• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian

3.6 Instrumen Penelitian

3.6.1 Instrumen Tes

3.5Perangkat Pembelajaran

Bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.5.1 RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran merupakan rencana kegiatan pembelajaran yang dibuat oleh guru untuk setiap pertemuan sebagai persiapan mengajar, sehingga pelaksanaan pembelajaran terorganisir dan sistematis untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus.

3.5.2 LKS (Lembar Kerja Siswa)

Lembar Kerja Siswa adalah lembaran-lembaran berisi kegiatan dan permasalahan-permasalahn yang harus dikerjakan oleh siswa. Lembar kerja siswa berisi petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Lembar kerja siswa disusun sekreatif mungkin, memuat soal-soal yang dapat mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa.

3.6Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data yang sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini, digunakan dua macam instrumen, yaitu instrumen tes dan instrumen non tes. Instrumen tes yang digunakan adalah soal bentuk uraian. Sedangkan untuk data non tes terdiri dari lembar observasi dan angket skala sikap terhadap pembelajaran matematika dengan model Treffinger. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut.

3.6.1 Instrumen Tes

Tes diberikan untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa terhadap materi yang diajarkan. Instrumen tes yang digunakan adalah pretest dan posttest berbentuk uraian. Melalui tes berbentuk uraian diharapkan siswa dapat memberikan jawaban-jawaban kreatif terhadap masalah yang diberikan sehingga dengan tes ini dapat diketahui sejauh mana kemampuan siswa dalam berpikir kreatif. Pretest diberikan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir

38

kreatif siswa sebelum perlakuan, sedangkan posttest diberikan dengan tujuan melihat kemampuan berpikir kreatif siswa setelah perlakuan.

Penyusunan tes diawali dengan pembuatan pembuatan kisi-kisi yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator materi, indikator kemampuan berpikir kreatif, rancangan butir soal beserta kunci jawabannya, dan terakhir pemberian skor untuk masing-masing butir soal. Pomalato (2005: 65) menjelaskan pedoman pemberian skor/ rubrik penilaian jawaban soal kemampuan berpikir kreatif dalam tabel berikut ini.

Tabel 3.1

Rubrik Penilaian Kemampuan Berpikir Kreatif Kemampuan

berpikir kreatif yang dinilai

Reaksi terhadap soal atau masalah Skor

Kelancaran (fluency)

Tidak menjawab sama sekali 0

Tidak memberikan ide-ide yang diharapkan untuk

penyelesaian masalah 1

Memberikan ide-ide yang tidak relevan dengan pemecahan

masalah yang diharapkan 2

Memberikan ide-ide yang relevan dengan pemecahan

masalah yang diharapkan tetapi penyelesaian salah 3

Memberikan ide-ide yang relevan dengan pemecahan

masalah matematik dan hasil pemecahannya benar 4

Keluwesan (flexibility)

Tidak menjawab sama sekali 0

Memberikan jawaban yang tidak beragam dan salah 1

Memberikan jawaban yang tidak beragam tetapi hasilnya

benar 2

Memberikan jawaban yang beragam tetapi hasilnya salah 3 Memberikan jawaban yang beragam dan hasilnya benar 4

Keterperincian (elaboration)

Tidak menjawab sama sekali 0

Memberikan jawaban yang tidak rinci dan salah 1

Memberikan jawaban yang tidak rinci tapi hasilnya benar 2

Memberikan jawaban yang rinci tapi hasilnya salah 3

Memberikan jawaban yang rinci dan hasilnya benar 4

Kepekaan

Tidak menjawab sama sekali 0

Tidak menggambarkan kepekaan dalam memberikan

jawaban dan mengarah pada jawaban yang salah 1

Tidak menggambarkan kepekaan dalam memberikan

jawaban tetapi mengarah pada jawaban yang benar 2

Menggambarkan kepekaan dalam memberikan jawaban dan

39

Kemampuan berpikir kreatif

yang dinilai

Reaksi terhadap soal atau masalah Skor

Menggambarkan kepekaan dalam memberikan jawaban dan

hasilnya benar 4

Berpikir Orisinal (Originality)

Tidak menjawab sama sekali 0

Tidak memberikan jawaban yang unik, dan mengarah pada

jawaban yang salah 1

Tidak memberikan jawaban yang unik, tapi mengarah pada

jawaban yang benar 2

Memberikan jawaban yang unik namun hasilnya salah 3

Memberikan jawaban yang unik dan hasilnya benar 4

Sumber: Pomalato (2005: 65). Uji coba instrumen dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan. Instrumen tes ini diujicobakan kepada siswa kelas IX SMP Negeri 26 Bandung tahun ajaran 2013-2014, dengan jumlah responden 39. Dari data hasil uji instrumen dilakukan analisis butir soal yang terdiri dari validitas, reliabilitas, indeks kesukaran, dan daya pembeda. Dalam pengolahan data uji instrumen ini peneliti menggunakan perhitungan dengan menggunakan program Microsoft Office Excel 2007. Berikut adalah penjelasan analisis butir soal tersebut.

1. Validitas

Instrumen yang valid adalah alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data yang valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2013: 173). Dalam hal ini instrumen digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa.

Instrumen tes dapat diukur dengan cara menghitung koefisien korelasi. Menurut John W. Best (Suherman, dkk. 2003: 111) suatu alat tes memiliki validitas yang tinggi apabila koefisien korelasinya tinggi pula. Untuk menghitung koefisien korelasi dalam penelitian ini digunkan rumus momen produk dari Pearson sebagai berikut.

∑ ∑ ∑

√ ∑

Keterangan:

40

N : banyak subjek

X : skor yang diperoleh dari tes Y : skor total

Sumber: Suherman, dkk. (2003: 120) Menurut J.P Guilford, berdasarkan koefisien korelasi yang telah diperoleh, kategori validitas soal dijelaskan sebagai berikut.

Tabel 3.2

Kategori Validitas Nilai

Nilai Koefisien Korelasi Kategori

Validitas sangat tinggi (sangat baik)

Validitas tinggi (baik)

Validitas sedang (cukup)

Validitas rendah (kurang)

Validitas sangat rendah

Tidak valid

Sumber: Suherman, dkk. (2003: 113) Kategori validitas berdasarkan koefisien korelasi yang diperoleh belum dapat menentukan valid atau tidaknya suatu instrumen tes, untuk itu dilakukan uji keberartian terhadap koefisien korelasi yang telah dieroleh dengan perumusan hipotesis sebagai berikut.

H0: Koefisien korelasi tidak berarti (butir soal tidak valid) H1: Koefisien korelasi berarti (butir soal valid)

Dalam pengujian hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan statistik t seperti dicantumkan dalam rumus berikut.

Keterangan: t : statistik t : koefisien korelasi n : banyak subjek

41

Selanjutnya dengan taraf nyata dan , maka H0 diterima jika berdasarkan tabel distribusi t berlaku .

Sumber: Sudjana, (2005: 380).

Proses perhitungan pada lampiran C.2 (halaman 191) menunjukkan bahwa validitas tiap butir soal adalah sebagai berikut.

Tabel 3.3

Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

No. Soal Nilai koefisien korelasi Kategori Validitas Nilai statistik t Nilai t tabel Kesimpula n Kriteria Validitas 1 0,422 Validitas sedang 2,856 2,026 H0 ditolak Valid

2 0,810 Validitas tinggi 8,101 H0 ditolak Valid

3 0,705 Validitas tinggi 6,195 H0 ditolak Valid

4 0,659 Validitas sedang 5,384 H0 ditolak Valid

5 0,798 Validitas tinggi 8,085 H0 ditolak Valid

Berdasarkan tabel 3.3 di atas dapat dilihat bahwa dari lima buah butir soal yang digunakan untuk menguji kemampuan berpikir kreatif siswa, tiga butir soal memiliki validitas tinggi, dan dua lainnya memiliki validitas sedang. Uji keberartian yang dilakukan juga menunjukkan bahwa seluruh butir soal dikatakan valid. Setelah diperoleh instrumen tes yang valid, maka langkah selanjutnya adalah dilakukan uji reliabilitas butir soal.

2. Reliabilitas

Suatu alat evaluasi disebut reliabel jika hasil pengukuran suatu alat evalusi itu sama atau relatif tetap, tidak terpengaruh oleh subjeknya maupun situasi dan kondisinya. Istilah relatif tetap di sini dimaksudkan tidak tepat sama, tetapi mengalami perubahan yang tak berarti (tidak signifikan) dan bisa diabaikan. Perubahan hasil evaluasi ini disebabkan adanya unsur pengalaman dari peserta tes dan kondisi lainnya (Suherman, dkk. 2003: 131).

Reliabilitas instrumen tes pada penelitian ini ditentukan dengan koefisien reliabilitas ( ) yang dihitung dengan menggunakan rumus Cronbach’s Alpha

42

Keterangan:

: koefisien reliabilitas

n : banyak butir soal

∑ : jumlah varians skor tiap soal : varians skor total

Sumber: Suherman, dkk. (2003: 148) Adapun rumus untuk menentukan varians adalah sebagai berikut.

Keterangan:

: Varians tiap butir soal

∑ : Jumlah kuadrat skor tiap soal

∑ : Kuadrat jumlah skor tiap soal n : Banyak siswa/responden uji coba

Sumber: Suherman, dkk. (2003: 154) Menurut J.P Guilford kategori koefisien reliabilitas diinterpretasikan seperti yang terlihat pada tabel 3.4 berikut ini.

Tabel 3.4 Kategori Reliabilitas

Koefisien reliabilitas ( ) Kategori

Reliabilitas sangat rendah 0,20 Reliabilitas rendah 0,40 Reliabilitas sedang 0,70 Reliabilitas tinggi 0,90 Reliabilitas sangat tinggi

43

Untuk menentukan reliabel atau tidaknya butir soal yang digunakan, dilakukan uji keberartian terhadap nilai koefisien reliabilitas dengan perumusan hipotesis sebagai berikut:

H0: Koefisien reliabilitas soal tidak berarti (instrumen tes tidak reliabel) H1: Koefisien reliabilitas soal berarti (instrumen tes reliabel)

Dalam pengujian hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan statistik t seperti dicantumkan dalam rumus berikut.

Keterangan: t : statistik t r11 : koefisien korelasi n : banyak subjek

Selanjutnya dengan taraf nyata dan , maka H0 diterima jika berdasarkan tabel distribusi t berlaku .

Sumber: Sudjana (2005: 380). Berdasarkan hasil perhitungan koefisien reliabilitas pada lampiran C.3 (halaman 193) diperoleh koefisien reliabilitas 0,706, dan nilai statistik t sebesar 6,065. Artinya instrumen yang diujicobakan reliabilitasnya tergolong tinggi, dan karena berdasarkan tabel distribusi t nilai statistik t yang dihitung berada diluar interval , maka dapat dikatakan instrumen tes reliabel. 3. Indeks Kesukaran

Indeks kesukaran butir soal merupakan bilangan yang menyatakan derajat kesukaran suatu butir soal. Suatu soal dikatakan memiliki tingkat kesukaran yang baik bila soal tersebut tidak terlalu mudah dan juga tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang testi untuk meningkatkan usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar dapat membuat testi menjadi putus asa dan enggan untuk memecahkannya (Suherman, dkk. 2003: 168).

44

̅

Keterangan:

IK : Indeks kesukaran

̅ : Rata-rata skor jawaban soal ke-i SMI : Skor maksimum ideal soal ke-i

Kategori indeks kesukaran dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 3.5

Kategori Indeks Kesukaran

Indeks kesukaran (IK) Kategori

IK = 0,00 Soal terlalu sukar

0,00 Soal sukar 0,30 Soal sedang

0,70 Soal mudah

IK = Soal terlalu mudah

Sumber: Suherman, dkk., (2003: 170)

Tabel 3.6 berikut ini adalah kategori indeks kesukaran tiap butir soal yang yang perhitungannya terdapat pada lampiran C.4 (halaman 195).

Tabel 3.6

Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal

Nomor Soal IK Kategori

1 0,205 Soal sukar

2 0,256 Soal sukar

3 0,276 Soal sukar

4 0,141 Soal sukar

5 0,071 Soal sukar

Berdasarkan tabel 3.6 di atas, terlihat bahwa seluruh soal masuk ke dalam kategori soal yang sukar. Hal ini mungkin terjadi karena soal-soal untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif cenderung relatif sukar, artinya dibutuhkan kreativitas siswa untuk menyelesaikan masalah yang ada pada soal-soal tersebut.

Dokumen terkait