subjek penelitian menulis dalam bahasa Inggris mereka akan

cenderung menggunakan bahasa yang sederhana. James mengatakan bahwa

seandainya pun bahasa itu ditulis dalam bahasa pertama kemudian diterjemahkan

ke dalam bahasa asing, tetap ada sesuatu yang hilang sebagus apapun

terjemahannya. Rasa bahasa, penggunaaan istilah dalam bahasa pertama, idiom-

James (2005: 47) yang berpengalaman mengajar mahasiswa jurusan

bahasa Jerman yang menulis kreatif dalam bahasa Inggris menjelaskan sebagai

berikut:

German students so quite good in English, however, they are not native speakers of English, and although what they write and say makes absolute sense, it does not sound quite like any of the version of English we are used to. (2005: 47)

Bahasa tulis tidak bisa dijelaskan dengan intonasi suara, gerak tangan dan

bibir, ataupun isyarat, maka dari itu penggunaaan bahasanya harus benar-benar

akurat dan satu bahasa tidak bisa diterjemahkan secara persis kepada bahasa lain.

Seperti yang diungkapkan James (2005: 52) bahwa:

One area of using another language which I have not yet explored fully, but which is interesting, is the actual existence of some concepts in one language which do not exist in another. It can lead to an economy of language and expressing something which we cannot in our native tongue.

Dalam penelitian ini, tugas yang diberikan memperlihatkan kemajuan yang

berbeda pada setiap subjek penelitian. Namun dari tugas itu tampak ada

kemajuan pada aspek (1) sisi imajinasi, (2) penambahan kosa kata, (3)

penambahan penggunaan majas dan gaya bahasa, dan (4) kebaruan gagasan.

4. Kuesioner

Kuesioner disebarkan kepada semua subjek penelitian untuk mendapatkan

data tentang pengajaran menulis di SMA, novel yang telah dibaca, pengalaman

belajar di dalam kelas, imajinasi setelah menonton film, dan pengalaman outdoor

laku dari para subjek penelitian. Salah satu ciri penelitian kualitatif adalah adanya

discovery (penemuan) bukan membuktikan hipotesis.

Kuesioner disebarkan guna mendapatkan insight. Sejumlah pertanyaan

disiapkan untuk menggali potensi yang ada pada setiap subjek penelitian. Angket

bisa bersifat tertutup atau terbuka. Angket tertutup berisi pertanyaan yang yang

jawabannya lebih spesifik. Angket tertutup ini lebih memudahkan proses analisis.

Sementara angket terbuka memberikan keleluasaan kepada subjek penelitian

untuk menjawab secara luar dan lebar. Kuesioner ini diberikan sebanyak empat

kali, yaitu pada akhir kegiatan di setiap pembelajaran dengan strategi

pembelajaran yang berbeda.

5. Jurnal

Selain mendapat tugas berupa penulisan cerita pendek, subjek penelitian juga

diharuskan menulis jurnal. Jurnal mereka pada umumnya terdiri atas 1- 2

halaman. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa

merasakan kemajuan dalam pembuatan karyanya. Berikut adalah contoh jurnal

yang ditulis seorang mahasiswa:

Berdasarkan beberapa metoda yang pernah saya lakukan untuk perkembangan imajinasi saya, saya lebih nyaman dan merasa imajinasinya lebih berkembang saat saya melakukan metoda yang membaca cerpen karya orang terlebih dahulu, karena dengan membaca terlebih dahulu saya merasa lebih terpancing imajinasi menulisnya serta cara penulisannya baik gaya bahasa, setting, atau imajinasinya. Dengan membaca, saya menemukan kosa kata baru yang lebih cocok saat digunakan dalam beberapa kegiatan yang bisa dilakukan seseorang atau benda yang bergerak atau bahkan gerakan hewan yang saya tidak tahu. Selain kosa kata, dengan membaca saya jadi lebih tahu karakter- karakter yang harus digunakan saat menulis sebuah karya tulis seperti contoh “Si Kabayan yang lucu”. Selain itu ada banyak hal yang saya temukan saat membaca terlebih dahulu. Selain metoda membaca, saya juga suka saat menggunakan metoda outdoor, karena dengan outdoor saya bisa survey langsung kejadian real yang biasa mahluk lakukan. Untuk segi imajinasi, ourdoor juga sangat cocok untuk saya karena

dengan outdoor banyak sekali hal baru yang jika diimajinasikan akan menjadi imajinasi yang liar.

6. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data untuk

melengkapi data observasi. Sejumlah subjek penelitian dipilih secara purposif

untuk mengetahui hal-hal penting langsung dari subjek penelitian yang akan

ditanyakan secara mendalam.

Fokus pertanyaan menyangkut jumlah buku yang pernah dibaca, kebiasaan

membaca dan menulis, lingkungan literasi di rumah, dan persepsi mereka tentang

multi-strategi pembelajaran menulis. Stainback (1988: 66) menyatakan bahwa,

“interviewing provides the reseacher a means to gain a deeper understanding of how the participant interpret a situation or phenomenon than can be gained

through observation alone”. Jadi betapa pentingnya wawancara untuk penelitian

kualitatif karena peneliti bisa lebih mengetahui hal-hal penting secara mendalam.

Ada tiga jenis wawancara (Esterberg: 2002: 41), yaitu wawancara

terstruktur, wawancara semistruktur, dan wawancara tidak terstruktur.

Wawancara terstruktur (structured interview) adalah wawancara yang di mana

setiap subjek penelitian mendapat pertanyaan yang sama.

Wawancara semistruktur (semistructured interview) adalah wawancara

yang dimasukan dalam kategori in-depth interview, yaitu seorang peneliti secara

bebas memberikan pertanyaan yang berbeda namun dirasa perlu pada setiap

Dalam wawancara ini seorang peneliti dan subjek penelitian berbicara

secara terbuka. Subjek penelitian memberikan masukan, pendapat atau

gagasannya dan seorang peneliti langsung mencatatnya secara teliti dan

komprehensif.

Wawancara tidak terstruktur (unstructured interview) yaitu wawancara

yang bebas. Pada wawancara ini seorang peneliti tidak mengunakan pedoman

wawancara seperti pada jenis wawancara yang telah disebutkan terdahulu namun

menggunakan garis besar permasalahan yang akan ditanyakan kepada subjek

penelitian.

Pada penelitian ini digunakan wawancara semistruktur supaya data yang

diperoleh lebih mendalam karena subjek penelitian akan memberikan jawaban

yang bervariasi. Subjek penelitian memberikan masukan, pendapat atau

gagasannya dan dicatat secara teliti dan komprehensif. Metodologi yang ditempuh

Tabel 3. 1 Metodologi Penelitian Problem Metode Hasil D. Data Analisis

Penelitian ini menggunakan 38 orang subjek penelitian pada mata kuliah

imaginative writing. Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan kualitatif Kurikulum Bahasa Inggris FSS UNPAS Mahasiswa tidak mampu menulis fiksi Metode pembelajaran tidak optimal Strategi pembelajaran baru Pengamatan perkuliahan selama satu semester Pengembangan Strategi Strategi #1, 2, 3,4 44 #1: Mahasiswa mengenal teori dan membuat cerita sederhana

#3: Mahasiswa mampu membuat cerita horor

#4: Mahasiswa mampu membuat fiksi sejarah

#2: Mahasiswa berani membuat cerita imaginer

dengan metode studi kasus pada subjek penelitian angkatan 2010 jurusan Sastra

Inggris FISS Universitas Pasundan.

Penelitian ini lebih ditekankan pada proses pembelajaran menulis cerita

pendek melalui empat strategi pembelajaran untuk mendorong antusiasme dan

kreativitas dalam menulis fiksi.

Instrumen pengumpulan data untuk menjawab pertanyaan penelitian nomor 1

sampai 3 ini adalah observasi kelas secara langsung dengan fokus utama pada

materi, tugas, kegiatan dosen, dan kegiatan subjek penelitian. Dalam proses

pembelajaran ini dosen menggunakan empat strategi pembelajaran, yaitu (1)

belajar menulis dengan pendalaman teori, (2) belajar menulis melalui mencontoh

model tulisan yang sudah dipublikasikan, (3) belajar menulis dengan menonton

dan mengapresiasi film, dan (4) belajar menulis dengan menghadirkan suasana

alam pada proses pembelajarannya (outdoor learning). Data Diperoleh dari

observasi kelas, wawancara, quesioner dan analisis isi.

1. Observasi Kelas (8 Februari 2011-7 Juni 2011) Tabel 3.2 Observasi kelas

2. Analisis Isi (Content Analysis)

Untuk melihat kemajuan penulisan subjek penelitian, cerita pendek karya

mereka dilakukan analisis isi. Analisis isi (content analysis) dibagi dalam dua

kategori, yaitu “Apa yang ditulis” dan “Bagaimana Cara Menuliskannya” Kategori “Apa yang ditulis” terdiri dari gagasan dan tema yang muncul dalam tulisan, sementara kategori “Bagaimana Cara Menuliskannya” meliputi

instrinsic elements, teknik dan gaya penulisan serta gaya bahasa yang dipakai

pada cerita tersebut. Dari kedua kategori tersebut tampak bukti kreativitas

BAB V

Dokumen terkait