• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bersifat subjektif

Pertemuan 7 Interaksi Sosial dan Etika

Pendekatan utilitarian yang digambarkan pada analisa kurva indifference curve tadi memberikan gambaran kepada kita bagaiamana individu Islam yang rasional berusaha memaksimumkan preferensinya terhadap sesuatu barang yang menghasilkan maslahah dengan suatu kendala tertentu.

Semakin tinggi pilihan konsumen atas barang yang menghasilkan maslahah semaki tinggi pula maslahah yang akan tercipta sepeti yang digambarkan pada kurva maslahah.

Oleh karena itu, pendekatan utilitarian tersebut menjadi dasar bagi ekonomi Islam maupun konvensional dalam menganalisa prilaku manusia atas aktivitas ekonomi.

Kelemahan Pendekatan Utilitarian

Namun pendekatan utilitarian tersebut hanya menjelaskan bagaimana seorang individu mencoba untuk memaksimumkan preferensinya di tengah keterbatasan.

pertanyaan mendalam harus diajukan seperti bagaimana sebuah preferensi individu dapat terbentuk sebelum menganalisa bagaimana seseorang memaksimumkan preferensinya tersebut.

Seorang pencuri bisa dikatakan sangat rasional ketika memilih untuk mencuri karena baginya kepuasan untuk mencuri lebih tinggi dari tidak mencuri.

Sebaliknya, sangat rasional bagi seorang dermawan untuk menyumbangkan uangnya karena baginya menyumbang uang memiliki benefit lebih tinggi baginya dibanding tidak menyumbang uang.

Kelemahan pendekatan utilitarian dalam menganalisa prilaku individu terletak pada bagaimana sampai seseorang memiliki preferensi yang lebih tinggi pada suatu hal dibandingkan dengan hal lain. Kenapa sampai seseorang lebih suka terhadap barang yang menghasilkan lebih banyak maslahah (X )dibandingkan dengan (Y).

pendekatan utilitarian hanya terbatas sampai bagaiman seorang individu yang

rasional memilih pilihan yang pailing maksimum dari fungsi utilitasnya.

Selain itu, pendekatan utilitarian tidak dapat membedakan motivasi seseorang untuk lebih banyak memilih X atau Y.

Dengan demikian konsep rasionalitas pendekatan utilitarian tidak dapat menjelaskan secara terperici bagaimana membandingkan individu rasional yang bermoral dan tidak bermoral

How compatible are morality, self-interest, and rationality

Orang tua yang menunda beli peralatan keperluan kerja untuk membeli kebutuhan anaknya sekolah

Seseorang yang membantu tetangganya yang mengalami musibah, padahal dia letih baru pulang kerja

Perilaku self-sacrifice , yang tentu saja berbasis moral adalah juga rational  social interest

Siti hajar lari antara safa dan marwah, apakah rasional ? Kenapa tidak ke tempat lain tapi tetap bolak- balik

 Rasionalitas yang dibentuk melompat dari self sacfrife (social interest) menjadi God‟s interest ( contoh lain puasa, sedekah )

Motivasi dalam Membetuk Preferensi

Kenapa Individu Menjadi baik?

Pertanyaan yang lebih dalam seperti: kenapa preferensi seseorang terhadap sesuatu hal yang baik jauh lebih tinggi dibandingkan preferensi orang lain terhadap kebaikan?

Contoh: Apa yang menyebabkan seorang memiliki preferensi untuk mendermakan uangnya dibandingkan mengkonsumsinya sendiri?

Apa yang meyebabkan seseorang lebih mengembalikan dompet yang ditemukan dijalan ?

Apakah Baik dan Buruk itu?

Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, pertanyaan mendasar perlu untuk diajukan seperti apa yang dimaksud dengan baik dan buruk tersebut?

Filosof Moral mencoba untuk mendefinisikan apa yang dianggap baik dengan pendekatan rasional di mana sesuatu yang dianggap baik adalah:

Apa yang membuat seseorang menjadi lebih baik (Better off) tanpa membuat seseorang lain worse off.

Sedangkan buruk adalah : Apa yang membuat seorang individu menjadi better off dengan membuat orang lain worse off.

Sehingga kebaikan adalah sesuatu yang jika dipilih tidak akan membuat setiap individu yang rasional menolak untuk memilihnya.

Dalam contoh sebelumnya ketika misalkan dia dia tidak mengembalikan dompet yang hilang

Ada rasa bersalah

Jika society mengetahui, walaupun tidak dihukum secara positif, akan dihukum secara normatif kepercayaan menjadi hilang

Apa Yang Membuat Seseorang Memilih Menjadi Baik

Terdapat dua faktor penting kenapa seseorang memilih untuk memiliki preferensi terhadap suatu kebaikan. Terdapat dua jenis manusia:

Grip to Society; di mana individu memiliki preferensi akan sebuah kebaikan lebih disebabkan karena desakan dari lingkungan untuk mematuhi aturan tertentu

Self consiousness: Preferensi individu terhadap sesuatu kebaikan sangat bergantung pada apakah sesuatu yang dianggap baik oleh individu tersebut dapat diterima dengan akal moral.

Semakin yakin individu tersebut dengan kebaikan yang akan didapat dari pilihannya tersebut semakin tinggi peluang terbentuknya preferensi kebaikan pada seseorang.

Ada dua pihak , I dan II

Misalkan I bergerak dulu, up atau down

II punya 4 pilihan :

Kiri tanpa syarat

Kiri ketika I up, kanan ketika I down

Kanan ketika I up, kiri ketika I down

Kanan tanpa syarat

Ketika semua berprilaku self consciousness  outcome adalah sama

Bagaimana jika sebagian tercerahkan dan sebagian tidak ?

Perspektif Islam atas Pembentukan Preferensi

Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Preferensi dalam Islam Worldview Islam :

Kesadaran Akan Keberadaan Tuhan (Makrifatullah):

Di dalam Islam mengenal siapa sesungguhnya manusia itu dan untuk apa dia diciptakan dapat membentuk pemehaman manusia tetang hakikat kehidupan. Keberadaan manusia sebagai khalifah dan abdi Tuhan di dunia yang dijelaskan oleh setiap rosul yang diutus Tuhan dapat memberikan pencerahan kepada manusia tentang hakikat kehidupanya di dunia.

Pemahaman manusia akan hakikatnya tersebut itulah yang dapat menjadi faktor kunci pembentukan preferesi dirinya akan baik dan buruk. Sehingga kita mengetahui kenapa X lebih disukai ketimbangY (X≥Y) atau (X ≈ Y)

 Ini merupakan Self Consciousness

• •

Keputusan memilih

deposito Bagi Hasil individu kedua

Keputusan memilih deposito Konvensional individu kedua

Keputusan memilih deposito Bagi Hasil individu pertama

5,2

2,5

Keputusan memilih Deposito Konvensional Individu kedua

0,2

0,5

Penerapan Hukum Sharia membuat individu akan grip to society:

penerapan Hukum sharia membuat individu baik yang suka dan tidak suka akan hukum syariah akan mematuhi hukum syariah.

Individu yang tercerahkan menjadi elemen penting, tetapi sharia memastikan berlakunya god‟s interest  output yang dihasilakan adalah Taqwa

Grip to society dalam konteks mikro adalah

Keluarga

lingkungan

Institusi Keluarga

Norma (sesuatu yang dianggap baik) yang berlaku di keluarga sangat berhubugan erat dengan pembentukan preferensi individu.

Contoh:

Latar belakang pendidikan sebuah keluarga dapat mempengaruhi keputsan-keputusan yang diambil oleh seorang individu. Seperti keputsan-keputusan untuk mengkonsumsi, menabung atau berinvestasi.

Pandangan baik suatu keluarga terhadap sikap hidup hemat membentuk preferensi tertentu bagi individu terhadap konsumsi barang-barang.

Lingkungan Dalam Membentuk Preferensi Individu

Selain institusi keluarga, faktor lingkungan sangat mempengaruhi proses pembentukan preferensi. Kepatuhan masyarakat akan norma Islam dapat secara langsung maupun tidak langsung membentuk preferensi individu untuk mematuhi norma tersebut.

Contoh:

Di dalam masyarakat Islam memberikan pinjaman dengan bunga merupakan suatu hal yang dianggap sangat buruk. Sehingga setiap aktivitas yang berkaitan dengan riba dianggap sebagai sebuah aib dalam masyarakat Islam.

Kepercayaan akan norma tersebut membuat suka tidak suka individu yang berada di tengah-tengah masyarakat Islam akan terpengaruh dengan preferensi masyarakat Islam bahwa Riba

Dokumen terkait