• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTEGRASI STRATEGI PEMBANGUNAN

Gabar 5.4. Konsep Struktur Ruang Kawasan Takawa

5.7. INTEGRASI STRATEGI PEMBANGUNAN

KABUPATEN BUTON DAN SEKTOR STRATEGIS

Terdapat beberapa pertimbangan mendasar dalam menyusun strategi pengembangan tata ruang pesisir Kabupaten Buton yaitu:

 Strategi pengintegrasian antara RTRW untuk wilayah darat dan Rencana Zonasi Tata Ruang Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di Kabupaten Buton.

 Strategi pengembangan tata ruang wilayah yang akan diimplementasikan disusun berdasarkan asumsi bahwa dalam kurun waktu 20 tahun yang akan datang (2011-2031) fokus kebijakan pembangunan Kabupaten Buton ditekankan pada upaya-upaya meningkatkan nilai rate of return wilayah di sektor agromarine sehingga secara bertahap daya saing produk-produk yang dihasilkan oleh Kabupaten Buton dapat berkompetisi pada pasar regional, nasional dan internasional.

 Proses transisi struktur ekonomi akan dilakukan secara bertahap menuju struktur ekonomi yang berbasis pada sumberdaya lokal yang renewable, kompetitif, dan berdampak luas terhadap ekonomi lokal (local multiplier). Proses transisi struktur ekonomi ini akan menuntut proses penguatan kelembagaan ekonomi dan sosial masyarakat serta pemerintah.

 Proses transisi kelembagaan pemerintah dan kelembagaan setingkat propinsi menuju pada kelembagaan kabupaten yang otonom. Sebagai daerah otonom, Kabupaten Buton dituntut untuk meningkatkan kelembagaan agar mampu mengelola pembangunan secara lebih mandiri.  Strategi partisipasi masyarakat tidak kalah pentingnya dalam penyusunan

rencana tata ruang, karena hakikat masyarakatlah yang menjadi obyek utama yang memanfaatkan penataan, sehingga diharapkan munculnya kesadaran untuk mengikuti arahan tata ruang yang hendak dikembangkan. Berdasarkan lima pertimbangan tersebut maka strategi pengembangan tata ruang untuk kegiatan pesisir dan pulau-pulau wilayah Kabupaten Buton dibagi dalam dua bagian : strategi eksternal dan strategi internal.

Strategi eksternal dimaksudkan untuk meningkatkan integrasi ekonomi (khususnya sektor agromarine) Kabupaten Buton dengan wilayah lain, terutama

dengan Kota Bau-Bau, Kabupaten Buton Utara, Kabupaten Muna, Kabupaten Bombana dan wilayah lain di Sulawesi Tenggara maupun wilayah lainnya di Indonesia Bagian Timur sebagai outlet utama untuk masuk ke dalam pasar regional, nasional dan internasional.

Strategi internal ditujukan untuk meningkatkan integrasi spasial dan integrasi sektoral di dalam wilayah Kabupaten Buton.

Dalam konteks strategi eksternal terdapat beberapa langkah yang perlu dilakukan dilakukan yaitu:

 Mengembangkan akses eksternal yang menghubungkan pusat-pusat produksi di Kabupaten Buton dengan pusat-pusat regional dan nasional, serta internasional. Pusat-pusat produksi di Propinsi Sulawesi Tenggara sebagai outlet memasuki pasar regional dan internasional.

 Standarisasi komoditi ekspor dan mencari peluang pasar (utamanya jambu mente dan rumput laut).

 Mengembangkan informasi dan promosi tentang peluang investasi di daerah. Dalam kaitannya dengan strategi internal terdapat beberapa langkah penting yang perlu dilakukan yaitu:

 Meningkatkan aksesibilitas antara ibu kota propinsi dan antar pusat-pusat produksi dalam Kabupaten Buton dengan pusat-pusat pemasaran lokal. Peningkatan aksesibilitas ini dimaksudkan untuk tercapainya integrasi spasial di dalam Kabupaten Buton yang ditunjukan dengan adanya keterkaitan ekonomi antar wilayah. Secara ekonomis keterkaitan spasial akan meningkatkan nilai rate of return dan daya saing wilayah, karena akan mengurangi beban biaya transportasi untuk setiap komoditi yang diproduksi oleh Kebupaten Buton.

 Mengembangkan pola keterkaitan antar berbagai sektor ekonomi sehigga dapat tercapai integrasi sektoral yang dicirikan dengan adanya backward

dan forward linkage diantara sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Buton.

Strategi ini dimaksudkan untuk mengurangi secara bertahap ketergantungan terhadap sektor ekonomi yang cenderung endave, seperti pertambangan yang dianggap masih kurang memberikan local multiplier

dan kesejahteraan masyarakat lokal.

 Pengendalian dan pengembalian fungsi kawasan lindung (khususnya KSM Lambusango dan Kawasan Mangrove) untuk menjaga berfungsinya kawasan lindung sesuai dengan yang telah ditetapkan.

 Mengembangkan kapasitas masyarakat lokal, terutama jiwa wirausaha, untuk terlibat secara lebih luas dalam kegiatan ekonomi. Dalam konteks pengembangan ekonomi wilayah, peningkatan kapasitas masyarakat ini dapat berperan secara signifikan terhadap proses maksimalisasi local

multiplier yang selanjutnya dapat memacu pertumbuhan ekonomi wilayah

secara lebih cepat. Pengembangan kapasitas masyarakat terutama diarahkan pada pengembangan usaha kecil dan menengah yang dikelola secara langsung oleh masyarakat di kawasan-kawasan strategis. Dalam kaitan ini pengembangan lembaga-lembaga pelatihan perlu diintesifkan dan dilakukan melalui kerja sama dengan beberapa lembaga terkait seperti Departemen Kelautan dan Perikanan, asosiasi pengusaha, universitas dan lain-lain.

 Meningkatkan kemampuan lembaga swadaya masyarakat yang biasa menangani pengembangan usaha dan pelatihan yang kaitannya dengan peningkatan keterampilan berwirausaha.

 Pengembangan kemampuan masyarakat dalam kegiatan produksi dan pemasaran untuk menunjang pengembangan ekonomi masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui.

 Meningkatkan akses masyarakat pada sumberdaya pendukung kegiatan produksi untuk mendukung perkembangan kegiatan ekonomi masyarakat dan yang bersifat tradisional ke kegiatan ekonomi yang berorientasi pasar.  Meningkatkan jumlah tenaga kerja produktif.

 Mengembangkan sistem unit pelayanan terpadu (one stop service)

sehingga proses pelayanan publik dan perijinan usaha dapat dilakukan dalam waktu yang singkat. Strategi ini merupakan salah satu bentuk insentif kepada para investor yang dapat dipromosikan, untuk mendorong iklim yang cukup kondusif bagi dunia investasi maka perlu dilakukan beberapa penyederhanaan birokrasi, transparansi proses pembuatan perijinan dari sisi waktu penyelesaian dan biaya yang dibutuhkan, dan jenis serta jumlah perijinan.

 Menciptakan kepranataan yang mendukung penciptaan kondisi yang kondusif bagi pembangunan daerah dalam rangka meningkatkan kemampuan kelembagaan daerah untuk pelayanan masyarakat.

Strategi Perlindungan Ekologi

Di daerah pesisir terdapat berbagai jenis aktivitas yang satu dengan lainnya bisa memiliki kepentingan berbeda sehingga sering menimbulkan konflik kepentingan, seperti pelabuhan dan pelayaran, industri, pertambangan, perikanan, pariwisata dan jasa iingkungan lainnya yang satu dengan lainnya sering memiliki kepentingan berbeda, bahkan bisa saling merugikan, sehingga sering muncul konflik kepentingan dan dampak negatif lainnya terhadap sumberdaya hayati perairan. Selain itu di wilayah pesisir juga terdapat lebih dari satu jenis ekosistem yang secara fisik sangat berbeda, namun secara fungsional saling terkait dan saling tergantung satu sama lainnya.

Demi menjaga keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya hayati pesisir dan laut, maka konsep pembangunan tersebut didasarkan pada prinsip konservasi habitat. Konsep ini menekankan pada pentingnya menjaga keberlanjutan proses pengaliran energi dan pendauran materi/nutrien yang diperankan oleh organisme hidup dalam suatu habitat atau satuan pengelolaan lainnya. Pengaliran energi dan siklus materi/nutrien akan melibatkan suatu hubungan fungsional di antara organisme hidup yang beragam sesuai tingkat perkembangan/kematangan ekosistem.

Upaya pengelolaan yang dilakukan dalam hal ini harus mengoptimalkan aliran energi dan siklus materi melalui organisme target atau komersil tanpa terlalu mengganggu keseimbangan ekosistem dan tidak mengurangi biodiversitas, karena pemutusan suatu mata rantai aliran energi akibat pola pengelolaan yang salah, akan berdampak negatif pada mata rantai berikutnya. Oleh karena itu sistem pengelolaan pesisir harus didasarkan upaya akomodasi kepentingan hingga pada batas-batas yang tidak menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan dan habitat di wilayah pesisir dan laut. Atas dasar hal tersebut maka pengelolaan wilayah pesisir sepatutnya dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan. Keterpaduan menyangkut; (1) keterpaduan ekologis atau wilayah, (2) keterpaduan sektor, (3) keterpaduan disiplin ilmu, dan (4) keterpaduan

stakeholders.

Pengelolaan sumber daya pesisir dan laut harus berorientasi pada upaya yang dapat memperpadukan antara kepentingan pelestarian ekologis dan sumberdaya alam lainnya dan kepentingan pembangunan ekonomi. Keduanya

penting karena pembangunan ekonomi dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pelestarian ekologi dan sumberdaya alam lainnya secara tidak langsung juga dapat terkait dengan kesejahteraan msyarakat di wilayah pesisir dan laut. Sehingga pengelolaan sumberdaya laut harus (1) berorientasi pada peningkatan kesejahteraan ekonomi dan sosial; (2) harus menghindari bentuk kegiatan pembangunan yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan dan kerugian ekonomi lainnya seperti terganggunya aliran energi dan siklus materi, terbentuknya keseimbangan ekologi baru yang kurang menguntungkan dari segi ekonomi dan lingkungan, turunnya biodiversitas dan sistem kekebalan (daya saing) suatu ekosistem dan sumberdaya lingkungan lainnya.

Sistem pengelolaan harus mengadopsi syarat-syarat ekologis dan sosial budaya. Persyaratan ekologis adalah:

 Perbandingan kawasan untuk zona preservasi : konservasi : pemanfaatan intensif = 20 : 30 : 50.

 Laju pemanfaatan sumberdaya alam terbaharui lebih kecil dari laju pulih (potensi lestarinya).

 Pemanfaatan sumberdaya alam tak terbaharui harus meminimalkan dampak negatif.

 Jumlah limbah harus lebih kecil daripada kapasitas asimilasi perairan. Sedangkan persyaratan sosial budaya adalah:

 Pengendalian laju pemanfaatan (komsumsi) sumberdaya alam dan jasa lingkungan.

 Penerapan IPTEK yang dapat meningkatkan daya dukung kawasan untuk menghasilkan sumberdaya alam dan jasa lingkungan.

 Melibatkan pihak berkepentingan utama dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan pembangunan.

 Pemerataan hasil pembangunan.  Perbaikan manajemen.

Strategi yang harus diterapkan dalam aspek ekologi adalah:

A. Perencanaan dan aksi pemanfaatan kawasan pesisir harus menerapkan kaidah optimal lestari.

Strategi Pengembangan Sektor Perikanan

Sektor perikanan menjadi sangat strategis untuk dikembangkan mengingat dukungan luas wilayah perairan, biodiversitas biota laut yang tinggi, serta permintaan pasar yang semakin meningkat baik untuk pemenuhan pasar lokal (domestik) maupun pasar internasional. Realitas kondisi tersebut merupakan peluang sekaligus tantangan dalam pengembangan sektor perikanan secara luas. Pengembangan yang dilakukan akan berorientasi pada peningkatan produksi dengan menerapkan prinsip kelestarian, yang bermuara pada peningkatan pendapatan daerah (devisa) maupun peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir secara menyeluruh.

Peningkatan produksi perikanan harus didukung oleh penyediaan sarana dan prasarana yang menerapkan teknologi maju dan tepat guna. Dukungan keterampilan dan pengetahuan merupakan tuntutan yang harus dikuasai oleh setiap pelaku yang terlibat dalam usaha sektor perikanan, terutama nelayan dan petani ikan yang menjadi ujung tombak peningkatan produksi sektor perikanan. Selain itu, dukungan regulasi pada sektor perikanan juga menjadi sangat penting dalam menentukan dan menetapkan kaidah-kaidah pengembangan (pemanfaatan dan pengelolaan)

sumberdaya perikanan.

Secara umum sektor perikanan merupakan salah satu bentuk usaha dengan resiko tinggi, sebagai contoh, nelayan dalam usaha melakukan penangkapan ikan belum dibekali dengan sistem informasi daerah penangkapan ikan yang akurat, konsekwensinya nalayan ke laut 100% mengadu nasib, artinya kemungkinan dapat ikan atau tidak sama besarnya. Sedangkan pada bidang budidaya resiko kegagalan karena serangan penyakit juga menjadi isu pembenaran bahwa usaha di bidang ini beresiko tinggi. Selain itu, sifat produksinya yang mudah busuk menjadi masalah lain dalam sektor perikanan. Olehnya itu dalam usaha meningkatkan produksi hasil perikanan harus dibuat strategi-strategi jitu yang menjadi pedoman dan mengikat bagi para pelaku (nelayan dan pengusaha perikanan) dan pemerhati sektor perikanan (pemerintah, LSM dan perguruan tinggi).

Strategi yang harus diterapkan pada sektor perikanan untuk mencapai produksi optimal dan lestari adalah :

Bidang Penangkapan Ikan :

 Motorisasi kapal/perahu dan penentuan jenis alat tangkap ikan, disesuaikan dengan kondisi daerah penangkapan setempat dan jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan.

 Peningkatan pengetahuan dan keterampilan nelayan.  Melakukan diversifikasi usaha dalam wilayah pesisir.  Penguatan kelembagaan masyarakat pesisir (nelayan)

 Menciptakan dan mencari peluang pasar, serta membangun aksesibilitas pada sentra-sentra pendaratan/pelelangan ikan.

 Memperpendek jalur tata niaga hasil perikanan

 Membangun sarana dan prasarana pendukung dengan fasilitas penanganan pasca panen yang memadai dan memenuhi standarisasi yang ada.

 Melakukan kajian/penelitian secara periodik, melibatkan unsur terkait dalam upaya mencari alternatif pengelolaan.

 Melakukan kontrol pasar

 Membuat regulasi yang mendorong terciptanya kondisi usaha yangmenguntungkan.

Bidang Budidaya perikanan :

 Penyediaan fasilitas pendukung (sarana dan prasarana)  Penerapan teknologi pada semua tahap budidaya

 Penerapan standar manajemen budidaya pada semua tahap pembudidayaan

 Pendidikan dan latihan bagi para petani ikan.  Penguatan kelembagaan

 Penelitian secara periodik  Melakukan kontrol pasar

Dokumen terkait