• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Umum

6. Instrumen Out Door

Kubah adalah bangunan berbentuk separuh bola dimana permukaannya melengkung ke atas dan rangka penyangganya dapat diputar. Pada umumnya, sebuah kubah observatorium diletakkan di tempat tinggi. Kubah sendiri dibuat dari berbagai bahan seperti batu bata, beton, stenlis, dan bahan-bahan lainnya sesuai dengan kebutuhan. OIF memilki dua kubah yaitu Kubah Ahmad Dahlan I dan Kubah Ahmad Dahlan II, yang mana di dalamnya terdapat teleskop yang digunakan untuk penelitian benda-benda langit dan menjadi ikon observatorium.

b. Siliding Roof Ahmad Dahlan

Siling Roof adalah bangunan dimana didalamnya terdapat sebuah teleskop beserta asesoris dan peralatan-peralatan terkait lainnya. Pada dasarnya Siliding Roof memilki fungsi yang sama dengan Kubah, hanya berbeda pada desainnya. OIF memiliki satu buah Siliding Roof yang digunakan untuk para pengunjung (khususnya para pelajar) yang datang ke OIF.

Pada Senin, 22 Oktober 2018 M / 13 Safar 1440 H kunjungan SMP IRA Medan tempat penulis bertugas sangat bersyukur karena cuaca kota Medan Pagi itu sangat cerah sehingga siswa-siswi mendapat kesempatan dapat melihat Matahari dengan menggunakan Teleskop yang berada di Sliding Roof OIF UMSU. Matahari adalah pusat dari sistem Tata surya Kita, jadi planet- planet lah yang mengitari dari matahari tersebut.

c. Jam Matahari (Mizwala)

Jam Matahari (Arab: Mizwalah, Inggris: Sundial) adalah instrumen astronomi klasik penunjuk waktu (jam) yang hanya berfungsi dengan adanya bayang-bayang Matahari di siang hari. Jam Matahari adalah perangkat penunjuk waktu setempat terdiri dari Gnomon dan bidang dial. Gnomon adalah tongkat perantara jatuhnya bayangan matahari yang menyentuh gnomon, bidang dial ini terdiri dari garis-garis penanda penunjuk waktu. Di era modern, Sundial menjadi media pembelajaran tentang langit, matahari dan waktu.

Alat ini telah muncul sejak 3500 SM yang pernah populer di peradaban Yunani-Romawi, Mesir dan peradaban Islam. Alat ini disebut dengan Sa‟ah Syamsiyyah atau Rakhamah. Selain penunjuk jam (waktu), Mizwala juga berfungsi menentukan waktu salat Zuhur dan Asar. OIF UMSU memiliki dua buah jam Matahari yang terletak di halaman (Out Door) yang terdiri dari dua model berbeda, keduanya memiliki prinsip kerja yang sama yaitu berdasarkan sinar Matahari dan lintang geografis setempat.

Alat pengukuran waktu memiliki sejarah panjang untuk pada akhirnya sampai pada zaman digital sekarang ini. Pergantian siang dan malam telah membagi waktu aktivitas kehidupan sehari-hari manusia dimana siang untuk bekerja dan malam untuk istirahat. Pergantian siang dan malam di sebabkan adanya rotasi bumi yaitu perputaran bumi pada porosnya, siang terjadi saat bumi menghadap ke matahari sedangkan malam terjadi saat bumi membelakangi matahari tersebut.

Aktivitas manusia yang semakin kompleks membuat mereka berpikir bahwa tak cukup hanya membagi hari dalam siang dan malam, sehingga mereka mulai membagi waktu berdasarkan pergerakan posisi matahari yang mereka lihat setiap hari, yaitu naik dari tempat terbit di kaki langit, bergerak hingga sampai tepat di puncak kepala lalu bergeser turun kembali ke kaki langit di tempat terbenam. Maka dari itu terciptalah jam matahari (Mizwala ).

d. Rubu Mujayyab

Rubu Mujayyab (Arab: Rub‟ al-Mujayyab Inggris Side Quadrant) adalah instrumen astronomi klasik berbentuk seperampat lingkaran dengan desain khas yang muncul sejak zaman Yunani kuno. Di peradaban Islam instrumen ini berfungsi spesifik yaitu sebagai penentu ketinggian waktu. Catatan sejarah menunjukkan bahwa periode awal pembuatan Rubu Mujayyab di dunia Islam dimulai sejak abad 3/9, yaitu di kota Baghdad.

Alat ini digunakan untuk menghitung fungsi trigonometri dan mengukur sudut. Alat ini juga bisa digunakan untuk mengetahui waktu solat, mengukur arah kiblat, posisi matahari dan ketinggian suatu benda dan disebut juga dengan Sinus Kuandran. Beberapa astronom Muslim yang memiliki kontribusi di di bidang alat, antara lain al-Khawarizmi (w. 232/848), ibn Syathir (w. 777/1375), al-Makrrakusyi (w. 680/1281) dan lain-lain.

Rubu mujayyab merupakan hasil kreasi para astronom Muslim abad pertengahan. Seperti halnya astrolabe, genealogi alat ini telah ada sejak pra Islam. Dalam praktek awalnya, alat ini lebih menitik beratkan pada fungsi pemecahan permaslahan-permasalah astronomi bola.

Dalam beberapa fungsinya, alat ini hampir mirip dengan astrolabe yang mampu memecahkan banyak persoalan perhitungan astronomi, meski pada instrumen astrolabe memiliki lebih banyak fungsi. Di peradaban Islam, instrumen ini lebih digunakan dan dikembangkan untuk keperluan-keperluan praktis ibadah umat Muslim yaitu menentukan arah kiblat dan menentukan waktu-waktu salat.107

e. Lubang Transit Matahari

Transit Matahari adalah peristiwa ketika matahari melintasi titik zenith atau ketika Matahari tepat diatas kepala di suatu tempat. Salah satu fungsi fenomena ini adalah verifikasi awal waktu zuhur yaitu ketika Matahari bergesar ke arah yang disebut dengan waktu zawal (Matahari condong kea rah Barat) untuk kota Medan, fenomena Matahari diatas zenit terjadi setiap tanggal 29 Maret dan 02 Oktober yaitu saat tengah hari, yaitu ketika Deklinasi Matahari mencapai 03⁰34‟ yaitu senilai lintang kota Medan (03⁰34‟ LU). Lubang Transit Matahari yang ada di OIF sendiri digunakan selai sebagai pembelajaran juga sebagai verifikasi adzan-adzan masjid-masjid yang ada di disekitar OIF.

Pada prinsipnya cara kerja lubang transit matahari adalah sebuah lubang matahari yang dibuat menghadap ke atas tepat di titik zenit. Dimana ketika matahari berada diatas atau tepat di titik zenith suatu tempat sinarnya akan jatuh ke lantai dan membentuk bulatan utuh, ketika matahari bergeser kea rah barat (condong ke barat) itu dinamakan waktu zawal. Salah satu fungsi fenomena ini adalah untuk mengoreksi waktu zuhur di tempat tersebut.

f. Photo Booth Astronot

Astronot disebut juga antarikswan, yaitu seorang yang telah didik dan menjalani latihan untuk terbang ke luar angkasa mengguanakan pesawat luar angkasa. Salah satu hal menarik dari seorang astronot adalah pakaian yang digunakan. Yaitu baju bagi khusus warna putih

107

tebal serta memakai helm yang bisa melindungi dari gas beracun dan benturan-benturan benda-benda di luar angkasa.

Dalam sejarah tercatat beberapa orang yang berhasil terbang ke luar angkasa, antara lain Yuri Gagarin dari Uni Soviet (sekarang Rusia) pada tahun 1961. Konon, astronot pertama yang pernah mendarat di Bulan adalah Neil Armstrong pada tahun 1969. Oleh karena itu Photo Booth Astronot adalah miniatur astronot yang sedang terbang atau mendarat di bulan. Photo Booth Astronot ini dijadikan sebagai sarana pembelajaran khususnya bagi anak-anak.108

7. Instrumen Pendukung

Dokumen terkait