• Tidak ada hasil yang ditemukan

Instrumen yang digunakan pada saat studi pendahuluan berupa lembar observasi dan pedoman wawancara yang digunakan untuk melakukan wawancara dengan guru pada saat obeservasi mengenai kondisi awal dari sekolah, guru, dan peserta didik, serta pembelajaran yang telah dilaksanakan di kelas. Selanjutnya instrumen yang digunakan dalam uji validasi LKPD berupa angket skalaLikertdengan 4 skala yaitu Sangat Baik, Baik, Cukup Baik, dan Kurang Baik, yang diserahkan kepada ahli materi, ahli desain, dan ahli bahasa.

Instrumen angket respon pendidik berupa angket yang kemudian diberikan kepada pendidik yang dianggap berkompeten dalam pendidikan matematika di SMAN 1 Kibang Lampung Timur. Dua orang pendidik yaitu Drs. Suparno, M.Pd dan Devie Ambarwati, M.Pd. Instrumen angket untuk peserta didik diberikan kepada lima orang peserta didik dengan kemampuan yang berbeda-beda diberikan angket berupa penilaian LKPD dan kisi-kisinya. Angket berbentuk skalaLikertdengan penilaian skala 4 dengan kategori Sangat Baik, Baik, Cukup Baik, dan Kurang Baik. Instrumen pada saat uji lapangan atau uji pelaksanaan lapangan terdiri atas tes kemampuan berpikir kritis. Tes kemampuan berpikir kritis digunakan untuk mengukur efektivitas penggunaan LKPD untuk pembelajaran berbasis masalah antara kelas eksperimendan kelas kontrol. Sebelum tes kemampuan berpikir kritis digunakan pada saat uji lapangan, terlebih dahulu tes tersebut divalidasi dan

37 kemudian diujicobakan pada kelas lain (kelas uji coba) untuk diketahui tingkat kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitas soal. Berikut pemaparan mengenai tahapan dari uji validitas sampai uji reliabilitas tes kemampuan berpikir kritis.

1) Uji Validitas

Setelah tes sudah disusun, kemudian tes akan diuji kevaliditasannya. Untuk mengukur validitas tes digunakan analisis faktor, yaitu dengan

mengorelasikan antara skor item instrumen dengan rumusPearson Product Momentyang dikemukakan oleh Pearson (dalam Sudjana, 2005) sebagai berikut:

= ( )( )

{ ( ) }{ ( ) }

dimana:

: koefisien korelasi antara variabel X dan Variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan

: jumlah skor item

: jumlah skor total seluruh item n :jumlah responden

Distribusi (Tabelr) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n–2) Kaidah keputusan : Jika berarti valid, sebaliknya

< berarti tidak valid

Tabel 3.1 menyajikan hasil validitas instrumen tes berpikir kritis matematis. Perhitungan secara detail terdapat pada Lampiran 15.

38 Tabel 3.1 Validitas Instrumen Tes Berpikir Kritis Matematis

Nomor Soal rxy Keterangan

1 0,67 Valid 2 0,69 Valid 3 0,53 Valid 4a 0,35 Valid 4b 0,62 Valid 5 0,30 Valid 2) Tingkat Kesukaran

Soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar merupakan soal yang baik. Tingkat kesukaran digunakan untuk menentukan derajat kesukaran suatu butir soal. Menurut Sudijono (2008:372) untuk menghitung tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan rumus :

TK = J I Keterangan:

TK : tingkat kesukaran suatu butir soal

JT : jumlah skor yang diperoleh peserta didik pada butir soal yang diperoleh

IT : jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh peserta didik pada suatu butir soal

Tabel 3.2 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran

Nilai Interpretasi 0,00≤ TK ≤ 0,15 Sangat sukar 0,16≤ TK ≤ 0,30 Sukar 0,31≤ TK ≤ 0,70 Sedang 0,71≤ TK ≤ 0,85 Mudah 0,86≤ TK ≤ 1,00 Sangat mudah Sudijono (2008: 372)

39 Untuk menginterpretasikan tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan kriteria indeks kesukaran yang tertera pada Tabel 3.2. Hasil perhitungan tingkat kesukaran ditunjukkan pada Tabel 3.3. Perhitungan lengkap terdapat pada Lampiran 15.

Tabel 3.3 Tingkat Kesukaran Butir Soal No. Butir Soal Indeks TK Interpretasi

1 0,67 Sedang 2 0,54 Sukar 3 0,69 Sedang 4a 0,70 Mudah 4b 0,67 Sedang 5 0,50 Sedang

3) Uji Daya Pembeda

Daya pembeda suatu butir tes adalah kemampuan suatu butir untuk

membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dan berkemam-puan rendah. Daya beda butir dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya tingkat diskriminasi ata angka yang menunjukkan besar kecilnya daya beda. Berikut rumus yang digunakan untuk menghitung daya beda.

DP =JA JB NA Keterangan :

DP = Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu JA = Jumlah jawaban benar pada kelompok atas JB = Jumlah jawaban benar pada kelompok bawah IA = Jumlah skor peserta didik ideal kelompok

40 Penafsiran interpretasi nilai daya pembeda butir tes digunakan kriteria

menurut Sudijono (2008) yang tertera pada Tabel 3.4 dan Lampiran 18. Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Daya Pembeda

Nilai Interpretasi

DP≤ 0,10 Sangat Buruk

0,10≤ DP ≤ 0,19 Buruk

0,20≤ DP ≤ 0,29 Agak baik, perlu revisi 0,30≤ DP ≤ 0,49 Baik

DP≥ 0,50 Sangat Baik Sumber: Sudijono (2008:121)

Kriteria soal tes yang digunakan dalam penelitian ini memiliki interpretasi baik, yaitu memiliki nilai daya pembeda≥ 0,30. Hasil perhitungan daya pembeda butir soal yang telah diujicobakan disajikan pada Tabel 3.5. Tabel 3.5 Daya Pembeda Soal Tes

No. Butir Soal Nilai DP Interpretasi

1 0,67 Sangat Baik 2 0,42 Baik 3 0,38 Baik 4a 0,33 Baik 4b 0,67 Sangat Baik 5 0,33 Baik 4) Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan kepadakeajeganhasil pengukuran. Setiap jawaban yang benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberiskor 0 dan pengujian hanya dilakukan sekali. Terdapat berbagai metode yang dapat digunakan untuk mengestimasi reliabilitas. Dalam penelitian ini untuk menghitung

41 tingkat reliabilitas tes digunakan rumusCronbach Alphayaitu :

RumusCronbach Alphadalam Sudijono (2008) adalah sebagai berikut.

               2 2 11 1 1 i i n n r δ δ Keterangan : 11

r = Koefisien reliabilitas yang dicari

2 i

δ

 = Jumlah varians skor tiap-tiap item

2 i

δ = Varians total

Selanjutnya koefisien reliabilitas yang diperoleh diinterpretasikan ke dalam klasifikasi koefisien reliabilitas menurut Guilford dalam Ruseffendi

(2005:148) yang tercantum dalam Tabel 3.6 dan Lampiran 17. Tabel 3.6 Koefisien Reliabilitas

Koefisien Reliabilitas Interpretasi

0,90≤rxy< 1,00 Relibilitas sangat tinggi 0,70≤rxy< 0,90 Reliabilitas tinggi 0,40≤rxy< 0,70 Reliabilitas sedang 0,20≤rxy< 0,40 Reliabilitas rendah

rxy <0,2 Reliabilitas sangat rendah Sumber: Guilford (dalam Ruseffendi, 2005:148)

Berdasarkan hasil perhitungan uji coba instrumen berpikir kritis, diperoleh nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,69. Artinya soal yang digunakan dalam penelitian konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen yang diujicobakan memiliki reliabilitas yang sedang sehingga instrumen tes ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis peserta didik.

42 F. Teknik Analisis Data

Data studi pendahuluan yang berupa hasil wawancara, hasilreviewberbagai jurnal penelitian yang relevan, hasil penelaahan buku-buku pelajaran khususnya

matematika kelas X SMA dianalisis secara deskriptif dan digunakan sebagai acuan untuk menyusun LKPD.

Data yang diperoleh pada tahap validasi adalah data hasil penilaian validator terhadap LKPD berbasis modelProblem Based Learningmelalui lembar validasi. Lembar validasi tersebut memuat indikator-indikator kelayakan LKPD sesuai dengan panduan penilaian LKPD dari depdiknas yang meliputi lembar validasi ahli materi, ahli desain, dan ahli bahasa. Beberapa kriteria yang menjadi penilaian dari ahli materi seperti aspek kelayakan isi yang meliputi: kesesuaian materi dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar, keakuratan materi, kemutahiran materi, dan keberadaan LKPD dalam mendorong keingintahuan peserta didik. Kemudian aspek kelayakan penyajian yang meliputi: teknik penyajian,

kelengkapan penyajian, penyajian pembelajaran, koherensi dan keruntutan alur pikir yang disajikan dalam LKPD. Kemudian aspek pemberian masalah dan penilaian yang tercantum dalam pembelajaran berbasisProblem Based Learning (PBL) yang meliputi karakteristik PBL, dan sistem evaluasi.

Beberapa kriteria yang menjadi penilaian dari ahli desain yaitu aspek kelayakan kegrafikan yang meliputi ukuran, desain isi, dan desan sampul LKPD. Kemudian aspek kelayakan bahasa meliputi kelugasan, komunikatif, dialogis dan interaktif, kesesuaian dengan perkembangan peserta didik, kesesuaian dengan kaidah bahasa dan penggunaan istilah, simbol, maupun lambang.

43 Beberapa kriteria yang menjadi penilaian dari ahli bahasa yaitu aspek kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik, meliputi: kesesuaian soal atau permasalahan dengan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, sesuai dengan ejaan yang disempurnakan. Kemudian aspek komunikasi, meliputi: keterpahamam peserta didik terhadap masalah, dan kesesuaian ilustrasi atau gambar dengan materi yang disampaikan. Kemudian aspek koherensi dan kohesi, meliputi: ketertautan antarkalimat dalam paragraf, keterkaitan antarparagraf, dan keutuhan makna dalam soal/permasalahan. Terakhir adalah aspek kesesuaian dengan bahasa indonesia yang baik dan benar, meliputi: ketepatan ejaan bahasa, dan ketepatan tata bahasa. Teknik analisis data pada tahap ini meliputi teknik analisis deskripstif kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif. Data kualitatif berupa masukan dan saran perbaikan LKPD berbasis modelProblem Based Learningdari ahli materi, ahli desain, dan ahli bahasa dideskriptifkan secara deskriptif kualitatif sebagai panduan untuk merevisi LKPD berbasis modelProblem Based Learning. Data kuantitatif berupa data skor penilaian ahli materi, ahlidesain, dan ahli bahasa dari lembar validasi yang diisi oleh para ahli dianalisis dengan acuan yang diadaptasi dengan menggunakan skalaLikertdengan 4 skala yang nantinya akan

dideskriptifkan secara kualitatif. Skala yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan ini adalah 4 skala berikut.

a) Kurang baik dengan skor 1. b) Cukup baik dengan skor 2. c) Baik dengan skor 3.

44 Kategori penilaian dan interval nilai untuk masing-masing kategori ditunjukkan pada Tabel 3.7 berikut.

Tabel 3.7 Interval Nilai Untuk Tiap Kategori Penilaian. No Kategori penilaian Interval nilai

1 Sangat Baik (Smin + 3p)≤ SSmaks

2 Baik (Smin + 2p)≤S≤(Smin + 3p–1) 3 Cukup Baik (Smin +p)≤S≤(Smin + 2p–1) 4 Kurang Baik Smin≤S≤(Smin +p–1) Sumber: Khayati (2015: 63)

Keterangan:

S : Skor responden Smin : Skor terendah Smaks : Skor tertinggi

p : Panjang kelas interval

Langkah-langkah menyusun kriteria penilaian di atas adalah a) Menentukan jumlah interval, yaitu 4.

b) Menentukan rentang skor, yaitu skor maksimum dan skor minimum. c) Menghitung panjang kelas (p)yaitu rentang skor dibagi jumlah kelas. d) Menyusun kelas interval dimulai dari skor terkecil sampai terbesar.

Selanjutnya teknik analisis data angket respon pendidik terhadap LKPD berbasis modelProblem Based Learningdilakuan dengan menganalisis angket pendidik terkait dengan kesesuaian materi, keakuratan materi, kebahasaan, dan penyajian materi. Angket dianalisis secara deskriptif dengan menjumlahkan skor yang diperoleh pada lembar penilaian LKPD berbasis modelProblem Based Learning.

45 Teknik analisis data validasi LKPD berbasis modelProblem Based Learningoleh peserta didik dilakukan dengan menganalisis angket peserta didik pada setelah dilakukan pemberian lembar penilaian validasi LKPD berbasis modelProblem Based Learning. Teknik analisis ini digunakan untukmengukur tingkat

keterbacaan peserta didik, ketertarikan peserta didik untukmenggunakan LKPD berbasis modelProblem Based Learning. Angket respon peserta didik dianalisis dengan menggunakan skalaLikertdengan empat kriteria, interval nilai dan kategori dari skalaLikertyang digunakan pada tahap uji coba sama dengan interval nilai dan kategori yang digunakan pada saat teknik analisis kelayakan LKPD, yaitu Tabel 3.3.

Teknik analisis data saat uji coba LKPD berbasis modelProblem Based Learning terbagi menjadi dua yaitu teknikanalisis terhadap kemampuan berpikir

kritispeserta didik dan teknik analisis terhadap angketrespon peserta didik pengguna LKPD.

a) Teknik Analisis Data Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

Teknik analisis data pada tahap ini terbagi menjadi dua, yaitu analisis data awal atau sebelum uji pelaksanaan lapangan yang meliputi uji keseimbangan dan teknik analisis data akhir setelah uji pelaksanaan lapangan atau uji hipotesis. Sebelum dilakukan uji keseimbangan, dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan homogenitas. Uji keseimbangan digunakan untuk mengetahui bahwa sampel yang terdiri atas kelas eksperimen dan kontrol keduanya mempunyai kemampuan awal yang sama, sedangkan uji

46 hipotesis digunakan untuk mengetahui efektivitas penggunaan LKPD berbasis modelProblem Based Learningdalam pembelajaran di kelas.

1) Uji Normalitas

Uji normalitas data dilakukan untuk melihat apakah kedua sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau sebaliknya. Pada penelitian ini pengujian normalitas menggunakanSoftware PASW Statistic 18atau lebih dikenal denganSPSS.Peneliti memilihSPSS versi 18 karena lebih simpel, mudah digunakan, dan kapasitas software-nya tidak terlalu besar sehingga memudahkan dalam pengoperasiansoftware-nya. Peneliti menitikberatkan padaSignificanceatau lebih dikenal dengan Sigpada pengujianKolmogorov-Smirnovyang tampil padaoutput SPSS.NilaiSigakan dibandingkan denganα= 0,05 dengan asumsi sebagai berikut.

H0:kedua data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1:kedua data sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.

JikaSig>α,maka H0diterima. 2) Uji Homogenitas

Uji homogenitas varians digunakan padasoftware SPSSadalah ujiLevene. UjiLeveneini nantinya akan muncul pada tampilanoutput SPSS.NilaiSig padaLeveneakan dibandingkan denganα yaitu sebesar 0,05. Asumsi yang digunakan sebagai berikut.

47 H0: σ12= σ22 (varian kedua kelompok populasi homogen)

H1: σ12≠ σ22 (varian kedua kelompok populasi tidak homogen) JikaSig >α= 0,05, maka H0diterima.

3) Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas, selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Analisis data ujitdua pihak(2-tailed T-test)dua sampel independen menggunakansoftware SPSS dengan memerhatikan nilaiSignificanceatauSig. Asumsi yang digunakan sebagai berikut

= (tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan modelProblem Based Learningdengan rata-rata kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan pembelajaran konvensional) (terdapat perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan modelProblem Based Learningtidak sama dengan rata-rata kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan pembelajaran konvensional)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakanSPSS, maka diperoleh kesimpulan yaitu, hasil analisis menggunakanuji t SPSSterhadap hasil kemampuan berpikir kritis menunjukkan bahwameankelas eksperimen sebesar 84,76 dibandingkan denganmeankelas kontrol sebesar 79,03. Hal ini

menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan LKPD berbasis modelProblem Based Learningmemberikan kemampuan berpikir kritis yang lebih tinggi

dibandingkan dengan pembelajaran yang tidak menggunakan LKPD berbasis modelProblem Based Learningpada materi pokok peluang kelas X SMA. B. Saran

Berdasarkan kesimpulan, maka diperoleh saran sebagai berikut:

1. Penelitian dan pengembangan LKPD berbasis modelProblem Based Learningpada materi peluang kelas X SMA diharapkan bisa memberikan wawasan dan salah satu acuan bagi guru untuk bisa mengembangkan sendiri bahan ajar atau LKPD bagi peserta didiknya dan bisa menjadi salah satu bahan ajar atau LKPD yang dapat membantu guru dan peserta didik dalam pembeajaran khususnya pembelajaran dengan modelProblem Based Learning.

80 2. Peneliti tidak melakukan tidak terlalu mendalam ketika menggali

karakteristik peserta didik. Peneliti hanya melakukan wawancara dan observasi terhadap karakteristik peserta didik. Disarankan kepada peneliti lain untuk melakukan penyebaran angket kemampuan awal peserta didik. 3. Hasil penelitian ini yang berupa LKPD berbasis modelProblem Based

Learningdiharapkan bisa menjadi inspirasi bagi peneliti lain untuk melanjutkan dan menjadikan LKPD berbasis modelProblem Based Learningdalam bentuk bahan ajar lain yang lebih bervariasi.

Dokumen terkait