• Tidak ada hasil yang ditemukan

Langkah 6. Memberi kesimpulan

B. Tempat dan Waktu Penetitian 1.Tempat Pengertian

9. Instrumen tes

a. Uji Syarat lnstrumen Tes 1. lnstrumen Tes (Kognitif)

Uji persyaratan instrumen tes ini diperoleh melalui pemberian tes pilihan ganda pada siswa dengan syarat intrumen tes sebagai berikut:

a. Uji Validitas

Pengujian validasi tiap butir instrument menggunakan analis item, yaitu mengkorelasi skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Dalam memberi interprestasi terhadap koefisien korelasi, item yang

44 mempunyai korelasi positif dengan korelasi yang tinggi menunjukan bahwa item tersebut tidak tinggi pula. Syarat minimal yang di anggap memenuhi yaitu syarat dengan r hitung ≥ r tabel dengan ά = 0,05. Uji validitas menurut Arikunto ( 2006 : 79 ) menggunakan rumus korelasi biserial :

γ pbi = Mp – Mt / Si √p / q

keterangan :

γ pbi = Koefisien korelasi biserial

Mp = Rerata skor dari subjek yang menjawab benar bagi item yang dicari validitasnya. Mt = Rerator skor total

Si = Standar deviasi dari skor total P = Proporsi siswa menjawab benar Q = Proporsi siswa menjawab salah

Dengan kriteria pengujian jika harga rhit rtabel dengan α=0,05 maka alat ukur tersebut dinyatakan valid,dan sebaliknya apabila rhitung rtabel maka alat ukur tersebut dinyatakan tidak valid.

Setelah peneliti melakukan uji tes pada siklus I, siklus II dan III. Maka diperoleha hasil analisis butir soal sebagai berikut.

Tabel 3. Uji Validitas Butir Soal Siklus I

No. Soal r Tabel r Hitung Keterangan No. 1 0,444 0,602 Valid No. 2 0,444 0,465 Valid No. 3 0,444 0,335 Tidak Valid No. 4 0,444 0,457 Valid No. 5 0,444 0,497 Valid No. 6 0,444 0,468 Valid No. 7 0,444 0,654 Valid No. 8 0,444 0,491 Valid No. 9 0,444 -0,238 Tidak Valid No. 10 0,444 0,304 Tidak Valid No. 11 0,444 0,112 Tidak Valid No. 12 0,444 0,447 Valid

45 No. 13 0,444 0,461 Valid

No. 14 0,444 0,476 Valid No. 15 0,444 0,541 Valid No. 16 0,444 0,221 Valid No. 17 0,444 -0,082 Tidak Valid No. 18 0,444 0,490 Valid No. 19 0,444 -0,040 Tidak Valid No. 20 0,444 0,336 Tidak Valid

Setelah melakukan uji Siklus I dengan jumlah 20 item soal dan terdapat 8 butir soal yang tidak valid, yaitu item soal nomor 3,8,9,10,16,17,19,20 dengan nilai r hitung < r tabel. r tabel (n=20, α=5%) atau sama dengan 0,444.

Tabel 4. Uji Validitas Butir Soal Siklus II

No. Soal r Tabel r Hitung Keterangan No. 1 0,444 0,637 Valid No. 2 0,444 0,215 Tidak Valid No. 3 0,444 0,451 Valid No. 4 0,444 0,476 Valid No. 5 0,444 0,335 Tidak Valid No. 6 0,444 0,481 Valid No. 7 0,444 0,446 Valid No. 8 0,444 0,472 Valid No. 9 0,444 0,127 Tidak Valid No. 10 0,444 0,478 Valid No. 11 0,444 0,494 Valid No. 12 0,444 0,453 Valid No. 13 0,444 0,465 Valid No. 14 0,444 0,456 Valid No. 15 0,444 0,335 Valid No. 16 0,444 0,237 Valid No. 17 0,444 0,327 Tidak Valid No. 18 0,444 0,550 Valid No. 19 0,444 0,539 Valid No. 20 0,444 0,549 Valid

Setelah melakukan uji Siklus II dengan jumlah 20 item soal dan terdapat 6 butir soal yang tidak valid, yaitu item soal nomor 2,5,9,15,16,17 dengan nilai r hitung < r tabel. r tabel (n=20, α=5%) atau sama dengan 0,444.

46 Tabel 5. Uji Validitas Butir Soal Siklus III

No. Soal r Tabel r Hitung Keterangan No. 1 0,444 0,566 Valid No. 2 0,444 0,486 Valid No. 3 0,444 0,519 Valid No. 4 0,444 0,204 Tidak Valid No. 5 0,444 0,430 Valid No. 6 0,444 0,241 Tidak Valid No. 7 0,444 0,491 Valid No. 8 0,444 0,491 Valid No. 9 0,444 0,464 Valid No. 10 0,444 0,314 Tidak Valid No. 11 0,444 0,486 Valid No. 12 0,444 0,452 Valid No. 13 0,444 0,461 Valid No. 14 0,444 0,481 Valid No. 15 0,444 0,476 Valid No. 16 0,444 0,447 Valid No. 17 0,444 0,457 Valid No. 18 0,444 0,457 Valid No. 19 0,444 0,469 Valid No. 20 0,444 0,487 Valid

Setelah melakukan uji Siklus II dengan jumlah 20 item soal dan terdapat 3 butir soal yang tidak valid, yaitu item soal nomor 4,6,10 dengan nilai r hitung < r tabel. r tabel (n=20, α=5%) atau sama dengan 0,444.

b. Uji Realibilitas

Reabilitas atau tingkat ketetapan ( consistensi atau keajegan ) adalah tingkat kemampuan intrumen untuk mengumpulkan data secara tetap dari sekelompok individu. Instrumen yang memiliki tingkat reabilitas tinggi cenderung menghasilkan data yang sama tentang suatu variabel unsur – unsurnya, jika diulang pada waktu berbeda pada kelompok individu yang sama menurut Arikunto (2006 : 101).

47 Pengukuran reabilitas instrumen menurut Arikunto ( 2006 : 101 ) dilakukan dengan menggunakan rumus :

K – R.20. Perhitungan dilkukan secara manual. Berikut ini adalah rumus K – R.20.

R11 = ( k/k – 1 ) ( S² - ∑pq / S² ) Keterangan :

R11 = Reabilitas secara keseluruhan

P = Proporsi subjek yang menjawab item soal dengan benar

Q = Proporsi subjek yang menjawab item soal dengan salah ( q = 1 –p ) ∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q

n = Banyaknya item

S = Standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)

Berdasarkan uji siklus yang sudah dilakukan diperoleh reliabilitas soal pada siklus I yaitu 0,53, pada siklus II diperoleh 0,59 dan pada siklus III diperolah 0,64.

c. Tingkat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Bilangan yang menunjukan mudahnya atau sukarnya suatu soal tersebut disebut dengan indeks kesukaran.

Besarnya indeks kesukaran antara 0,0 sampai 1,0 indeks kesukaran ini menunjukan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukan bahwa soal tersebut terlalu sukar, sebaiknya jika indeks menunjukan 1,0 maka soal tersebut terlalu mudah, sehingga semakin mudah

48 soal tersebut semakin besar bilangan indeksnya. Dalam istilah evaluasi, indeks kesukaran ini diberi simbol P, singkatan dari proporsi”.

Tingkat kesukaran dapat dicari dengan rumus : P= B / JS

Keterangan :

P = Indeks Kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Menurut Arikunto (2006: 208) ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklafikasikan sebagai berikut :

- Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar. - Soal dengan P 0,31 sampai 0,70 adalah soal sedang. - Soal dengan P 0,71 sampai 1,00 adalah soal mudah.

Berdasarkan analisis butir soal untuk uji kesukaran soal dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6. Tingkat kesukaran soal siklus I, Siklus II dan Siklus III

SIKLUS I

No. Soal Kesukaran

soal Kategori 6,18,19,20 0,00 – 0,30 Sukar 1,3,4,5,7,8,10,11,12,13,16, 17 0,31 – 0,70 Sedang 2,9,14,15 0,71 – 1,00 Mudah SIKLUS II 0,00 – 0,30 Sukar 1,3,4,5,8,10,12,13,16,17, 18,19,20 0,31 – 0,70 Sedang 2,6,7,9,11,14,15 0,71 – 1,00 Mudah SIKLUS III 0,00 – 0,30 Sukar 1,13,15,18 0,31 – 0,70 Sedang 2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,14, 16,17,19,20 0,71 – 1,00 Mudah

49 d. Daya Beda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan yang tinggi) dengan siswa yang bodoh (kemampuan rendah) angka yang menunjukan besarnya daya pembeda tersebut disebut indeks diskriminasa disingkat D. Daya pembeda berkisar antara 0,00 sampai 1,00 sama halnya dengan indeks kesukaran namun bedanya pada indeks diskriminasi ini ada tanda negatif. Tanpa negatif pada indeks diskriminasi digunakan jika suatu soal terbalik menunjukan kualitas tes yaitu anak pandai disebut bodoh dan anak bodoh disebut pandai. Suatu soal yang dapat dijawab oleh siswa yang pandai maupun siswa yang bodoh maka soal itu tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda, demikian juga apa bila soal tersebut tidak dapat dijawab benar oleh seluruh siswa pandai maupun siswa baik, maka soal tersebut tidak mempunyai daya beda sehingga soal tersebut tidak baik digunakan untuk tes. Suatu soal yang baik adalah yang dapat dijawab benar oleh siswa yang pandai saja.

Seluruh kelompok tes akan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:

Kelompok atas dan kelompok bawah dengan jumlah yang sama, jika seluruh kelompok atas bisa menjawab soal dengan benar dan kelompok bawah menjawab dengan salah, maka nilai tersebut memiliki D paling besar yaitu 1,00 sebaliknya jika kelompok semua atas menjawab salah dan kelompok bawah menjawab benar, maka nilai D = 1,00 tetapi jika kelompok atas maupun kelompok bawah sama – sama menjawab benar atau salah maka soa; tersebut mempunyai nilai D = 0,00 karena tidak mempunyai daya beda sama sekali.

50 Untuk menentukan indeks diskriminasi digunakan rumus sebagai berikut.

D = BA / JA – BB / JB = PA – PB Dimana :

D = Daya pembeda

JA = Banyaknya peserta kelompok atas JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab salah PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab salah

Klasifikasi daya pembeda D = 0,00 – 0,20 = Jelek D = 0,21 – 0,40 = Cukup D = 0,41 – 0,70 = Baik D = 0,71 – 1,00 = Baik Sekali

Negatif, semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja (Arikunto, 2006 : 213 ).

Tabel 7. Hasil Analisis Daya Beda

SIKLUS I

No. Soal Daya Pembeda Kategori 2,4,5,6,8,11,17 0,00 – 0,20 Jelek 10,12,16,19 0,21 – 0,40 Cukup 3,7,1314,15,18 0,41 – 0,70 Baik 1 0,71 – 1,00 Baik Sekali SIKLUS II 0,00 – 0,20 Jelek 3,4,5,12,16,18 0,21 – 0,40 Cukup 2,6,8,9,10,14,17,19 0,41 – 0,70 Baik 1,7,11,13,15 0,71 – 1,00 Baik Sekali SIKLUS III 6,12,16,20 0,00 – 0,20 Jelek 2,3,4,7,10,11,13,14,15, 17,18,19 0,21 – 0,40 Cukup 1,5,8,9 0,41 – 0,70 Baik 0,71 – 1,00 Baik Sekali 10. Analisis Data

1. Analisis data aktivitas siswa

Analisis data jumlah aktivitas siswa dilakukan dengan membagi dalam beberapa kelompok. Setiap siswa diamati aktivitasnya secara klasikal

51 dalam setiap pertemuan dengan member tanda ceklis pada lembar observasi yang telah diadakan,

Setelah observasi lalu dihitung jumlah aktivitas yang telah dilakukan, kemudian dipresentasikan. Data pada setiap siklus diolah menjadi presentase aktivitas siswa. Seorang siswa dikategorikan aktif minimal 61% dari jenis kegiatan yang telah dilakukan, kemudian dipresentasekan. Hal ini sesuai dengan criteria Arikunto (1992:17) yaitu:

a. Antara 81%-100% adalah aktivitas siswa sangat baik b. Antara61%-80% adalah aktivitas siswa yang baik c. Antara 41%-60% adalah aktivitas siswa cukup d. Antara 21%-40% adalah aktivitas siswa kurang e. Antara 0%-20% adalah aktivitas siswa kurang sekali

Jika lebih dari 61%-80% aktivitas yang dilakukan, maka siswa tersebut sudah termasuk siswa yang aktif. Dapat dilakukan perhitungan persentase keaktifan siswa dengan rumus:

Keterangan:

%A = persentase jumlah siswa yang aktif Na = jumlah siswa yang aktif

52 2. Analisis data hasil belajar siswa

Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual diambil rata-rata tes formatif yang diberikan pada setiapa akhir siklus.

Dokumen terkait