• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 METODE PENELITIAN

4.4. Metode Pengumpulan Data

4.4.3. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan adalah pengukuran antropometri yang terdiri dari berat badan dan tinggi badan Siswa di SD Advent 2 067777 di Kota Medan pada tahun 2013.

4.5. Metode Analisa Data

4.5.1. Pengolahan data dan analisa

Dalam tahap ini data diolah dan dianalisa dengan menggunakan analisis univariate dan bivariate. Analisa univariate dilakukan untuk menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variable dilakukan terhadap dua variable yang diduga berhubung dan berkolerasi. Analisis dilakukan dengan menggunakan chi kuadrat. Data yang dikumpulkan diuji dan dinyatakan bermakna secara signifikan apabila bila nilai p < 0.05.

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Advent 2, Medan. Sekolah ini merupakan sebuah sekolah swasta yang berlokasi di jalan Dr. Mansur Gang Berkat No. 9, Medan. Sekolah ini memiliki enam kelas. Setiap kelas terdiri dari kurang lebih 25 hingga 30 orang siswa. Sekolah ini turut memiliki sebuah gereja khas kaum Kristian untuk digunakan oleh pihak sekolah dan juga siswa siswi sekolah tersebut.

5.1.2. Deskripsi Populasi

Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 81 orang siswa siswi Sekolah Advent 2 dimana terdiri dari kelas empat, lima dan enam yang dipilih secara total sampling. Sebanyak 42 orang adalah laki dan 39 adalah perempuan. Terdapat 30 orang siswa di kelas 4, 22 orang di kelas lima dan 29 orang di kelas 5.1.3. Sosio Demografi Responde

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin

Jenis kelamin jumlah orang % Laki-laki 42 51.9 Perempuan 39 48.1 ______________________________________________________________________ Jumlah 81 100

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Orang Tua

TNI/POLRI/PNS/BUMN 23 28.4 Pegawai swasta 11 13.6 ______________________________________________________________________ Wiraswasta/dagang/jasa 35 43.2 Petani/nelayan 2 2.5 Buruh/lainya 10 12.3 Jumlah 81 100.0

Tabel 5.1 di atas menunjukkan proporsi siswa laki dan perempuan.Berdasarkan table di atas proporsi jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki dengan jumlah 42 orang yaitu 51.9% sedangkan perempuan sebanyak 39 orang yaitu 48.1%.

Berdasarkan tabel 5.2, siswa dengan orang tua yang berkerja sebagai wiraswata/dagang/jasa adalah terbanyak dengan jumlah 35 orang yaitu 43.2%, diikuti dengan orang tua yang berkerja sebagai TNI/POLRI/PNS/BUMN sebanyak 23 orang yaitu 28.4%, kemudian pegawai swasta sebanyak 11 orang yaitu 13.6%, buruh sebanyak 10 orang yaitu 12.3% dan paling sedikit sebagai petani/nelayan sebanyak 2 orang yaitu 2.5

5.1.4. Status Gizi

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Gizi

Status gizi jumlah orang % Kurus 7 8.6 Normal 55 67.9 Gemuk 19 23.5 Jumlah 81 100.0

Tabel 5.3 di atas menunjukkan proporsi siswa dengan status gizi kurus, normal dan gemuk. Berdasarkan table diatas proporsi status gizi terbanyak adalah siswa normal dengan jumlah 55 orang, yaitu 67.9%, diikuti oleh siswa dengan status gizi gemuk sebanyak 19 orang yaitu 23.5% dan akhir sekali siswa dengan status gizi kurus sebanyak 7 orang yaitu 8.6%.

5.1.5. Prestasi Belajar

Tabel 5.4. Distribusi Sampel Berdasarkan Prestasi Belajar

Prestasi Belajar jumlah orang % Kurang 17 21.0 Baik 64 79.0

Tabel 5.4 di atas menunjukkan proporsi siswa dengan prestasi belajar yang baik dan kurang. Berdasarkan table di atas proporsi prestasi belajar siswa terbanyak adalah baik dengan 64 orang yaitu 79.0%, sedangkan jumlah siswa dengan prestasi belajar yang kurang adalah sebanyak 17 orang yaitu 21.0%.

5.1.6. Kebiasaan Makan dan Aktivitas Responden

Tabel 5.5.Sebaran responden menurut kebiasaan makan dan aktivitas harian.

Soalan N % 1. Dalam sehari berapa kali anda mengkonsumsi

Makanan pokok?

a. 2 kali/hari 2 2.5 b. 3 kali/hari 69 85.2 c. Lebih dari 4 kali/hari 10 12.3 2. Apakah anda mengkonsumsi sarapan?

a. Ya 74 91.4

b. Tidak 7 8.6 3. Dari manakah anda mendapat makanan yang selalu

dikonsumsi?

a. Beli diluar 4 4.9 b. Masakan orang tua 77 95.1 4. Jika anda memiliki kebiasaan mengkonsumsi

makanan malam lebih dari jam 8, sebarapa sering kegiatan tersebut?

a. Sering 26 32.1 b. Tidak sering 55 67.9 5. Seberapa sering anda mengkonsumsi makanan jadi/

jajanan?

a. Sering 34 42.0 b. Tidak sering 47 58.0 6. Adakah orang tua anda menolong anda mengulang

kaji pelajaran?

a. Ya 72 88.9

b. Tidak 9 11.1 7. Berapa jam anda belajar dalam satu hari?

a. Lebih dari 3 jam 43 53.1 b. Kurang dari 3 jam 38 46.9 8. Berapa jam anda tidur dalam satu hari?

a. Lebih dari 8 jam 52 64.2 b. Kurang dari 8 jam 29 35.8 9. Apakah anda menghadiri kelas tambahan selain

dari sekolah?

a. Ya 50 61.7

b. Tidak 31 38.3

Total 81 100.0

Tabel 5.5 menunjukkan sebaran responden menurut kebiasan makan dan aktivitas harian. Sebanyak 69 orang siswa(85.2%) menkonsumsi makanan pokok

sebanyak 3 kali/hari, diikuti 10 orang siswa(12.3%) mengkonsumsi makanan pokok lebih dari empat kali/minggu dan paling sedikit adalah 2 orang siswa(2.5%) yang mengkonsumsi makanan pokok sebanyak 2 kali/hari.

Sebanyak 74 orang siswa yaitu 91.4% siswa mengkonsumsi sarapan pagi diikuti 7 orang siswa(8.6%) yang tidak mengkonsumsi sarapan. 77 orang siswa(95.1%) mengkonsumsi makanan masakan orang tua dan 4 orang siswa(4.9%) mengkonsumsi makanan yang dibeli luar. Sebanyak 55 orang siswa(67.9%) tidak memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan lebih dari jam 8 sedangkan 26 orang siswa(32.1%) lagi tidak mempunyai kebiasaan tersebut. 47 orang siswa(58%) sering mengkonsumsi makanan jadi/jajanan dan 34 orang (42%) lagi tidak sering mengkonsumsi makanan tersebut.

72 orang siswa(88.9%) dibantu oleh orang tua mereka untuk mengulang kaji pelajaran dan sebanyak 9 orang siswa(11.1%) lagi tidak ditolong oleh orang tua mereka dalam mengulangkaji pelajaran. Sebanyak 37 orang siswa(45.7%) duduk tengah di dalam kelas, diikuti 22 orang (27.2%) lagi di depan dan di belakang masing-masing. Sebanyak 43 orang siswa(53.1%) belajar lebih dari 3 jam/hari dan selainya sebanyak 38 orang(46.9) kurang dari 3 jam/hari. Berdasarkan table di atas 52 orang siswa(62.2%) tidur lebih dari 8 jam sehari dan 29 orang siswa(35.8%) tidur kurang dari 8 jam/hari. Sebanyak 50 orang siswa(61.7%) menghadiri kelas tambahan selain dari sekolah dan akhir sekali sebanyak 21 orang siswa yaitu 38.3% tidak menghadiri kelas tambahan selain sekolah.

5.1.7. Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar. Tabel 5.6.Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar.

x² = 3.779 df = 2 p =

0.151

Tabel 5.6 diatas menunjukkan tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar, dimana hasil uji Chi square menunjukkan p= 0.151.

Hasil menunjukkan 7.4% dari siswa dengan prestasi belajar yang baik memiliki status gizi kurus, 56.8% normal dan 14.8% dengan status gizi gemuk. 1.2% siswa dengan prestasi belajar yang kurang memiliki status gizi yang kurus, diikuti 67.9% normal dan 23.5% gemuk.

Nilai Rapor

Status gizi baik kurang total N % N % N %

Kurus 6 7.4 1 1.2 7 8.6 Normal 46 56.8 9 11.1 55 67.9 Gemuk 12 14.8 7 8.6 19 23.5

5.2. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar siswa di SD Advent 2, Medan. Penelitian ini dilakukan sejak Maret 2013 hingga December 2013.

5.2.1. Sosio Demografi Responden

Dari penelitian dapat dilihat siswa yang paling banyak adalah laki-laki yaitu sebanyak 42 orang(51.2%) sedangkan pada perempuan adalah 39 orang(48.1%). Dari gambar 5.2 orang tua yang berkerja sebagai wiraswata/dagang/jasa adalah terbanyak dengan jumlah 35 orang yaitu 43.2%, diikuti dengan orang tua yang berkerja sebagai TNI/POLRI/PNS/BUMN sebanyak 23 orang yaitu 28.4%, kemudian pegawai swasta sebanyak 11 orang yaitu 13.6%, buruh sebanyak 10 orang yaitu 12.3% dan paling sedikit sebagai petani/nelayan sebanyak 2 orang yaitu 2.5%.Sebagian besar penelitian yang menguji pengaruh gender terhadap prestasi belajar menunjukkan bahwa perempuan cenderung memiliki prestasi akademis yang lebih bagus daripada laki-laki. Penjelasan teoritis mengenai hal ini antara lain karena setelah zaman emansipasi, pendidikan merupakan kunci utama kemajuan, pemberdayaan dan kebebasan bagi kaum perempuan. Selain itu, perempuan dikenal cenderung lebih tekun dalam belajar dan rajin terlibat dalam kegiatan kampus yang menunjang proses belajar, sedangkan laki-laki lebih menyukai kegiatan kampus yang bersifat refreshing dan olah raga. Tingkat keberhasilan mahasiswa dalam proses pendidikan dipengaruhi banyak faktor, secara garis besar faktor-faktor tersebut bisa dikelompokan menjadi 2 (Hidayati, 2009), yaitu :

1. Faktor intelektual adalah kemampuan seseorang yang diperlihatkan melalui kecerdasan dan kepandaiannya dalam berpikir dan berbuat.

2. Faktor non-intelektual adalah segala kondisi dari dalam dan luar dirinya atau lingkungan sekitar, yang terkait dengan diri seorang dalam mempengaruhi kemampuan berpikir dan bertindak. Seperti masalah belajar, jenis kelamin, karir,

sosial, emosional, jalur masuk IPB, keuangan, asal daerah, keluarga, pemakaian waktu luang, organisasi, sahabat, metode belajar serta lingkungan

5.2.2. Status Gizi

Penelitian menunjukkan proporsi siswa dengan status gizi kurus, normal dan gemuk. Berdasarkan table diatas proporsi status gizi terbanyak adalah siswa normal dengan jumlah 55 orang, yaitu 67.9%, diikuti oleh siswa dengan status gizi gemuk sebanyak 19 orang yaitu 23.5% dan akhir sekali siswa dengan status gizi kurus sebanyak 7 orang yaitu 8.6%.Masalah gizi merupakan masalah serius yang harus segera ditangani agar tidak timbul dampak lain yang diakibatkan dari masalah gizi. Menurut John E. Hall, 2010, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang termasuk gentik, aktivitas individu tersebut, faktor lingkungan,faktor psikologikal, neuron abnormal dll.

Nutrisi yang baik menunjang pemfungsian neuron-neuron yang sehat.Kebutuhan paling penting untuk otak adalah oksigen dan glukosa.Yang kedua otak memerlukan air-air murni setiap hari untuk pembelajaran yang optimal. Otak terdiri dari 80% air dan sangat sensitive terhadap perubahan tingkat pH (Jansen,2007).

Pada keadaan kekurangan gizi dapat menyebabkan pertumbuhan badan terganggu, badan lebih kecil diikuti dengan ukuran otak yang juga kecil.Jumlah sel dalam otak berkurang dan terjadi ketidakmatangan dan ketidaksempurnaan organisasi biokimia dalam otak. Kedaan ini berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan anak (Anwar,2008).

Berdasarkan penelitian sebagian besar siswa memiliki status gizi yang baik di sekolah dasar Advent 2. Hal ini dapat dikaitkan dengan hasil frekuensi makan siswa yang umumnya 3 kali sehari berdasarkan hasil kuisoner. Selain itu, kebiasaan mengkonsumsi makanan sarapan juga dikatakan mempengaruhi status gizi seseorang di mana berdasarkan hasil kuisoner didapati lebih dari separuh siswa SD Advent 2 mengkonsumsi sarapan pagi.

5.2.3. Prestasi Belajar

Berdasarkan penelitian proporsi siswa dengan prestasi belajar yang baik dan kurang. Berdasarkan tabel di atas proporsi prestasi belajar siswa terbanyak adalah baik dengan 64 orang yaitu 79.0%, sedangkan jumlah siswa dengan prestasi belajar yang kurang adalah sebanyak 17 orang yaitu 21.0%.

Prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidikan terhadapa proses belajar dan hasil belajar siswa. Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya IQ.Bahwa intelegensi IQ hanya merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan dalam belajar. Interaksi antar berbagai faktor yang menjadi determinan atau penentu bagaimana hasil akhir proses belajar yang dialami individu. Peran masing-masing faktor penentu tidak selalu sama dan tetap.

Banyak orang berpendapat untuk meraih prestasi yang tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki IQ yang juga tinggi. Hal ini karena intelegensi merupakan bekal potensial yang akan memudahkan dalam belajar (Batchiar, 2009).

Kenyataannya, dalam proses belajar-mengajar di sekolah sering ditemukan siswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan intelegensinya. Ada siswa yang mempunyai kemampuan intelegensi yang tinggi, tetapi memperolehi prestasi belajar yang relative rendah.Namun, ada siswa yang walaupun kemampuan intelgegensinya rendah, dapat meraih prestasi belajar yang relative tinggi.

Berdasarkan penelitian, sebagian besar siswa SD Advent 2 memiliki prestasi belajar yang baik. Hal ini dapat dikaitkan dengan keterlibatan orang tua dalam membantu anak merekan mengulangkaji pelajaran dimana dari hasil penilitian didapati 88.9% dari orang tua siswa pelajar membantu mereka dalam mengulangjkaji pelajaran. Selain itu keterlibatan diri dalam pelajaran merupakan hal yang penting dalam prestasi belajar di mana menurut kajian yang dijalankan di SD Advent 2 sebanyak 53.8% siswa belajar lebih dari 3 jam dalam sehari.

5.2.4. Kebisasaan Makan dan Aktivitas Harian Responden

Berdasarkan penelitian, 85.2% dari mahasiswa mengkonsumsi makanan pokok 3 kali/hari. 12.3% mengkonsumsi makanan pokok lebih dari 4 kali/hari dan hanya 2.5% mengkonsumsi 2 kali/hari. Kanak-kanak yang berlainan usia memerlukan jumlah tenaga dan nutrien yang berbeda untuk menyokong pertumbuhan fizikal dan perkembangan mental mereka.Konsumsi makanan secara seimbang dan teratur amat penting untuk memastikan sistem tubuh berfunsi dengan baik.Sel-sel kita bekerja secara berterusan untuk memastikan badan kita berfungsi dengan baik.Semua ini memerlukan bekalan tenaga dan nutrien yang berterusan serta mencukupi dengan mengambil pelbagai jenis makanan.

Menurut penelitian 8.6% siswa tidak mengkonsumsi sarapan. Satu kajian yang dilakukan mendapati bahawa mengelakkan sarapan pada awal pagi ini akan meningkatkan risiko obesiti, mengumpul lemak yang besar di sekitar pinggang, membentuk penyakit diabetis dan tahap kolestrol yang tinggi. Selain itu, ia juga akan meningkatkan risiko penyakit jantung. Kajian yang dilakukan ke atas 2,184 rakyat Australia pada tahun 1985, mendapati kanak-kanak dan orang dewasa yang tidak mengambil sarapan mempunyai ukuran pinggang yang lebih besar, tahap kolestrol yang tinggi dan tahap insulin yang tinggi, yang merupakan simptom penyakit diabetis. Selain itu, golongan ini mempunyai gaya hidup yang tidak sihat. Pengambilan sarapan adalah baik untuk kesihatan jantung dan kesihatan secara keseluruhan (Konsumerkini, 2010).

Sebanyak 95.1% siswa mengkonsumsi makanan masakan orang tua dan lainya mengkonsumsi makanan yang dibeli luar.Seperti mana kita tahu, makanan yang dikonsumsi luar selalunya kurang bersih berbanding masakan rumah.Pemakanan sihat membantu melindungi kita daripada jangkitan serta beberapa penyakit kronik (seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi, diabetes dan kanser.)Aktiviti fizikal harian juga penting untuk mengekalkan kesihatan.

Sebanyak 32.1% siswa memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan lebih dari jam lapan. Menurut nutrilab,2010 Badan kita menukar karbohidrat dan lemak kepada tenaga untuk melakukan aktiviti harian. Makan mengikut waktu dan mengambil makanan yang membekalkan tenaga dalam jumlah yang berpatutan membantu kita mengekalkan aras tenaga sepanjang hari. Jadi pengambilan makanan tepat pada waktu amat penting bagi setiap individu.

Sebanyak 42% siswa memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan jadi/jajanan. Jajanan yang enak apalagi murah memang banyak digemari bukan hanya anak-anak saja, tuamuda. Para penjaja jajanan sering tidak peduli tentang kandungan yang berbahaya dengan dan kualitas jajanan yang tidak baik untuk kesehatan. Terdapat beberapa zat kimia yang berbahaya yang bisa menyebabkan kanker, gangguan otak, hati, lemak dan ginjal. Antara zat-zat yang berbahaya ini adalah sakarin,siklamat, boraks, formalin dan banyak lagi.

Menurut penelitian 88.9% siswa ditolong oleh orang tua mereka sewaktu ulangkaji pelajaran.Pendidikan anak merupakan upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan memberikan kegiatan pembelajaran yang mampu menghasilkan kemampuan dan keterampilan anak.Pendidikan anak merupakan suatu pendidikan yang dilakukan pada anak sejak lahir lagi (Nur Hayati, 2010).

Sebanyak 45.7% siswa duduk di tengah di kelas diikuti 27.2% di depan dan juga di belakang masing-masing. Siswa dengan posisi duduk di depan kelas lebih peka terhadap pelajaran yang diajari sewaktu kelas dan mampu memperoleh prestasi belajar yang baik (Nur Hayati, 2010).

Sebanyak 53.1% siswa belajar lebih dari 3 jam/hari.Dan 61% siswa menghadiri kelas tambahan selain di sekolah. Perilaku siswa yang dapat menunjang keberhasilan belajar tersebut antara lain kebiasaan belajar, keterlibatan dengan rekan, interaksi dengan pihak fakultas, waktu yang dipergunakan untuk mengerjakan tugas dan motivasi belajar (Yunita Kusumaningsih, FE UI, 2009)

Penelitian menunjukkan terdapat 62.2% siswa yang tidur lebih dari 8 jam. Manusia memerlukan tidur yang secukupnya sama seperti manusia memerlukan

bahan-bahan asas yang lain seperti air dan udara. Keperluan tidur bukan saja penting dari aspek kesihatan, psikologi, keselamatan,kekuatan memori, penempuan deria, pergerakan malah penyakit-penyakit kronikyang dihadapi manusia sebagian besarnya diakibatkan oleh masalah berkaitan tidur. Tubuh manusia memerlukan tidur untuk merehatkan sistem biologi badan dan mengembalikan kestabilan dan keseimbangan tenaga (mohd amzari,2010).

5.2.5. Hubungan Status Gizi Dengan Prestasi Belajar.

Berdasarkan penelitian ini, tidak ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan prestasi belajar siswa, dimana dari hasil diperoleh nilai p=0.151 (p<0.05). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mexitalia Setiawati(2002) yaitu tidak ada hubungan yang ditemui antara status gizi dengan prestasi belajar. Hal ini karena menurut beberapa penelitian yang lain mengatakan prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor lain yang dikategorikan menjadi dua yaitu internal dan juga external.

Faktor eksternal yang menentukan berhasil tidaknya siswa dalam proses belajar mengajar adalah faktor sosial. Faktor sosial yang meliputi keluarga, masyarakat, dan sekolah sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar anak. Dalam keluarga, anak memiliki suatu kebiasaan yang sudah diterapkan dan selalu dilakukan, salah satu contohnya adalah perilaku makan. Perilaku makan anak atau kebiasaan makan bisa berubah karena adanya pengaruh dari lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah. Menurut berbagai kajian, frekuensi makan yang baik adalah tiga kali sehari, ini berarti makan pagi hendaknya jangan ditingalkan (Masdevi, 2011).

Menurut Mexitalia,(2002), secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu endogen dan eksogen. Faktor endogen dapat dibedakan menjadi dua, 1) faktor fisiologis adalah yang berhubungan dengan jasmani seseorang yang belajar dengan jasmaninya yang segar akan lain pengaruhnya dengan mereka yang jasmaninya kurang segar. 2) Faktor Psikologis antara lain inteligensi, bakat

motivasi, konsentrasi. Adapun faktor eksogen adalah bahan yang dipelajarinya, lingkungan alami dan social, instrumen. Faktor-faktor tersebut akan saling berinterkasi secara langsung atau tidak langsung dalam mempengaruhi prestasi belajar.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

a. Berdasarkan penelitan ini terdapat 55 orang siswa(67.9%) dengan status gizi normal, diikuti 19 orang siswa(23.5%) dengan status gizi gemuk dan paling sedikit sebanyak 7 orang siswa(8.6%) dengan status gizi kurus di SD Advent 2.

b. Berdasarkan penelitian ini terdapat 64 orang siswa(79%) yang meraih prestasi belajar yang baik dan 17 orang siswa(21.0%) dengan prestasi yang kurang di sekolah SD Advent 2.

c. Berdasarkan penelitian ini tidak ada hubungan antara status gizi yaitu berdasarkan Indeks Massa Tubuh mengikut umur anak dengan prestasi belajar siswa di SD Advent 2.

6.2. Saran

1. Orang tua perlu mengambil perhatian terhadap pola pemakanan anak mereka supaya anak mendapat asupan gizi yang mencukupi.

2. Orang tua perlu peka dan menilai proses pembelajaran serta pengajaran pada anak supaya anak meraih prestasi belajar yang baik.

Daftar Pustaka

Abdullah, A. 2008. PrestasiBelajar.Diunduh:

2013.

Anwar. (2008). Motivasi dan Kinerja. Jakarta : Rineka Cipta.

Ann Burgess dan Dr Louis Dangga. (2012). Undernutrition in Adult and Children: causes, consequenses and what we can do. South Sudan Medical Journal. Atmarita. (2005). Nutrition Problems In Indonesia, p1.

Batchiar. (2009). Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Prestasi Belajar

Siswa Kelas II SMA Negeri 2 Mataram (skripsi) di IAIN Mataram, Nusa Tenggara

Barat. 2009

Depkes.RI,2002. Pedoman Umum Gizi Seimbang (Panduan untuk petugas). Jakarta

Doughlas C. Heimburger. (2012). Malnutrition and Nutritional Assessment. In: Dan L.

Longo, Dennis L. Kasper, J.Lary Jameson, Anthony S. Fauci, Stephan L. Hauser

dan Joseph Loscalzo Harrison's Principles of Internal Medicine. 18th ed. U.S: The

McGraw-Hill Companies, Inc. 605-611.

FIMS/WHO. (1998). -. Sports and Children. 76 (-), 445-447.

Gunarso, A. 1991. Prestasi belajar.Bagaimana Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah Surayabaya: Usaha Nasional.

Hidayati SN, Irawan R, Hidayat B. 2009. Obesitas Pada Anak. Surabaya: Divisi Nutrisi dan Penyakit Metabolik, Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas

Kedokteran Unair.

Jalal, Hardiansyah. 1998. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan. Di dalam: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI. Jakarta: Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia.

Johana Dwyer. (2012). Nutrient Requirements and Dietary Assessment. In: Dan L.

Longo,Dennis L. Kasper, J.Lary Jameson, Anthony S. Fauci, Stephan L. Hauser

dan Joseph Loscalzo Harrison's Principles of Internal Medicine. 18th ed. U.S: The McGraw-Hill Companies, Inc. 588-592.

John E.Hall (2011). Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology. 12th ed. U.S:

Elsevier. 843-856.

Joseph Loscalzo Harrison's Principles of Internal Medicine. 18th ed. U.S: The McGraw-Hill Companies, Inc. 629-636

IFPRI. (2008). -. Nutrition and Gender in Asia . 1-4.

Kartono, Djoko dkk. 1998. Faktor yang Berpengaruh Terhadap Prestasi Belajar Pada Anak di Sekolah Dasar Tertinggal yang Mendapat Program Makanan

Tambahan. Gizi Indonesia vol XXIII

Kim E. Barrett, Susan M. Barman, Scott Boitano, Heddwen L.Brooks (2010). Ganong's Review of Medical Physiology. Singapore: Mc Graw Hill. 451-466.

Masdewi. (2011). KORELASI PERILAKU MAKAN DAN STATUS GIZI

TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PROGRAM AKSELERASI DI SMP. -. 34 (2)

Mexitalia. (2002). Hubungan Kecerdasan Emosianal, Status Gizi dengan Prestasi

Belajar

Mohd Amzari. (2010). Kepentingan Tidur Bagi Kesehatan dan Pembelajaran.

Nurhayati, E. (2010). Peran Orang Tua dalam Pendidikan Yogyakarta : Pustaka Pelajar

WHO. (2013). Nutrition. Available: www.who.int/topics/nutrition/en/. Last

accessed 1st June 2013.

World Health Organization. Dept. of Nutrition for Health and Develpoment (1999). Nutrition for Health and Develpment. -: WHO. 1-90.

World Health Organization. Dept. of Nutrition for Health and Develpoment (2008). Nutrition for Health and Develpment. -: WHO. 1-90.

Unicef.(2006). progressforchildren. Available:

http://www.unicef.org/progressforchildren/undernutrient. Last accessed 1st June

2013.

Uniteforsight.(2013). OverNutrition. Available:http://www.uniteforsight.org/hung er/mo

dule4. Last accessed 1st June 2013.

Robert M Russell and Paolo M. Suter. (2012). Vitamin and Trace Mineral Deficiency

and Excess. In: Dan L. Longo, Dennis L. Kasper, J.Lary Jameson, Anthony S.

Fauci, Stephan L.Hauser dan Joseph Loscalzo Harrison's Principles of Internal

Medicine. 18th ed. U.S: The McGraw-Hill Companies, Inc. 594-604.

(2007). Pedoman Pengukuran dan Pemeriksaan. Riset Kesehatan Dasar 2007. 1-29.

Robert F. Kushner. (2012). Evaluation and Management of Obesity. In: Dan L. Longo,

Dennis L. Kasper, J.Lary Jameson, Anthony S. Fauci, Stephan L. Hauser dan

Sukmana.2005. Menumbuhkan Budaya Menulis di KalanganSiswa.Buletin

Pusat Pebukuan, Volume 11, Januari-Juni 2005, Jakarta: Pusat Perbukuan. YUNITA KUSUMANINGSIH . (2009). FAKTOR-FAKTOR UTAMA YANG

PASCASARJANA PENERIMA BEASISWA S2 DALAM NEGERI BPK-RI

jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid laki-laki 42 51.9 51.9 51.9 perempuan 39 48.1 48.1 100.0 Total 81 100.0 100.0 kelas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid IV 30 37.0 37.0 37.0 V 22 27.2 27.2 64.2 VI 29 35.8 35.8 100.0 Total 81 100.0 100.0 pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cum

Dokumen terkait