• Tidak ada hasil yang ditemukan

Intelligenz Strukture Test

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 35-43)

1. Sejarah dan Perkembangan

Amthauer mendefinisikan intelegensi sebagai sebuah bagian khusus dalam keseluruhan struktur kepribadian manusia. Intelegensi tidak hanya identik dengan proses intelektual, melainkan erat kaitannya dengan kehidupan dorongan, kemampuan, dan perasaan. Seperti yang telah disinggung sebelumnya, intelegensi merupakan keseluruhan struktur dari kemampuan jiwa-rohani yang akan tampak jelas dalam hasil tes. Intelegensi hanya akan dapat dikenali melalui manifestasinya misalnya pada hasil atau prestasi suatu tes. Dari pemikirannya tersebut, Amthauer berasumsi bahwa hasil tes dan kemampuan yang disimpulkan dari hasil tes memiliki kaitan satu sama lain dan membentuk suatu struktur tidak hanya hasil tes nya, begitu pula dengan pemeriksaannya. Dari asumsi inilah, Amthauer menyusun sebuah tes yang dinamakan IST dengan hipotesis kerja sebagai berikut :

“komponen dalam struktur tersebut tersusun secara hierarkis; maksudnya bidang yang dominan kurang lebih akan berpengaruh pada bidang-bidang yang lain; kemampuan yang dominan dalam struktur intelegensi akan menentukan dan mempengaruhi kemampuan yang lainnya.”

Pandangan Amthauer pada dasarnya didasari oleh teori faktor, baik itu teori dua faktor, teori bifaktor, teori multifaktor, model struktur intelek Guilford dan teori hierarki faktor. Berdasarkan teori faktor yang menyatakan bahwa untuk mengukur inteligensi seseorang diperlukan suatu rangkaian baterai tes yang terdiri dari subtes-subtes. Antara subtes satu dengan lainnya, ada yang saling berhubungan karena mengukur faktor yang sama (general factor atau group factor), tapi ada juga yang tidak berhubungan karena masing-masingnya mengukur faktor khusus (special

factor). Sedangkan kemampuan seseorang itu merupakan penjumlahan dari seluruh

skor subtes-subtes. Maka Amthauer menyusun IST sebagai baterai tes yang terdiri dari sembilan subtes.

Karakteristik dari baterai tes Amthauer menunjukan adanya suatu interkorelasi yang rendah antar subtesnya (r = 0.25) dan korelasi antara subtes dengan jumlah (keseluruhan subtes) yang rendah pula ( r = 0.60). Rendahnya interkorelasi antara subtes menunjukkan bahwa alat ukur tersebut lebih cenderung mengukur kemampuan-kemampuan spesifik inteligensi individu.

Tes IST terus dikembangkan oleh Amthauer dengan bantuan dari para koleganya, berikut adalah perkembangan tes IST dari tahun 1953 hingga tahun 2000-an:

a. IST 1953

IST yang pertama ini pada awalnya hanya diperuntukan untuk usia 14 sampai dengan 60 tahun. Proses penyusunan norma diambil dari 4000 subjek pada

b. IST 1955

IST merupakan pengembangan dari IST 1953, pada IST 1955 range untuk subjek diperluas menjadi berawal dari umur 13 tahun. Subjek dalam penyusunan norma bertambah menjadi 8642 orang. Pada tes ini sudah ada pengelompokan jenis kelamin dan kelompok usia

c. IST 70

Permintan dan tuntutan pengguna yang menyarankan pengkoreksian dengan mesin juga pengembangan tes setelah penggunaan lebih dari 10 tahun, maka disusunlah IST 70. Dalam IST 70 ini tidak terlalu banyak perubahan, tes ini memiliki 6 bentuk, setiap pemeriksaan dilakukan 2 tes sebagai bentuk parallel yaitu A1 dan B2, atau C3 dan D4. Dua bentuk lainnya untuk pemerintah dan hanya bagi penggunaan khusus. Pada IST 70, rentang kelompok usia diperluas menjadi berawal dari 12 tahun. Disamping itu telah ditambah tabel kelompok dan pekerjaan. Namun demikian, pada IST 70 terdapat kekurangan yaitu penyebaran bidang yang tidak merata dan menggunkan kalimat dalam subtes RA sehingga jika subjek gagal dalam subtes ini dapat dimungkinkan karena tidak mampu mengerjakan soal hitungannya atau tidak mengerti kalimatnya. d. IST 2000

Koreksi dari IST 70, pada IST 2000 tidak terdapat soal kalimat pada soal hitungan.

Terdapat beberapa perkembangan subtes pada IST 2000-R dan juga penambahan subtes. IST ini terdiri dari 3 modul, yaitu sebagai berikut :

1. Grundmodul-Kurzform (Modul Dasar-Singkatan); terdiri dari subtes : SE, AN, GE, RE, ZR, RZ, FA, WU, dan MA.

2. Modul ME; terdiri dari subtes ME Verbal dan ME Figural

3. Erweiterungmodul (Modul "menguji pengetahuan"); terdiri dari subtes

Wissentest (tes pengetahuan)

2. Subtes IST

IST adalah tes intelegensi yang dikembangkan oleh Rudolf Amthauer di Frankfurt, Jerman pada tahun 1953. Tes ini dipandang sebagai gestalt (menyeluruh), yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan secara makna (struktur). Struktur intelegensi tertentu meggambarkan pola kerja tertentu, sehingga akan cocok untuk profesi atau pekerjaan tertentu.

Tes ini dikonstruksikan untuk subjek usia 14-60 tahun setelah melalui uji coba kurang lebih pada 4000 orang.

Di Indonesia tes ini pertamakali digunakan oleh psikolog angkatan darat Bandung, Jawa Barat. Intellegenz struktur test (IST) terdiri dari 9 subtes yaitu:

Subtes ini mengukur pembentukan keputusan (dapatkah seseorang berprestasi, rasa realitas/ menilai yang mendekati realitas, common sense (memnfaatkan pengalaman masa lalu), dapatkah seseorang berpikir secara berdikari/ mandiri, dan berpikir praktis dalam kehidupan sehari-hari

2. WA: melengkapi kalimat

Subtes ini mengukur kemampuan bahasa, perasaan empati, berpikir induktif menggunakan bahasa, memahami pengertian.

3. AN: persamaan kata

Subtes ini mengukur kemampuan fleeksibilitas dalam berpikir, kemampuan berpikir logis/menggunakan pikiran sebagai dasar dalam berpikir (kedalaman berpikir).

4. GE: sifat yang dimiliki bersama

Subtes ini mengukur kemampuan abstraksi, kemampuan untuk mneyatakan pengertian akan seseuatu dalam bentuk bahasa, membentuk suatu pengertian atau mencari inti persoalan.

5. RA: berhitung

Subtes ini melihat aspek berpikir induktif praktis hitungan, kemampuan berhitung, menggunakan bilangan secara praktis dalam masalah hitungan. 6. ZR: deret angka

Subtes ini akan melihat bagaimana cara berpikir teoritis dengan hitungan 7. FA: memilih bentuk

Subtes ini akan mengukur kemampuan dalm membayangkan, kemampuan mengkonstruksi (sintesa dan analisa), berpikir konkrit menyeluruh, memasukkan bagian pada suatu keseluruhan.

8. WU: latihan balok

Subtes ini akan mengukur daya bayang ruang, dan kemapuan tiga dimensi. 9. ME: latihan simbol

Subtes ini mengukur daya ingat, konsentrasi yang menetap, dan daya tahan. IST berdasarkan karakteristiknya, tergolong kelompok Multiple Aptitude

Batteries Test, yaitu sebuah tes yang tersusun atas serangkaian subtes dimana

masing-masing subtes tersebut mengukur suatu kemampuan (Anastasia& Urbina, 1997). 3. Subtes Satzergaenzung (SE)

Subtes SE mengukur common sense, pembentukan keputusan, kemadirian berpikir, penekanan pada konkrit praktis, dan pemakaian realitis. aitem-aitemnya akan menuntut subjek untuk melakukan penilaian berdasarkan pengalaman konkrit dan informasi faktual yang dimilikinya dari penilaian subjek dapat dilihat apakah subjek mampu membentuk penilaian secara mandiri atau tergantung pada orang banyak dan apakah subyek memiliki kemampuan reasoning yang baik.

Subtes SE terdiri dari 20 soal yang terdiri atas kalimat-kalimat, dengan lima pilihan jawaban. Skoring subtes ini berupa dikotomi, yaitu skor 0 untuk jawaban

Subtes ini mengharuskan subyek untuk memilih salah satu kata yang tepat untuk mengisi satu kata yang hilang, sehingga susunan kalimat kalimat dalam soal menjadi sempurna.

Tahap skoring yang digunakan adalah dengan memeriksa setiap jawaban dengan menggunakan kunci jawaban yang telah disediakan. Untuk semua subtes SE setiap jawaban benar diberi nilai 1, untuk jawaban salah atau kosong diberi nilai 0.

Total nilai benar yang sesuai dengan kunci jawaban merupakan Raw Score (RW) nilai ini belum dapat diinterpretasi sesuai dengan norma yang digunakan. Nilai RW yang sudah dibandingkan dengan norma disebut dengan Standardized Score (SW). Nilai SW inilah yang dapat menjadi materi untuk tahap selanjutnya yaitu interpretasi. Adapun norma yang digunakan adalah sesuai dengan kelompok umur subjek.

a. Interpretasi

Tahap interpretasi dapat dilakukan setelah didapatkan Standardized Score. Kesembilan subtes saling berkaitan, sehingga harus dilakukan semuanya dan interpretasinya harus dilakukan secara keseluruhan. Interpretasi yang dapat dilakukan dari tes IST adalah sebagai berikut :

1. Taraf Kecerdasan

Taraf kecerdasan didapat dari total SW. Nilai ini dapat diterjemahkan menjadi Intelligent Quotient (IQ). Nilai ini dapat menggambarkan perkembangan individu melalui pendidikan dan pekerjaan. Nilai ini perlu dihubungkan dengan latar belakang sosial serta dibandingkan dengan kelompok seusianya.

2. Dimensi Festigung-Flexibilitas

Dimensi Festigung-Flexibilitas menggambarkan corak berpikir yang dimiliki oleh subjek. Dimensi Festigung-Flexibilitat merupakan dua kutub yang ekstrim, keduanya menggambarkan corak berpikir yang ekstrim pula. Kutub Festigung memiliki arti corak berpikir yang eksak, sedangkan kutub Flexibilität memiliki arti corak berpikir yang non-eksak. Corak berpikir ini merupakan hasil perkembangan (pengalaman) individu yang akan semakin mantap ke salah satu kutub seiring bertambahnya usia.

Menentukan seseorang subjek apakah memiliki kecenderungan Festigung atau Flexibilitat adalah dengan membandingkan nilai GE+RA dengan nilai AN+ZR. Jika nila GE+RA lebih besar maka subjek memiliki kecenderungan Festigung, sebaliknya jika nilai AN+ZR lebih besar maka subjek memiliki kecenderungan Flexibilitas.

Tabel 5. Perbandingan Nilai Festingung &

Flexibilitat

GE+RA > AN+ZR Festigung GE+RA < AN+ZR Flexibilitat

Keterangan: jika selisih ≤ 10 maka tidak dapat dilakukan interpretasi.

Subjek memiliki nilai GE = 117; RA = 105; AN =126; dan ZR = 117. Maka nilai AN+ZR lebih besar dari GE+RA sebesar +21, dengan demikian subjek memiliki corak berpikir yang flexibilitat (fleksibel).

3. Profil M-W

praktis-(SE, WA, AN, GE) yang tampak pada grafik, jika grafik menunjukan bentuk M pada empat subtes pertama maka profilnya adalah M (verbal-teoritis), jika yang tampak adalah bentuk huruf W maka profilnya adalah W (praktis-konkrit).

Grafik diatas menunjukan 4 subtes pertama (SE, WA, AN, GE) sebagai bentuk M, sehingga profil yang dimiliki subjek adalah profil M. Profil M mengandung arti bahwa subjek memiliki cara berpikir yang verbal-teoritik.

4. Struktur Kecerdasan

Struktur kecerdasan menggambarkan kecerdasan subjek berdasarkan masing-masing subtes.

5. Kesesuaian terhadap Jurusan atau Pekerjaan

Interpretasi yang kelima adalah kesesuaian dengan jurusan atau pekerjaan (sesuai dengan kepentingan). IST biasanya digunakan dalam proses seleksi, baik seleksi jurusan di SMU, seleksi perguruan tinggi, maupun seleksi pekerjaan. Untuk melihat kesesuaian terhadap jurusan atau pekerjaan, perlu ditinjau norma untuk masing-masing jurusan atau pekerjaan yang berisi nilai SW sebagai batas yang dibutuhkan untuk jurusan atau pekerjaan tersebut. Disamping itu, untuk melihat kesesuaian terhadap jurusan dapat pula dilakukan dengan melihat grafik subjek dan membandingkannya dengan bentuk grafik jurusan atau pekerjaan tertentu; jika bentuknya kurang lebih sama, maka subjek memiliki kesempatan untuk menempuh jurusan/pekerjaan tersebut ( Polhaupessy dalam Diktat Kuliah IST UNPAD, 2009).

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 35-43)

Dokumen terkait