• Tidak ada hasil yang ditemukan

Interaksi dan Komunikasi Petani dengan Pedagang, Mahasiswa dan LSM Pedagang merupakan salah satu sumber informasi yang sering dimanfaatkan

C. Tingkat Interaksi dan Komunikasi Petan

4) Interaksi dan Komunikasi Petani dengan Pedagang, Mahasiswa dan LSM Pedagang merupakan salah satu sumber informasi yang sering dimanfaatkan

dan mudah diakses oleh petani. Secara keseluruhan, interaksi dan komunikasi antara petani dengan pedagang termasuk kategori sedang. Dalam mencari informasi, biasanya petani sayuran berinteraksi dengan pedagang saprodi dan pedagang penampung (agen di pasar). Informasi yang biasanya didapatkan dari pedagang saprodi adalah: teknik pembibitan, teknik pemupukan dan teknik pengendalian hama dan penyakit tanaman terutama cara mengatur dosis obat- obatan yang akan digunakan petani; sedangkan informasi yang biasayang didapatkan dari pedagang pengumpul adalah: harga sayuran dan peluang pasar tentang jenis tanaman yang akan dibudidayakan.

Rata-rata tingkat interaksi dan komunikasi petani dengan pedagang tidak berbeda nyata antara petani sayuran di Kecamatan Syiah Kuala dan petani di Kecamatan Darussalam. Petani sayuran yang berinteraksi dan berkomunikasi dengan pedagang termasuk kategori rendah memiliki persentase terbesar baik di Kecamatan Syiah Kuala maupun di Kecamatan Darussalam. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat interaksi dan komunikasi antara petani dengan pedagang belum optimal. Belum optimalnya interaksi dan komunikasi petani dengan pedagang adalah: 1) pembelian sprodi berupa bibit, pupuk dan obat-obatan sering dititipkan kepada petani lain karena jarak ke tempat pedagang saprodi jauh, dan 2) pedagang saprodi yang menjadi langganan petani tidak mempunyai banyak pengetahuan tentang usahatani sayuran.

Selain pedagang, mahasiwa merupakan salah satu sumber informasi yang tersedia dan mudah diakses oleh petani sayuran. Rata-rata skor tingkat interaksi dan komunikasi petani sayuran dengan mahasiswa di wilayah penelitian termasuk kategori rendah. Hasil uji beda rata-rata anova menunjukkan terdapat perbedaan

yang nyata pada α=0.05 antara tingkat interaksi dan komunikasi petani dengan

mahasiswa di Kecamatan Syiah Kuala dan Darussalam. Tingkat interaksi petani sayuran dengan mahasiswa di Kecamatan Syiah Kuala termasuk kategori sedang, sedangkan di Darussalam termasuk kategori rendah.

Sebagian besar petani sayuran berinteraksi dan berkomunikasi dengan mahasiswa termasuk kategori rendah. Belum optimalnya interaksi dan komunikasi petani dengan mahasiswa disebabkan oleh: 1) tidak semua desa ada mahasiswa terutama mahasiswa pertanian, baik yang berdomisili maupun yang lagi melaksanakan kuliah kerja nyata (KKN), dan 2) tidak semua mahasiswa memahami tetang usahatani sayuran, sehingga walaupun terjadi interaksi tetapi

38

komunikasi mengenai usahatani sayuran terbatas dan biasanya petani tidak puas dengan informasi yang didapatkan.

Mahasiswa yang sering dihubungi petani adalah mahasiswa pertanian yang bertempat tinggal di desa mereka, mahasiswa praktek ataupun yang sedang melakukan kuliah kerja nyata (KKN). Beberapa mahasiswa sering menyewa lahan petani untuk membuat demplot penelitian, kesempatan tersebut biasanya selalu dimanfaatkan oleh petani yang punya lahan atau tetangganya untuk menanyakan berbagai masalah yang selama ini belum mereka ketahui. Biasanya informasi yang didapatkan dari mahasiswa adalah media tanam untuk pembibitan, pemupukan, penanggulangan penyakit dan teknik budidaya sayuran jenis baru yang belum dikuasai petani.

Sumber informasi lainnya yang bisa dimanfaatkan dan diakses oleh petani sayuran adalah lembaga swadaya masyarakat (LSM). Rehabilitas dan rekontruksi akibat bencana tsunami melibatkan banyak LSM dalam melakukan program pendampingan masyarakat sejak 2004 hingga sekarang. Pelaksanaan program pendampingan, biasanya LSM memberikan pelatihan, modal usaha, peralatan tani dan saprodi. Pelatihan biasanya disesuaikan dengan kebutuhan petani dan sumberdaya yang ada di sekitar lingkungan hidup petani. Pelatihan yang pernah di buat oleh LSM, diantaranya: pelatihan pembuatan pupuk organik dan pestisida organik dari sampah kota untuk petani di Kecamatan Syiah Kuala dan pembuatan kompos dari jerami padi dan dedaunan di Kecamatan Darussalam.

Dalam 3 tahun terkahir, secara keseluruhan interaksi dan komunikasi petani dengan LSM termasuk kategori rendah. Hasil uji beda rata-rata anova

menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata pada α=0.05 antara tingkat interaksi

dan komunikasi petani dengan LSM di Kecamatan Syiah Kuala dan Darussalam. Tingkat interaksi petani sayuran dengan LSM di Kecamatan Syiah Kuala termasuk kategori sedang, sedangkan di Darussalam termasuk kategori rendah. Sebagian besar (59.6 persen) petani sayuran di Kecamatan Darussalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan LSM termasuk kategori rendah, sedangkan di Kecamatan Syiah Kuala 40 persen petani sayuran berinteraksi dan berkomunikasi tinggi dengan LSM. Secara keseluruhan, petani sayuran yang berinteraksi dan berkomunikasi dengan LSM termasuk kategori rendah. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat interaksi dan komunikasi antara petani sayuran dengan LSM belum optimal. Penyebab belum optimalnya tingkat interaksi dan komunikasi dengan LSM disebabkan LSM kekurangan dana (tidak ada donatur) untuk melakukan program pendampingan.

Kompetensi Agribisnis Petani Sayuran Lahan Sempit

Kompetensi merupakan kemampuan atau keahlian seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan sesuai dengan tujuan atau standar yang telah ditetapkan. Menurut Indrawati et al. (2011), kompetensi agribisnis petani merupakan kemampuan berpikir (tingkat pengetahuan), bersikap (tingkat sikap mental), bertindak (tingkat keterampilan) dalam berusahatani sesuai dengan standar agribisnis yang ditetapkan. Kompetensi agribisnis merupakan hasil proses belajar petani yang ditentukan oleh hasil interaksi antara faktor individu petani dan faktor lingkungan usahatani, melalui proses belajar.

39 Kompetensi agribisnis petani sayuran lahan sempit adalah kemampuan petani yang terdiri dari pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam berusahatani sayuran pada lahan sempit. Terdapat lima bidang kompetensi agribisnis yang diukur dalam penelitian ini, yaitu: 1) kemampuan merencanakan usahatani, 2) kemampuan pendayagunaan faktor produksi, 3) kemampuan membudidayakan sayuran terdiri dari: pembibitan, pengolahan lahan, pemeliharan dan pemupukan, pengendalian HPT, panen dan pasca panen, 4) pemasaran hasil usahatani, dan 5) membangun kemitraan usaha. Tingkat kompetensi agribisnis petani sayuran lahan sempit disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Persentase petani sayuran berlahan sempit menurut tingkat kompetensi agribisnis berusahatani sayuran di Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh dan Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar tahun 2015 No Kompetensi Persentase (%) Syiah Kuala (n=30) Darussalam (n=47) Total (n=77) 1 2 3 Rendah Sedang Tinggi Rataan skor1 03.3 46.7 50.0 74 08.5 55.3 36.2 69 06.5 51.9 41.6 71

Keterangan: 1) skor rendah (0-50), skor sedang (51-75), skor tinggi (76-100) Tabel 6 menunjukkan bahwa tingkat kompetensi agribisnis petani sayuran termasuk kategori sedang cenderung tinggi (skor 71). Hal ini ditunjukkan dari sebagian besar petani sayuran memiliki kompetensi agribisnis termasuk kategori sedang, 41.6 persen termasuk kategori tinggi, dan sisanya 6.5 persen termasuk kategori rendah. Temuan ini berbeda dengan hasil penelitian Harijati (2008) di pinggiran dan kota Jakarta dan Bandung, menemukan bahwa kompetensi petani sayuran lahan sempit termasuk kategori rendah.

Rata-rata tingkat kompetensi agribisnis petani sayuran di Kecamatan Syiah

Kuala tidak berbeda nyata pada α=0.05 dengan petani sayuran di Kecamatan

Darussalam. Namun, skor rata-rata tingkat kompetensi agribisnis petani sayuran di Kecamatan Syiah Kuala cenderung lebih tinggi dari pada Kecamatan Darussalam. Secara rinci, sebagian besar (50 persen) petani sayuran di Kecamatan Syiah Kuala memiliki kompetensi agribisnis termasuk kategori tinggi, sedangkan di Darussalam sebagian besar (51.1 persen) petani sayuran memiliki kompetensi agribisnis termasuk kategori sedang.

Tingkat Pengetahuan Agribisnis Petani Sayuran

Pengetahuan adalah informasi yang diperoleh dan dipahami petani; dapat diperoleh melalui bantuan pengajar dan mempraktekkan langsung, melalui media, mengamati dan meniru model; diperkuat dorongan dalam dirinya untuk memperoleh dan memahami pengetahuan (Harijati 2008). Pengetahuan petani dalam berusahatani sayuran adalah kemampuan kognitif petani dalam melakukan usahatani sayuran atau segala sesuatu yang diketahui oleh petani berkenaan

40

dengan usahatani sayuran. Tingkat pengetahuan petani dalam berusahatani sayuran pada lahan sempit disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Persentase petani sayuran berlahan sempit menurut tingkat pengetahuan agribisnis berusahatani sayuran di Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh dan Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar tahun 2015 No Bidang Pengetahuan Kategori

Persentase (%) Syiah Kuala (n=30) Darussalam (n=47) Total (n=77) 1 Perencanaan usahatani - Rendah - Sedang - Tinggi 53.3 20.0 26.7 44.7 25.5 29.8 48.0 23.4 28.6 Rataan skor1 63 63 63 2 Pendayagunaan faktor produksi - Rendah - Sedang - Tinggi 23.3 26.7 50.0 31.9 31.9 36.2 28.5 30.0 41.5 Rataan skor1 76 68 71 3 Penerapan budidaya sayuran - Rendah - Sedang - Tinggi 03.3 50.0 46.7 12.8 38.3 48.9 09.0 43.0 48.0 Rataan skor1 75 71 73 4 Pemasaran hasil usahatani - Rendah - Sedang - Tinggi 26.6 36.7 36.7 32.0 32.0 36.0 29.9 33.8 36.3 Rataan skor1 65 62 63 5 Membangun kemitraan usahatani - Rendah - Sedang - Tinggi 30.0 16.7 53.3 46.8 25.5 27.7 40.3 22.1 37.6 Rataan skor1 73* 64* 66 Total pengetahuan agribisnis Rataan skor1 - Rendah - Sedang - Tinggi 10.0 36.7 53.3 72 21.3 42.6 36.1 67 16.8 40.3 42.9 69 Keterangan : 1) Skor rendah (0-50), skor sedang (51-75), skor tinggi (76-100)

*)

Hasil uji beda rata-rata anova berbeda nyata pada α=0.05

Tingkat pengetahuan petani sayuran tentang perencanaan usahatani termasuk kategori sedang (skor 63). Rata-rata tingkat pengetahuan petani sayuran tentang perencanaan usahatani di Kecamatan Syiah Kuala tidak berbeda nyata dengan petani sayuran di Kecamatan Darussalam. Petani sayuran yang memiliki tingkat pengetahuan tentang perencanaan usahatani termasuk kategori rendah memiliki persentase terbesar, selebihnya memiliki tingkat pengetahuan tinggi dan rendah.

Petani sayuran yang memiliki pengetahuan tentang perencanaan usahatani kategori tinggi dapat menyebutkan manfaat dan tujuan perencanaan usahatani serta kapan sebaiknya rencana usahatani dilakukan. Petani juga memahami

41 pentingnya perencanaan lahan usahatani yaitu: luas penggunaan lahan, waktu penggunaan lahan dan kesesuain lahan dengan jenis tanaman. Petani sayuran yang memiliki tingkat pengetahuan perencanaan usahatani berkategori rendah dan sedang kurang tepat menyebutkan hal apa saja yang perlu direncanakan dalam berusahatani sayuran.

Rata-rata tingkat pengetahuan petani sayuran tentang pendayagunaan faktor produksi termasuk kategori sedang cenderung tinggi dengan skor 71. Hal ini terlihat dari 77 responden, 41.5 persen petani sayuran memiliki pengetahuan tentang pendayagunaan faktor produksi termasuk kategori tinggi, 30 persen berkategori sedang, dan sisanya 28.5 persen termasuk kategori rendah. Umumnya petani dapat menyebutkan faktor-faktor produksi yang dibutuhkan dan jumlah kebutuhannya seperti bibit, pupuk kandang, pupuk NPK, obat-obatan, dan peralatan kerja, tetapi sebagian besar petani di Kecamatan Darussalam belum mengetahui tentang biaya produksi dan apa saja yang termasuk di dalamnya.

Dalam proses produksi usahatani sayuran, sarana produksi yang digunakan di daerah penelitian adalah benih, pupuk (Urea, TSP, KCl, NPK, ZA dan pupuk kandang), dan pestisida jenis insektisida dengan merek (Agrimek, Rotras, Regen, Dursban, dan pestisida berjenis fungisida dengan merek Scor, Toufu, Aritop). Alat-alat pertanian yang digunakan dalam proses produksi usahatani sayuran adalah cangkul, sabit, garu, teng penyemprot, serta menyewa bajak untuk kegiatan pengolahan lahan. Umur ekonomis alat- alat tersebut berkisar satu sampai dengan enam tahun.

Tingkat pengetahuan petani sayuran tentang pendayagunaan faktor produksi di Kecamatan Syiah Kuala termasuk kategori tinggi (skor 76), sedangkan petani sayuran di Kecamatan Darussalam termasuk kategori sedang (skor 68). Sebagian besar petani sayuran di Kecamatan Syiah Kuala memiliki pengetahuan termasuk kategori tinggi, sedangkan di Kecamatan Darussalam hanya 36.2 persen petani sayuran yang memiliki pengetahuan termasuk kategori tinggi tentang pendayagunaan faktor produk. Kondisi ini terjadi karena: 1) petani sayuran di Kecamatan Darussalam umumnya jarang memperhitungkan tentang biaya tenaga kerja karena tenaga kerja berasal dari keluarga sendiri, dan 2) biaya pupuk kandang jarang diperhitungkan sebagai biaya produksi oleh petani sayuran di Kecamatan Darussalam karena berasal dari peternakan sendiri atau tetangganya.

Tingkat pengetahuan petani tentang penerapan budidaya sayuran berada termasuk kategori sedang cenderung tinggi dengan skor 73. Hal ini terlihat dari 77 petani sayuran, 48 persen diantaranya memiliki pengetahuan tentang budidaya sayuran termasuk kategori tinggi, 43 persen termasuk kategori sedang dan sisanya (9 persen) kategori rendah. Kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan budidaya sayuran petani sudah mampu mendukung untuk melakukan usahatani kearah lebih produktif dan berkelanjutan.

Rata-rata tingkat pengetahuan petani sayuran tentang pemasaran hasil usahatani termasuk kategori sedang (Tabel 8). Sebanyak 36.3 persen petani sayuran memiliki pengetahuan termasuk tinggi, 33.8 persen kategori sedang dan sisanya 29.9 termasuk kategori rendah. Mayoritas petani sayuran memperhatikan harga pasar untuk menjual hasil panen. Petani melakukan panen sayuran pada saat harga menanjak naik. Pada kondisi tertentu, pemanenan tetap dilakukan karena umur tanaman yang sudah mencapai saat panen terutama sayuran daun. Sebagian petani sayuran sudah melakukan promosi (pamflet dan brosur) terutama petani

42

sayuran organik. Penentuan harga hasil panen sebagian besar petani menentukan sendiri dan menjual kepada pedagang yang membeli dengan harga lebih tinggi, namun beberapa petani tetap menjual kepada pedagang langganannya walaupun harga agak sedikit murah karena mereka tidak tahu harga pasar.

Tingkat pengetahuan petani sayuran tentang kemitraan usahatani termasuk kategori sedang (skor 66). Sebagian besar petani sayuran mengetahui tentang tujuan bermitra usaha, tetapi hanya sebagian petani yang memahami tentang syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam bermitra usahatani. Rata-rata tingkat pengetahuan petani sayuran di Kecamatan Syiah Kuala tentang kemitraan

usahatani berbeda nyata pada α=0.05 dengan petani sayuran di Kecamatan

Darussalam. Sebagian besar petani sayuran di Kecamatan Syiah Kuala memiliki pengetahuan tentang kemitraan usahatani termasuk kategori tinggi, sedang di Kecamatan Darussalam 40.3 persen petani sayuran memiliki pengetahuan tentang kemitraan usahatani termasuk kategori rendah.

Secara umum pola kemitraan usahatani adalah pola dagang umum dengan melibatkan pedagang dan supplier untuk memasok konsumen restoran, hotel dan pasar tradisional, dan kerjasama dalam penyediaan modal. Sebagian besar petani sayuran memiliki mitra seperti pedagang penampung, lembaga keuangan mikro, koperasi, bank, individu lainnya. Ada beberapa macam sistem kerjasama dalam penyedian modal, yaitu: 1) lembaga penyedia modal seperti koperasi, Baitul Qirad, lembaga keuangan mikro (LKM), dan Bank memberikan pinjaman kepada petani sayuran, kemudian petani mengembalikan modal dengan bunga atau bagi hasil yang telah disepakati bersama, (2) pedagang pengumpul atau penampung memberikan pinjaman modal, tetapi petani harus menjual hasil panen kepada mereka dan bagi hasil sesuai kepakatan, (3) kerjasama dengan individu (anggota keluarga, masyarakat, pengusaha, petani lain), dimana individu menyediakan modal dengan sistem bagi hasil keuntungan, biasanya antara 20 hingga 50 persen.

Rata-rata tingkat pengetahuan total petani sayuran termasuk kategori sedang (skor 69). Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian Farid (2008) di Kabupaten Bondowoso dan Pasuruan; penelitian Subagio (2008) di Kabupaten Malang dan Pasuruan Provinsi Jawa Timur, menyatakan bahwa petani sayuran memiliki tingkat pengetahuan berkategori sedang; penelitian Harijati (2008) di kota dan pinggiran Jakarta dan Bandung menyatakan bahwa petani sayuran lahan sempit memiliki tingkat pengetahuan berkategori sedang.

Urutan tingkat pengetahuan petani sayuran mulai dari yang paling tinggi adalah: penerapan budidaya (skor 73), pendayagunaan faktor produksi (skor 71), sedangkan perencanaan usahatani, pemasaran hasil dan kemitraan usahatani memiliki skor yang sama yaitu skor 63. Dalam bidang penerapan budidaya sayuran, urutan bidang pengetahuan petani mulai dari yang paling tinggi adalah: pengendalian HPT (skor 85), penanaman, pemeliharaan dan pemupukan (skor 73), pengolahan lahan (71), pembibitan (skor 70), panen dan pasca panen (skor 68).

Secara rinci, tingkat pengetahuan petani sayuran di Kecamatan Syiah Kuala mulai dari yang paling tinggi adalah: pendayagunaan faktor produksi (skor 76), penerapan budidaya sayuran (skor 75), pemasaran hasil (skor 65), perencanaan usahatani (skor 63), dan membangun kemitraan. Dalam bidang penerapan budidaya sayuran, urutan tingkat pengetahuan petani sayuran di Kecamatan Syiah Kuala mulai dari yang paling tinggi adalah pengendalian HPT (skor 88),

43 pengolahan lahan (skor 78), penanaman, pemeliharaan dan pemupukan (skor 74), pembibitan (skor 74), panen dan pasca panen (skor 68).

Tingkat pengetahuan petani sayuran di Kecamatan Darussalam dimulai dari yang paling tinggi adalah bidang: penerapan budidaya sayuran (skor 71), pendayagunaan faktor produksi (skor 68), membangun kemitraan usaha (skor 64), perencanaan usahatani (skor 63), dan yang paling rendah adalah pemasaran hasil (skor 62). Dalam bidang penerapan budidaya sayuran, pengetahuan petani sayuran di Kecamatan Darussalam mulai dari yang paling tinggi adalah pengendalian HPT (skor 83), penanaman, pemeliharaan dan pemupukan (skor 72), pembibitan (skor 68), panen dan pasca panen (skor 68), dan pengolahan lahan (skor 66).

Secara keseluruhan, sebanyak 44.2 persen petani sayuran memiliki tingkat pengetahuan sedang, 36.4 persen termasuk kategori tinggi dan sisanya 19.5 persen termasuk kategori rendah. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan yang telah dicapai oleh petani sayuran di Kecamatan Syiah Kuala dan Kecamatan Darussalam dapat menunjang pelaksanaan kegiatan usahatani agribisnis sayuran kearah yang lebih produktif dan menguntungkan. Menurut Harijati (2008), petani yang memiliki pengetahuan agribisnis berarti memiliki informasi agribisnis dan mampu berpikir atau mengolah informasi tentang berusahatani yang meliputi konsep merencanakan keuntungan, melakasanakan kerjasama dengan pihak terkait, meningkatkan nilai tambah produk, serta konsep pertanian yang berkelanjutan.

Tingkat Pengetahuan Petani tentang Penerapan Budidaya Sayuran

Tingkat pengetahuan petani tentang penerapan budidaya sayuran berada termasuk kategori sedang cenderung tinggi dengan skor 73. Tingkat pengetahuan petani tentang penerapan budidaya sayuran terdiri dari: pembibitan, pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, dan pemupukan, pengendalian HPT, panen dan pasca panen. Sebaran petani berdasarkan tingkat pengetahuan tentang penerapan budidaya sayuran disajikan pada Tabel 8.

Tingkat pengetahuan petani sayuran tentang pembibitan termasuk kategori sedang (skor 70). Hal ini ditunjukkan dari 77 petani sayuran, sebanyak 44.2 persen petani memiliki pengetahuan tentang pembibitan termasuk kategori sedang, 32.5 persen termasuk kategori rendah dan sisanya 23.3 termasuk kategori tinggi. Hasil uji beda rata-rata anova menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang

nyata pada α=0.05 antara rata-rata tingkat pengetahuan petani tentang penerapan

budidaya sayuran di Kecamatan Syiah Kuala dengan petani sayuran di Darussalam. Namun, rata-rata skor tingkat pengetahuan petani sayuran di Kecamatan Syiah Kuala tentang penerapan budidaya sayuran cenderung lebih tinggi dari pada petani sayuran di Kecamatan Darussalam.

Petani mengetahui tentang ciri-ciri fisik bibit sayuran yang berkualitas baik dan daya kecambahnya tinggi. Umumnya petani sayuran mengetahui bagaimana membuat persemaian benih yang baik terutama kombinasi untuk media tanam. Sebagian besar petani belum mengetahui tentang perlakuan benih yaitu mencampur benih yang akan ditanam dengan fungisida untuk mencegah penyakit bulai dan dengan insektisida untuk mencegah serangan lalat bibit.

Tingkat pengetahuan petani sayuran dalam bidang pengolahan lahan termasuk kategori sedang cenderung tinggi dengan skor 71. Petani sayuran yang memiliki pengetahuan tentang pengolahan lahan termasuk kategori rendah

44

berjumlah 36.4 persen, 31.2 petani sayuran memiliki pengetahuan tentang pengolahan lahan termasuk kategori tinggi, dan sisanya 32.5 persen termasuk kategori sedang. Umumnya petani mengetahui tujuan dan manfaat pengolahan lahan serta pemberian mulsa, tetapi beberapa petani tidak mengetahui bagaimana cara menurunkan kemasaman tanah dan mengatasi tanah kritis.

Tabel 8 Persentase petani sayuran berlahan sempit menurut tingkat pengetahuan tentang penerapan budidaya sayuran di Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh dan Darussalam Kabupaten Aceh Besar tahun 2015

No Bidang pengetahuan

budidaya sayuran Kategori

Persentase (%) Syiah Kuala (n=30) Darussalam (n=47) Total (n=77) 1 Pembibitan Rataan skor1 - Rendah - Sedang - Tinggi 30.0 43.3 26.7 74 34.4 44.7 21.3 68 32.5 44.2 23.3 70 2 Pengolahan lahan Rataan skor1 - Rendah - Sedang - Tinggi 23.3 40.0 36.7 78* 44.6 27.7 27.7 65* 36.4 32.5 31.2 70 3 Penanaman, pemeliharaan dan pemupukan Rataan skor1 - Rendah - Sedang - Tinggi 20.0 33.3 46.7 74 27.7 25.5 46.8 72 24.7 28.5 46.8 73 4 Pengendalian hama

dan penyakit tanaman Rataan skor1 - Rendah - Sedang - Tinggi 0 36.7 63.3 88 0 48.9 51.1 83 0 44.2 55.8 85 5 Panen dan Pasca

panen Rataan skor1 - Rendah - Sedang - Tinggi 33.3 30.0 36.7 68 40.4 23.4 36.2 68 37.7 26.0 36.3 68 Keterangan : 1) Skor rendah (0-50), skor sedang (51-75), skor tinggi (76-100)

*)

Hasil uji beda rata-rata anova berbeda nyata pada α=0.05

Rata-rata tingkat pengetahuan petani sayuran di Kecamatan Syiah Kuala

tentang pengolahan lahan berbeda nyata pada α=0.05 dengan petani sayuran di

Kecamatan Darussalam. Tingkat pengetahuan petani sayuran tentang pengolahan lahan di Kecamatan Syiah Kuala termasuk kategori tinggi (skor 78), sedangkan di Kecamatan Darussalam termasuk kategori sedang (skor 65). Petani sayuran di Kecamatan Syiah Kuala umumnya mengetahui tentang mengolah lahan siap tanam (pengolahan tanah yang baik), membuat bedengan standar, dan takaran pupuk kandang. Dalam mengatasi kemasaman tanah, petani tahu tentang pemakaian zat amelioran untuk mengurangi kemasaman lahan, termasuk alternatif yang bisa digunakan jika tidak tersedia kapur. Sebaliknya, petani sayuran di Kecamatan Darussalam walaupun mengetahui tentang pengolahan tanah yang

45 baik, tetapi mereka kurang memahami tentang pengembalian kesuburan tanah dan mengatasi keasaman tanah.

Pengetahuan petani sayuran tentang penanaman, pemeliharaan dan pemupukan tanaman termasuk kategori sedang cenderung ke tinggi skor 73. Hal ini terlihat dari 77 petani sayuran, sebanyak 46.8 persen petani sayuran memiliki pengetahuan tentang penanaman, pemeliharaan dan pemupukan tanaman termasuk kategori tinggi, dan hanya 24.7 persen petani sayuran termasuk kategori rendah. Petani sayuran umumnya mengetahui tentang tujuan dan waktu yang tepat untuk pemupukan, penyiraman, serta jarak tanam sayuran. Beberapa petani tidak mengetahui jenis pupuk yang sesuai untuk tanaman daun, buah, umbi dan dosis yang tepat untuk setiap pupuk yang diberikan pada tanaman. Sebagian besar petani sayuran umumnya menggunakan pupuk an-organik seperti urea, ZA, NPK, dan TSP. Penggunaan pupuk urea terbesar yaitu pada tanaman sayuran sawi musim tanam pertama sebesar 432.38 kg per hektar dan penggunaan pupuk kandang terbesar yaitu pada tanaman sayuran selada musim tanam pertama sebesar 11 ton per hektar.

Pengetahuan petani sayuran tentang pengendalian hama dan penyakit tanaman (HPT) termasuk kategori tinggi (skor 85). Sebagian besar (55.8 persen) petani sayuran memiliki pengetahuan tentang pengendalian hama dan penyakit (HPT) tanaman termasuk kategori tinggi dan sisanya 44.2 persen termasuk kategori sedang. Petani umumnya mengetahi hama penyakit yang sering menyerang sayuran daun seperti ulat daun, kutu daun dan lalat buah. Petani sayuran mengetahui tentang ciri-ciri tanaman yang terserang hama dan penyakit tumbuhan, kapan pengendalian dilakukan dan dosis obat-obatan yang digunakan. Sebagian petani sayuran belum mengetahui kegunaan penggunaan obat-obatan organik dan tidak pernah menggunakannya.

Pengetahuan petani sayuran tentang panen dan pasca panen termasuk kategori sedang (skor 68). Umumnya petani sayuran mengetahui ciri-ciri tanaman yang siap dipanen dan kapan waktu pemanenan dilakukan. Petani sayuran yang memiliki pengetahuan tentang panen dan pasca panen termasuk kategori rendah berjumlah 37.7 persen, 26 persen termasuk kategori sedang dan selebihnya 36.6 persen yang termasuk kategori tinggi.

Petani sayuran yang berpengetahuan rendah kurang tahu tentang ciri-ciri tanaman siap panen, standar mutu hasil produksi, pengemasan, pembersihan dan pemilahan hasil panen. Sebagian besar petani sayuran yang berpengetahuan tinggi sangat memperhatikan mengenai mutu hasil panen dengan melakukan pembersihan dan pemilahan sayuran, bahkan sebagian dari mereka sudah melakukan pengemasan. Pemanenan sayuran merupakan hal yang sangat penting, karena kegiatan pemanenan ini akan berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas mutu sayuran yang dihasilkan, sehingga diperlukan pengetahuan yang memadai supaya kegiatan ini dapat dilakukan dengan benar.

Dokumen terkait