METODELOGI PENELITIAN
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk memperoleh data penelitian. Dalam penelitian ini, penulis menyusun instrumen yang berupa kuesioner (angket), observasi/pengamatan, dan data dokumentasi. Jenis-jenis instrumen penelitian adalah sebagai berikut:
1) Kuesioner (angket)
Angket merupakan instrumen pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menggunakan pertanyaan yang harus dikerjakan atau dijawab oleh orang
Mia Rosalina, 2013
“Angket (kuesioner) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.” Setelah pengertian mengenai angket (kuesioner) tersebut, hal
lain yang menjadi pertimbangan dasar dalam penggunaan angket atau kuesioner, sebagaimana diungkapkan oleh Arief (1982:70) sebagai berikut:
1. Agar hasil pengukuran terhadap variabel yang diteliti dapat dianalisa dan diolah secara statistik.
2. Dengan alat pengumpul data tersebut memungkinkan dapat diperoleh data yang objektif.
3. Dengan alat pengumpul data itu, memungkinkan penelitian dilakukan dengan mudah serta lebih dapat menghemat waktu, biaya, dan tenaga.
Dalam penelitian ini, angket digunakan untuk mengumpulkan data tentang intensitas belajar gerak siswa yang dijawab oleh guru penjas SD Negeri di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon. Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, yaitu angket yang disajikan dalam bentuk pernyataan-pernyataan yang sudah tersusun, dimana responden tinggal memilih
atau memberi tanda ceklish (√) pada kolom alternatif jawaban sesuai dengan
keadaan yang dirasakan pribadinya. Dalam alternatif jawaban penulis menyediakan pilihan jawaban yang sudah ditentukan, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Langkah-Langkah menyusun angket adalah sebagai berikut:
a) Melakukan spesifikasi data dengan menggunakan acuan teoritis penyusunan angket
Spesifikasi data bertujuan untuk menjabarkan ruang lingkup masalah yang akan diukur secara terperinci. Untuk lebih jelas dan memudahkan penyusunan spesifikasi data tersebut, maka penulis tuangkan dalam bentuk kisi-kisi yang mengacu pada teori dari masing-masing variabel.
Nurkholif Hazim (2005: 191) bahwa: “Intensitas adalah kebulatan tenaga yang dikerahkan untuk suatu usaha”. Jadi intensitas secara sederhana dapat
Mia Rosalina, 2013
maka akan menunjukan hasil yang baik, sebagaimana pendapat Sadirman (1996: 85), yang menyatakan bahwa intensitas belajar siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian tujuan belajarnya yakni meningkatkan prestasinya.
Perkataan intensitas sangat erat kaitannya dengan motivasi, antara keduanya tidak dapat dipisahkan sebab untuk terjadinya itensitas belajar atau semangat belajar harus didahului dengan adanya motivasi dari siswa itu sendiri. Sebagaimana Sardiman (1996: 84) menyatakan: “Belajar diperlukan adanya
intensitas atau semangat yang tinggi terutama didasarkan adanya motivasi.”
Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas belajar siswa.
Intensitas belajar gerak adalah usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan penuh semangat untuk mencapai tujuan realitas dari motivasi dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan yaitu peningkatan prestasi, sebab seseorang melakukan usaha dengan penuh semangat karena adanya motivasi sebagai pendorong pencapaian prestasi dihubungkan dengan latihan atau pengalaman yang mengarah pada perubahan yang relatif permanen dalam kemampuan seseorang untuk menampilkan gerakan-gerakan yang terampi (Echols dalam Shadily 1993: 326).
Intensitas merupakan realitas dari motivasi dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan yaitu peningkatan prestasi, sebab seseorang melakukan usaha dengan penuh semangat karena adanya motivasi sebagai pendorong pencapaian prestasi. Belajar gerak adalah sebagai “Serangkaian proses yang dihubungkan
dengan latihan atau pengalaman yang mengarah pada perubahan yang relatif permanen dalam kemampuan seseorang untuk menampilkan gerakan-gerakan yang terampil (Schmidt yang dikutip Mahendra, 1998: 122). Jadi, intensitas belajar gerak adalah usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan penuh semangat untuk mencapai tujuan realitas dari motivasi dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan yaitu peningkatan prestasi, sebab seseorang melakukan usaha dengan penuh semangat karena adanya motivasi sebagai pendorong pencapaian prestasi dihubungkan dengan latihan atau pengalaman yang mengarah pada perubahan
Mia Rosalina, 2013
gerakan yang terampil.
b) Penyusunan Kisi-Kisi Angket
Perlu dijelaskan bahwa dalam menyusun pernyataan agar responden dapat menjawab salah satu alternatif jawaban, maka pernyataan-pernyataan tersebut disusun dengan berpedoman pada penjelasan Surakmand (1990: 184) sebagai berikut:
a. Setiap pernyataan sejelas-jelasnya dan seringkas-ringkasnya.
b. Mengajukan pernyataan-pernyataan yang memang dapat dijawab oleh responden, pernyataan mana yang tidak menimbulkan kesan negatif.
c. Sifat pernyataan harus netral dan objektif.
d. Mengajukan hanya pernyataan yang jawabannya tidak dapat diperoleh dari sumber lain.
e. Keseluruhan pernyataan dalam angket harus sanggup mengumpulkan kebulatan jawaban untuk masalah yang kita hadapi.
Dari uraian yang dipaparkan sebelumnya, maka dalam menyusun pernyataan dalam angket ini harus bersifat jelas, ringkas, dan tegas. Dari beberapa teori di atas, dilakukan penyusunan kisi-kisi angket yang dijadikan acuan untuk membuat kisi-kisi instrumen intensitas belajar gerak. Dari beberapa teori yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat dibuat definisi intensitas belajar gerak siswa dalam Tabel 3.3.
Mia Rosalina, 2013
Tabel 3.3.
Kisi-kisi Instrumen Variabel Intensitas Belajar Gerak
Komponen Variabel
Sub
Komponen Indikator
Intensitas belajar gerak adalah usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan penuh semangat untuk mencapai tujuan realitas dari motivasi dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan yaitu peningkatan prestasi, sebab seseorang melakukan usaha dengan penuh semangat karena adanya motivasi sebagai pendorong pencapaian prestasi dihubungkan dengan latihan atau pengalaman yang mengarah pada perubahan yang relatif permanen dalam kemampuan seseorang untuk menampilkan gerakan-gerakan yang terampil. (John M. Echols dalam Shadily 1993: 326).
a. Motivasi a. Tekun menghadapi tugas.
b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).
c. Lebih senang bekerja mandiri. d. Cepat bosan pada tugas–tugas rutin. e. Dapat mempertahankan pendapatnya. b. Durasi
Kegiatan
Kemampuan penggunaan waktu untuk melakukan kegiatan, meliputi :
Lamanya waktu yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan PBM penjas di SD. c. Frekuensi
Kegiatan
Berapa sering kegiatan dilakukan dalam Periode waktu tertentu.
d. Presentasi Gairah, keinginan atau harapan yaitu maksud, rencana, cita-cita atau sasaran, target dan yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan meliputi : keinginan yang kuat bagi siswa untuk belajar.
e. Arah sikap Sikap sebagai suatu kesiapan pada diri seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal yang bersifat positif ataupun negatif. Dalam bentuknya yang negatif akan terdapat kecenderungan untuk menghindari, membenci, bahkan tidak menyukai objek tertentu. Sedangkan dalam bentuknya yang positif kecendrungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, dan mengharapkan objek tertentu. Contohnya, apabila siswa menyenangi materi tertentu maka dengan sendirinya siswa akan mempelajari dengan baik. Sedangkan apabila tidak menyukai materi tertentu maka siswa tidak akan mempelajari kesan acuh tak acuh.
f. Minat 1. Adanya perhatian.
Indikator adanya perhatian dijabarkan menjadi tiga bagian yaitu:
perhatian terhadap bahan pelajaran penjas.
Mia Rosalina, 2013
Tabel 3.3. (Lanjutan)
Langkah selanjutnya setelah membuat kisi-kisi angket, peneliti membuat pernyataan berdasarkan indikator dalam setiap sub komponen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4.
Pernyataan Angket Intensitas Belajar Gerak Siswa
Sub Komponen
Indikator Pernyataan No Soal
Motivasi a. Tekun menghadapi
tugas.
b. Ulet menghadapi kesulitan. c. Lebih senang
bekerja mandiri.
Siswa mengerjakan tugas PBM penjas dengan baik tanpa ada paksaan.
Siswa mengerjakan tugas PBM penjas dengan bantuan teman. Siswa bertanya apabila ada materi
yang tidak dipahami dalam PBM penjas.
Siswa lebih senang dalam mengerjakan tugas penjas secara mandiri.
Siswa tidak begitu senang ketika
1
7
14 18
2. Adanya ketertarikan.
Ketertarikan dibedakan menjadi :
ketertarikan terhadap bahan pelajaran
penjas. 3. Rasa senang.
Rasa senang meliputi :
rasa senang mengetahui bahan belajar penjas.
memahami bahan belajar penjas.
kemampuan menyelesaikan soal-soal pembelajaran penjas.
g. Aktivitas a. Melakukan karena instruksi guru. b. Melakukan karena mata pelajaran.
c. Melakukan dengan sungguh-sungguh dalam setiap jam pelajaran.
Mia Rosalina, 2013
individu.
Tabel 3.4. (Lanjutan)
d. Cepat bosan pada tugas–tugas rutin.
e. Dapat
mempertahankan pendapatnya.
Siswa merasa bosan apabila diberikan materi PBM penjas yang itu-itu saja.
Mempertahankan argumentasi apabila pendapatnya diyakini benar. Tidak pernah berpendappat dalam
belajar penjas. 25 28 30 Durasi Kegiatan
Lamanya waktu yang digunakan untuk melaksanakan
kegiatan PBM penjas di SD.
Pembelajaran penjas memerlukan waktu yang lama.
Pembelajaran penjas tidak memerlukan waktu yang lama.
2 8 Frekuensi Kegiatan a. Frekuensi melakukan kegiatan PBM penjas di SD dalam seminggu. b. Frekuensi melakukan kegiatan PBM penjas di SD dalam sebulan. c. Frekuensi melakukan kegiatan PBM penjas di SD dalam satu semester.
Siswa mengikuti pelajaran penjas setiap minggu.
Siswa tidak mengikuti pelajaran penjas dalam setiap minggu.
Pada setiap bulan siswa selalu mengikuti tes pelajaran penjas. Ada beberapa siswa yang tidak
mengikuti tes dengan alasan tertentu.
Setiap satu semester siswa mengikuti ujian akhir semester pelajaran penjas.
Ada beberapa siswa yang tidak mengikuti ujian akhir semsester dengan alasan tertentu.
3 15 19 22 26 29
Presentasi Gairah, keinginan atau
harapan yang keras yaitu maksud, rencana, cita-cita atau sasaran, target dan idolanya yang hendak dicapai dengan
Siswa dapat mempraktekan beberapa materi dari hasil
pembelajaran penjas dengan baik dan benar.
Siswa tidak mampu mempraktekan hasil pembelajaran penjas dengan baik.
10
Mia Rosalina, 2013
Tabel 3.4. (Lanjutan) dilakukan meliputi :
keinginan yang kuat bagi siswa untuk belajar.
Arah Sikap Sikap sebagai suatu
kesiapan pada diri siswa.
Siswa mempersiapkan diri dan sigap dalam mengikuti pembelajaran penjas.
Siswa tidak memiliki persiapan dan kesiapan diri dalam mengikuti pembelajaran penjas. 4 11 Minat a. Adanya perhatian. b. Adanya ketertarikan. c. Rasa senang.
Siswa memperhatikan setiap item pelajaran yang disampaikan guru pada saat pelajaran penjas dengan baik.
Siswa kurang memperhatikan setiap item pelajaran penjas dengan baik.
Siswa sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran penjas. Siswa tidak antusias dalam
mengikuti pelajaran penjas Siswa merasa senang dan tidak
pernah merasa terpaksa dalam mengikuti pelajaran penjas. Siswa tidak bersemangat dan
bermalas-malasan dalam mengikuti pembelajaran penjas. 5 16 12 20 23 27
Aktivitas a. Melakukan karena
instruksi guru. b. Melakukan karena
mata pelajaran c. Melakukan dengan
sungguh-sungguh dalam setiap jam pelajaran.
d. Melakukan secara aktif.
Melaksanakan kegiatan
pembelajaran penjas di sekolah karena atas perintah guru.
Mengikuti pelajaran penjas karena termasuk kedalam mata pelajaran. Setiap instruksi gerakan yang
diperintahkan guru, saya melakukannya dengan konsentrasi. Selama pelajaran penjas sedang
berlansung, para siswa tidak pernah berdiam diri.
6
13
17
Mia Rosalina, 2013
c) Penyusunan Angket
Indikator-indikator yang telah dirumuskan selanjutnya dijadikan bahan penyusunan butir-butir pertanyaan atau soal dalam angket. Butir-butir pernyataan atau soal tersebut dibuat dalam bentuk pernyataan-pernyataan dengan kemungkinan jawaban yang tersedia. Mengenai alternatif jawaban dalam angket digunakan skala Likert dengan kategori penyekoran seperti terlihat pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5.
Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban Skala Likert
No Alternatif jawaban
Skor alternatif jawaban
1 Sangat Setuju 1
2 Setuju 2
3 Tidak setuju 3
4 Sangat tidak Setuju 4
1. Observasi/Pengamatan
Pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan kegiatan pengamatan langsung terhadap obyek-obyek yang diteliti di lapangan untuk memperoleh gambaran informasi dan keterangan yang relevan dengan objek penelitian.
2. Dokumentasi
Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen baik yang berada di sekolah ataupun yang berada berada di luar sekolah, yang ada hubungannya dengan penelitian tersebut. Dalam penelitian ini data dokumentasi adalah setiap bahan tertulis yang disimpan dan dirawat
Mia Rosalina, 2013
memanfaatkannya. Data dokumentasi dalam penelitian digunakan untuk mengumpulkan data tentang kualifikasi guru, sertifikat pendidik dan hasil belajar siswa SD Negeri di Kota Cirebon. Adapun bentuk instrumen penelitian yang digunakan oleh penulis adalah sebagai berikut :
a. Kualifikasi Guru Diambil Melalui Data Dokumentasi
Kualifikasi akademik sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
RI No. 18 Tahun 2007 yaitu “Tingkat pendidikan formal yang telah dicapai
sampai dengan guru mengikuti sertifikasi, baik pendidikan gelar (S1, S2, atau S3) maupun non gelar (D4 atau Post Graduate Diploma), baik di dalam maupun di luar negeri. Bukti fisik yang terkait dengan komponen ini dapat berupa ijazah atau
sertifikat diploma.” Landasan hukum lainnya adalah Permendiknas No. 16 Tahun
2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, dimana disebutkan bahwa setiap guru wajib memenuhi standar kualitas akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara nasional, dan juga bahwa guru-guru yang belum memenuhi kualifikasi akademik diploma empat (D-IV) atau sarjana akan diatur dengan peraturan menteri tersendiri.
Data mengenai kualifikasi yang dimiliki oleh guru penjas di SD, diketahui melalui ijazah hasil pendidikan guru terakhir yang dimilikinya dan melalui pengalaman mengikuti pelatihan atau penataran guru tentang materi pembelajaran penjas di SD. Data yang diperoleh merupakan data demografi, sehingga penulis menentukan kriteria penilaian kualifikasi guru penjas di SD sebagai berikut: 1) Nilai 1 = Untuk Ijazah D-III
2) Nilai 2 = Untuk Ijazah D-IV 3) Nilai 3 = Untuk Ijazah S1 4) Nilai 4 = Untuk Ijazah S2
b. Sertifikasi Guru Dinilai Dengan Dokumentasi
Sertifikasi ini dianggap sebagai amanah dari UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dasar utama pelaksanaan sertifikasi guru adalah UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD) yang disahkan tanggal 30 Desember 2005. Pasal yang menyatakannya adalah pasal 8 yaitu : “Guru wajib
Mia Rosalina, 2013
rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.” Pasal lainnya adalah pasal 11 ayat 1 yaitu “Sertifikat pendidik sebagaimana dalam pasal 8 diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan.
Landasan hukum lainnya adalah UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan yang ditetapkan pada tanggal 4 Mei 2007. Data mengenai sertifikasi yang dimiliki oleh guru penjas SD di Kota Cirebon, diketahui melalui hasil kelulusan sertifikasi dan dibuktikan dengan sertifikat pendidik yang dimilikinya. Jenis data yang diperoleh merupakan data demografi dengan menggunakan kode angka 1 (satu) dan 2 (dua), sehingga penulis menentukan kriteria penilaian sertifikasi sebagai berikut:
1) Kode 1 = Untuk guru yang belum lulus sertifikasi. 2) Kode 2 = Untuk guru yang sudah sertifikasi.
c. Intensitas Belajar Gerak Dinilai Dengan Kuesioner (Angket)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata intensitas adalah kekerapan, suatu kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan berulang-ulang. Kemudian di dalam Duden (2003: 839) intensitas (die Intensitat) diartikan sebagai
“Starke, Kraft, Wirksamkeit (von Handlungen, Ablaufen o.A) : grosse, gleich bleibende, wechselnde.” Hal tersebut dapat diartikan sebagai kemampuan atau
peningkatan suatu kegiatan yang dilakukan secara terus menerus. Menurut Tohar (2004: 55), intensitas adalah takaran yang menunjukkan kadar atau tingkat pengeluaran energi, alat dalam aktivitas jasmani baik dalam latihan maupun pertandingan.
Pada dasarnya belajar gerak (motor learning) merupakan suatu proses belajar yang memiliki tujuan untuk mengembangkan berbagai keterampilan gerak yang optimal secara efisien dan efektif. Seiring dengan itu, Schmidt (1989: 34) dalam Syarifudin (2009:113) menegaskan bahwa belajar gerak merupakan suatu rangkaian asosiasi latihan atau pengalaman yang dapat mengubah kemampuan gerak ke arah kinerja keterampilan gerak tertentu.
Mia Rosalina, 2013
luas kepada anak merupakan tindakan yang bijaksana dalam usaha mempengaruhi perkembangan anak. Melalui gerak, pada dasarnya anak sedang mengadakan interaksi dan komunikasi dengan dunia luarnya dalam usaha melengkapi pengatahuan dan sikapnya. Pengaruh dari proses belajar terhadap ranah kognitif dan afektif bukanlah pengaruh tidak langsung melainkan pengaruh langsung seperti halnya terhadap perkembangan gerak. Dalam pembentukan sikap siswa, Ateng (1994: 35) menegaskan tidak ada media pendidikan serealitas pendidikan gerak untuk menanamkan sikap sportif, seperti menghargai orang lain, bekerja sama, berjuang keras dan sebagainya.
Menurut Kristi (2012: 2) dalam Schmidt (1991) belajar gerak adalah “Suatu rangkaian proses yang berhubungan dengan latihan/pengalaman yang mengarahkan pada terjadinya perubahan-perubahan yang relatif permanen dalam kemampuan seseorang untuk menampilkan gerakan-gerakan yang terampil, yaitu upaya meningkatkan keterampilan gerak tubuh secara keseluruhan dan upaya penguasaan pola-pola gerak keterampilan dalam kaitannya dengan konsep ruang, waktu dan gaya. Menurut Sugiyanto (1994: 27) belajar gerak adalah mempelajari pola-pola gerak keterampilan tubuh. Jadi, intensitas belajar gerak suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang lebih dari satu kali dengan frekuensi yang semakin lama semakin meningkat dengan mempelajari pola-pola gerak keterampilan dalam kaitannya dengan konsep ruang, waktu dan gaya. Pengukuran intensitas belajar gerak merupakan suatu proses pengumpulan data/ informasi tentang kemampuan gerak seseorang/ individu mulai dari alat ukur sampai hasil pengukurannya.
Angket atau kuesioner merupakan salah satu alat pengumpulan data yang dinyatakan kesahihannya oleh banyak ahli statistik. Angket atau kuesioner diartikan sebagai suatu alat pengumpul data yang didalamnya berisikan suatu pernyataan baik secara terbuka ataupun tertutup. Adapun angket yang digunakan dalam penelitian ini ialah angket tertutup, dimaksudkan agar semua jawaban yang diberikan oleh guru penjas dan siswa SD di Kota Cirebon lebih mudah untuk dinilai kerena semua alternatif jawaban sudah ditentukan terlebih dahulu.
Mia Rosalina, 2013
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 pasal 63 ayat 1 tentang Standar
Nasional Pendidikan yaitu “Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri dari (1) penilaian hasil belajar oleh pendidik, (2) penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan (3) penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.
Pasal 68 menjelaskan bahwa “Hasil ujian Nasional digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk (1) pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan (2) dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya (3) penentuan kelulusan peserta didik dari program dan/atau satuan pendidikan (4) pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Dasar hukum lainnya menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 59 Tahun 2011 tentang Kriteria Kelulusan Peserta Didik dari Satuan Pendidikan dan Penyelenggaraan Ujian Sekolah/Madrasah dan Ujian Nasional. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2007 tanggal 11 Juni 2007 tentang Standar Penilaian Pendidik.
Data mengenai hasil belajar siswa, diketahui melalui nilai tri wulan siswa SD. Data yang diperoleh merupakan hasil dari evaluasi belajar siswa, sehingga penulis menentukan kriteria penilaian hasil belajar siswa berdasarkan nilai tri wulan siswa di SD dalam pembelajaran penjas.