• Tidak ada hasil yang ditemukan

Interaksi tokoh melingkupi pembahasan, tokoh memahami lingkungan, tokoh memanfaatkan lingkungan, dan pemikiran tokoh terhadap hubungan manusia dan lingkungan.

Kutipan pada ‘memahami lingkungan yaitu, tokoh sangat memahami lingkungan hidup melalui penelitian dan pengamatan. Fungi merupakan organisme yang dipahami oleh tokoh Firas, Fungi bahkan dianggap sebagai organisme yang memilki intelejensi tinggi, karena mampu hidup diberbagai tembat asalkan tidak ada sinar matahari, fungi memiliki kemampuan menghasilkan enzim dan mampu menyedot mineral dari bebatuan, sehingga batu tersebut rapuh dan hancur. Kemampuan tersebut melatar belakangi lahirnya anggapan oleh tokoh Firas bahnwa fungi adalah organisme pertama yang menyiapkan tanah untuk kehidupan makhluk hidup lainnya.

Selain fungi tokoh dalam novel partikel sangat memahami pohon. Keberadaan pohon menjadi pelindung untuk makhluk hidup. Tokoh paham bahwa satu pohon dihuni oleh ratusan bahkan ribuan spesies serangga, belum lagi pohon adalah tempat betedu bagi hewan-hewan besar.

Interaksi tokoh dengan lingkungan juga dapat dilihaat dari adanya pemanfaatan lingkungan oleh tokoh. pemanfaatan tersebut merupakan pemanfaatan yang positif. Alam yang melimpah menjadi surga untuk keberlangsungan hidup manusia, manusia seharusnya bijak dalam memanfaatkannya. Seperti yang dilakukan tokoh Firas dan Zarah.

Tokoh Firas memanfaatkan lingkungan hijau Batu Luhur untuk pertanian. Pertanian pun dilakukan dengan cara yang alami. Untuk membuat tanah subur saja tokoh memanfaatkan miselium. Karena miselium memiliki kemampuan menyatukan tanah, mengikatnya dengan sangat kuat. Miselium menghasilkan tanah humus. Jadi ketika tanaman sayur ditanam lagi maka sayur tersebut akan subur. Pupuk juga menggunakan pupuk kompos yang dibuat dari bahan sampah organi. Tokoh Zarah pun memanfaatkan alam bebas untuk bekerja.

Tokoh-tokoh yang setiap saat berada di alam bebas memilih banyak padangan mengenai interaksi manusia dan lingkungan, diantarannya Keberadaan manusia di bumi ini hanya menjadi perusak saja. Manusia terlalu jauh meninggalkan lingkungan padahal manusia dan makhluk hidup lain adalah satu.

Manusia menjadi lupa diri, dengan kemajuan evolusi yang luar biasa, teknologi merajai kesuksesan peradaban manusia, dan alam dipingirkan. Namun,

tidak semua manusia lupa terhadap lingkungan alamnya, ada sebagian yang mendedikasikan hidupnya untuk melindungi, menjaga, dan melestarikan alam.

Karya sastra merupakan cerminan lingkungan hijau dalam masyarakat, pengalaman sastrawan mengamati lingkungan menjadi dasar penciptaan. Dalam novel partikel pengarang dengan jelas menggambarkan situasi lingkungan yang benar-benar terjadi di kehidupan nyata. Permasalahan lingkungan, berupa kerusakan hutan; pohon ditebang, sungai yang tercemar oleh limbah pertambangan, dan orang utan dibunuh, diperdangkan, dan dipelihara merupakan permasalahan lingkungan yang benar-benar terjadi di Indonesia.

Hutan di Indonesia makin lama makin berkurang, ini disebabkan karena kurangnya kesadaran manusia. Peralihan hutan menjadi lahan perkebunan, yang terancam kebakaran hutan setiap tahun, dan penebangan pohon untuk di perdagangkan merupakan rentetan peristiwa yang menyebabkan hutan berkurang. Makin berkurangnya hutan alami membuat kehidupan flora dan faunanya terancam punah. Orang utan yang merupakan hewan yang mendiami hutan Kalimantan dan Sumatra menjadi salah satu contoh hewan langkah yang terancam punah.

Perlu lebih banyak manusia-manusia bijak untuk menjaga lingkungan alam. Seperti tokoh-tokoh dalam novel partikel yang beriteraksi dengan alam dengan memahami alam dan memanfaatkan tampa merusak.

BAB V PENUTUP A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai interaksi manusia dan lingkungan pada novel Partikel karya Dee Lestari melalui pendekatan ekokritik di dapatkan beberapa poin penting menjadi simpulan. Beberapa poin penting simpulan mengenai hasil penelitian akan dijelaskan sebagai berikut.

1. Data berbentuk kutipan baik langsung ataupun tidak langsung yang merupakan situasi lingkungan pada novel Partikel berjumlah 20. Setelah dilakukan penelitian, data tersebut menghasilkan beberapa poin penting yang mengacu pada situasi lingkungan yaitu situasi lingkungan hijau dan kerusakan hutan.

Lingkungan hijau sangat sedikit diceritakan oleh pengarang, namun kehadiran lingkungan hijuh menjadi angin penyejuk pada novel partikel. Masyarakat beserta tokoh Firas memanfaatkan alam untuk pertanian. Sebaliknya kerusakan hutan diceritakan dengan porsi yang lebih banyak, ada tiga bagian dalam kerusakan hutan, (1) penebangan pohon, (2) pencemaran sungai, dan (3) penangkaran dan pemburuan orang utan. Pohon yang ditebang dialih fungsikan untuk pertanian kelapa sawit, menyebabkan kerusakan lingkungan, sungai tercemar akibat pertambangan emas sehingga warnanya berubah hitam dan hewan seringkali dijumpai mati di pingir sungai, dan yang terakhir sekaligus yang paling banyak diceritakan pada novel Partikel ialah permasalahan orang utan. Orang utan yang populasinya tinggal 20% diakibatkan perburuan dan berkurangnya habitat mereka. Karena populasinya berkurang orang utan di konservasi.

2. Data mengenai interaksi tokoh dengan lingkungan pada novel partikel ada 28 Setelah dilakukan penelitian, data tersebut menghasilkan beberapa poin penting. Poin penting mengenai ‘memahami lingkungan’, ‘pemanfaatan lingkungan’, dan ‘pemikiran tokoh terhadap hubungan manusia dan lingkungan’ ‘memahami lingkungan’ membahas tentang tokoh yang sangat mengetahui tentang lingkungan sekitarnya. ‘pemanfaatan lingkungan’ merupakan cara tokoh mengelolah lingkungannya, terutama dalam hal petanian. ‘pemikiran tokoh’ membahas mengenai pikiran tokoh tentang hal-hal yang terjadi di lingkungan sekitar tokoh. Pembahasan pada bentuk interksi tokoh ini menggunakan kutipan yang dijelaskan dengan bahasan alam serta masalah ekologi.

B. Saran

1. Penelitian mengenai interaksi manusia dengan lingkungan pada novel partikel melalui pendekatan ekokritik ini diharapkan dapat dijadikan pengetahuan kepada pembaca dan dapat dimanfaatkan bagi pengembangan ilmu sastra, khususnya mengenai permasalahan ekologi dalam karya sastra dengan menggunakan pendekatan ekokritik.

2. Penelitian ini hanya terbatas pada situasi lingkungan dan interaksi tokoh terhadap alam. Sudah tentu pula penelitian ini belum dapat mengkaji secara sempurna segala aspek yang terdapat dalam novel ini. Oleh karenanya, penelitian ini bisa dikembangkan lagi dengan perspektif telah sastra lainnya,

seperti sosiologi sastra, psikologi sastra dan sebagainya. Semoga penelitian ini dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya.

Dokumen terkait