• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan penelitian. Hal ini karena perolehan suatu informasi atau relevan tidaknya suatu data tergantung pada alat pengumpul data tersebut. Dalam penelitian mengenai evaluasi pelaksanaan Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Kebijakan Pengembangan Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA) di Kota Tangerang Selatan, peneliti sendiri merupakan alat pengumpul data utama.

Oleh Sugiyono (2012:305) dijelaskan bahwa instrumen atau alat penelitian dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu, peneliti sebagai human instrument sebelum terjun ke lapangan dituntut untuk memiliki pemahaman yang cukup baik mengenai metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya. Lebih lanjut, Sugiyono (2012:306) mengatakan bahwa dalam penelitian kualitatif “the

researcher is the key instrument”, jadi peneliti merupakan instrumen kunci dalam penelitian kualitatif.

Nasution (dalam Sugiyono, 2012:307-308) mengatakan bahwa peneliti layak disebut sebagai instrumen penelitian karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian;

2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus;

3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa tes atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi kecuali manusia; 4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami

dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita;

5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika;

6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, atau perbaikan;

7. Dalam penelitian dengan menggunakan tes atau angket yang bersifat kuantitatif, yang diutamakan adalah respon yang dapat dikuantifikasi agar dapat diolah secara statistik, sedangkan yang menyimpang dari itu tidak dihiraukan. Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang aneh, yang menyimpang justru diberi perhatian. Respon yang lain daripada yang lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti.

3.4.1 Sumber Data Penelitian

Bila dilihat dari sumber datanya, dalam penelitian ini peneliti menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data (peneliti). Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama

atau tempat objek penelitian dilakukan. Sumber data primer ini diperoleh dari informan penelitian melalui kegiatan wawancara maupun observasi. Sumber data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data sekunder didapat melalui berbagai sumber, yaitu jurnal ilmiah, artikel, literatur, laporan, serta berbagai situs di internet yang berkenaan dengan penelitian yang dilakukan.

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah strategis selanjutnya. Hal ini karena tujuan utama dari penelitian itu sendiri adalah untuk memperoleh data. Dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data, diantaranya adalah dengan melakukan wawancara, observasi/pengamatan, dan studi dokumentasi.

1. Wawancara/Interview

Wawancara atau interview adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara (dalam Bungin, 2013:136). Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari informan yang lebih mendalam. Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan wawancara mendalam (in-depth interview) terhadap informan penelitian, hal ini dilakukan

agar peneliti mendapatkan informasi secara menyeluruh dan jelas. Agar hasil wawancara terekam dengan baik dan peneliti memiliki bukti telah melakukan wawancara kepada informan atau sumber data, maka peneliti akan menggunakan alat-alat bantuan seperti buku catatan, phone recorder, dan phone camera. Buku catatan berfungsi untuk mencatat semua percakapan dengan informan penelitian; phone recorder berfungsi untuk merekam semua percakapan atau pembicaraan; dan phone camera digunakan untuk memotret ketika peneliti sedang melakukan pembicaraan dengan informan. Dengan adanya foto ini, maka keabsahan penelitian akan lebih terjamin karena peneliti betul-betul melakukan pengumpulan data.

Teknik wawancara yang digunakan selanjutnya berupa wawancara terstruktur (structured interview) dan wawancara tidak terstruktur (unstructured interview). Menurut Esterberg (dalam Sugiyono, 2012:319-320) wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh, peneliti juga diharuskan membawa pedoman untuk wawancara. Sedangkan wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas, dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

Untuk memudahkan peneliti dalam hal melakukan wawancara terstruktur, maka pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan tertuang dalam dimensi pertanyaan dibawah ini yang mana sesuai dengan model evaluasi kebijakan yang

dikemukakan oleh Daniel Stufflebeam dalam model evaluasi CIPP, yaitu Context Evaluation (Evaluasi Konteks), Input Evaluation (Evaluasi Masukan), Process Evaluation (Evaluasi Proses), dan Product Evaluation (Evaluasi Hasil). Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel 3.4.1 berikut.

Tabel 3.4.1 Pedoman Wawancara

No Aspek Indikator Informan/Sumber

1 Context - Latar belakang program KLA

- Tujuan program KLA - Keunggulan program KLA di Tangerang Selatan - Sosialisasiprogram KLA 1. Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak BPMPPKB Kota Tangerang Selatan

2. Kepala Bidang Sosial Masyarakat Bappeda Kota Tangerang Selatan

3. Kepala P2TP2A Kota Tangerang Selatan 4. Tokoh Pemerhati Anak 2. Input - Sarana dan prasarana

program KLA

- Sumber daya manusia program KLA

- Sumber finansial program KLA

1. Kepala Bidang

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak BPMPPKB Kota Tangerang Selatan 2. Kepala Bidang Sosial

Masyarakat Bappeda Kota Tangerang Selatan

3. Kepala Seksi Bimbingan Keselamatan

Dishubkominfo Kota Tangerang Selatan

4. Kepala Bidang Pencatatan Sipil Disdukcapil Kota Tangerang Selatan 5. Kepala Seksi Pendidikan

Dasar Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan 6. Kepala Seksi Promosi

Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan 7. Kepala P2TP2A Kota

Tangerang Selatan

8. Satuan Tugas Perlindungan Anak Kota Tangerang Selatan

9. Tokoh pemerhati anak

No Aspek Indikator Informan/sumber

3. Process - Hambatan program KLA

- Tantangan ke depan program KLA

- Kekuatan Aparatur Sipil Negara/Pemerintah Kota Tangerang Selatan

1. Kepala Bidang

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak BPMPPKB Kota Tangerang Selatan

2. Kepala Bidang Sosial Masyarakat Bappeda Kota Tangerang Selatan

3. Tokoh pemerhati anak

No Aspek Indikator Informan/sumber

4. Product - Dampak pada anak - Dampak sosial - Dampak regulasi

1. Kepala Bidang

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak BPMPPKB Kota Tangerang Selatan 2. Kepala Bidang Sosial

Masyarakat Bappeda Kota Tangerang Selatan

3. Tokoh pemerhati anak Sumber: Peneliti (2016)

2. Observasi/Pengamatan

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain. Observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindra mata serta dibantu dengan pancaindra lainnya (dalam Bungin, 2013:143).

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan metode pengumpulan data pelengkap. Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Jadi,

di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, laporan-laporan, dan sebagainya (dalam Arikunto, 2006:158).

Dokumen terkait