ditransformasikan menjadi pengetahuan. Menurut Jamissen et al. (2017), aktivitas berdialog dalam proses storytelling adalah bagian yang memungkinkan pembelajaran dan pengembangan manusia karena pembelajaran terjadi ketika refleksi pengalaman ditransformasikan menjadi cerita yang logis dan bermakna bagi orang lain.
2.3.3 Interactive Storytelling
Certa adalah sebuah data, hal yang tetap dan tidak berubah sehingga tidak dapat terjadi suatu interaksi padanya. Storytelling atau dongeng atau cerita interaktif adalah suatu proses dinamis yang dalan dibuah, dimainkan, maupun diinteraksikan. Hal ini memunculkan istilah interactive storytelling (Crawford, 2013).
Gambar 2.70 Spektrum Interaktifitas Sumber: Smed (2019)
Pada spektrum di atas, terlihat bahwa cerita konvensional tidak memiliki interaktivitas karena kendali penuh penulis/pembuat cerita. Simulasi menjadi keterbalikan dari hal tersebut di mana pembaca atau user memiliki control penuh atas cerita yang berlangsung (Smed, 2019). Menurut Smed (2019), cerita interaktif biasanya berada di tengah spektrum ini. Interactive storytelling memberikan peran kunci pada sang interaktor/user. Desainer membangun dan menyediakan karakter, alat peraga, dan events yang terbentuk dalam dunia cerita. Berdasarkan hal tersebut dan pilihan interaksi, sebuah cerita dihasilkan yang kemudian dialami oleh sang interaktor/user (Smed, 2019).
70
Peracancangan Cerita Interaktif, Aveline Suryanto, Universitas Multimedia Nusantara
Menurut Crawford (2013), pembaca atau user harus dapat membuat suatu pilihan atau keputusan yang signifikan dalam cerita. Pilihan yang diberikan perlu memberikan dampak yang besar (kernel) dalam cerita dan tidak merupakan interaktifitas (satellite) semata. Poin kedua adalah keputusan yang diberikan kepada pemain harus seimbang. Jika diberikan pilihan antara memakan bawang dan menyelamatkan sang putri dari naga, pilihannya terlalu jelas untuk menjadi bermakna. Terakhir, dunia cerita perlu memberikan pemain banyak keputusan dalam skala kecil dan kurang berdampak.
Percakapan memberi desainer arena yang sempurna untuk membuat keputusan kecil karena memungkinkan pemain untuk mengembangkan hubungannya dengan karakter lain yang secara halus mendorong pada perkembangan yang lebih dramatis (Crawford, 2013).
2.3.3.1 Kernel dan Satellite
Kernel dan satellite adalah istilah yang digunakan untuk membedakan konten narasi (Smed, 2019). Kernel mengacu pada konten penting dari cerita yang akan berulang ketika dialami lagi. Menurut Smed (2019), kernel membentuk identitas cerita sehingga ketika seseorang mengubah kernel, ia akan menghancurkan logika naratif dari cerita dan akhirnya berakhir dengan cerita yang sama sekali berbeda. Satellite mengacu pada konten yang dapat dihilangkan atau diubah tanpa mengubah identitas cerita.
Menurut Smed (2019), model ini membentuk perspektif orang bahwa kernel adalah momen di mana cerita dapat bercabang menjadi beberapa jalur yang berbeda. Waktu ini menjadi saat interaksi dimana user perlu membuat pilihan penting yang membentuk jalan cerita user tersebut. Satellite memungkinkan bentuk interaksi yang lebih ringan, mudah, dan simple.
71
Peracancangan Cerita Interaktif, Aveline Suryanto, Universitas Multimedia Nusantara
Gambar 2.71 Contoh Kernel dan Satellite Sumber: Smed (2019)
Pada gambar di atas, persegi menggambarkan kernel dan titik hitam menggambarkan satellite. Lingkaran besar menggambarkan satu bagian cerita yang terbuat atas suatu kernel. Garis hitam menggambarkan alur yang dijalani sedangkan garis putus-putus menggambarkan jalur lain yang dapat terjadi (Smed, 2019).
2.3.3.2 Plot Structures
Terdapat dua klasifikasi dari beberapa struktur naratif dan perangkat yang tersedia untuk desainer naratif interaktif yang dibuat oleh Meadows dan Jenkins. Meadows menggambarkan tiga struktur plot untuk naratif interaktif yang ada, mulai dari Impositional (plot sangat dikontrol oleh perancang game) hingga Ekspresif (plot sangat dikontrol oleh pemain). Tiga struktur plot yang dibuat mewakili poin-poin penting pada kontinum imposisional hingga ekspresif (Hammond, 2007).
1. Nodal Plot
Nodal plot adalah struktur plot yang paling mendasar dan mengesankan, dengan dorongan paling besar untuk membagun cerita dramatis klasik. Cerita dalam bentuk ini memiliki satu awal dan dua akhir. Pemain gagal dan harus memulai lagi dari titik awal dalam narasi atau pemain berhasil dan menyelesaikan permainan. Pemain tidak dapat mengubah arah plot, tetapi hanya dapat mengubah kecepatan perkembangan plot di sepanjang jalur
72
Peracancangan Cerita Interaktif, Aveline Suryanto, Universitas Multimedia Nusantara
liniernya. Pada setiap titik keputusan, tindakan pemain memutuskan apakah pemain gagal atau berhasil menuju bagian berikutnya.
Gambar 2.72 Contoh Open Plot Sumber: Hammond (2007)
2. Modulated Plot
Modulated plot mengakibatkan pemain memilih jalur yang akan diikuti dengan memilih dari set opsi yang terbatas dan telah ditentukan sebelumnya pada titik keputusan tetap dalam plot. Pemain memilih jalur melalui 'grafik plot' yang terbatas. Poin keputusan ini memberikan keterjangkauan untuk agensi pemain yang terbatas.
Gambar 2.73 Contoh Modulated Plot Sumber: Hammond (2007)
3. Open Plot
Open plot adalah struktur yang paling ekspresif untuk pemain, terlebih untuk desainer. Plot ini memberikan poin interaktivitas paling banyak
73
Peracancangan Cerita Interaktif, Aveline Suryanto, Universitas Multimedia Nusantara
untuk pemain. Pemain mempengaruhi plot melalui banyak keputusan kecil, daripada beberapa keputusan besar. Struktur dramatis klasik dapat sepenuhnya ditinggalkan untuk kepentingan eksplorasi, modifikasi, dan investasi dari pemain. Cerita biasanya didasarkan pada perkembangan karakter atau perkembangan lingkungan, atau keduanya dengan potensi agensi pemain sangat besar. Tetapi jika pemain tidak dapat menemukan cara untuk mengekspresikan niatnya dan menilai konsekuensi dari ekspresi tersebut, rasa agensi gagal terwujud..
Gambar 2.74 Contoh Open Plot Sumber: Hammond (2007)
Hustle Culture
Hustle menurut Cambridge Dictionary (2021) memiliki arti suatu tindakan yang dilakukan secara cepat dan energetik. Menurut Lugina Setyawati (2020), hustle culture sendiri adalah suatu budaya dimana masyarakat menganut gaya hidup gila kerja (Assajjadiyyah, “Hustle culture”, 2020). Kegiatan hustling terjadi agar seseorang bekerja melampaui batas untuk kebebasan palsu (Bethke, 2019).
Kegiatan ini dilakukan tidak terbatas pada suatu pekerjaan formal untuk mencapai pemenuhan dari segi ekonomi, melainkan suatu gaya hidup yang dimuliakan sehingga manusia hidup untuk bekerja dan bukan sebaliknya.
74
Peracancangan Cerita Interaktif, Aveline Suryanto, Universitas Multimedia Nusantara