• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTERCROPPING TANAMAN KAKAO DI BAWAH TANAMAN KELAPA

1. Pendahuluan

Tanaman kakao merupakan tanaman yang memerlukan tanaman pelindung. Tanaman kelapa secara teknis dan ekonomis dapat menjadi tanaman pelindung bagi tanaman kakao. Disamping itu masih dimungkinkan pengembangan kakao di bawah tanaman kelapa karena areal nya belum dimanfaatkan secara optimal.

Luas tanaman kelapa rakyat di Indonesia mencapai 3,7 juta hektar yang tersebar di sentra produsen kelapa seperti Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Aceh, NTB dan Maluku Utara.

Pada tahun 2015 dalam rangka optimalisasi lahan dibawah tanaman kelapa serta dalam rangka meningkatkan produksi kakao nasional, maka pemerintah melaksanakan pengembangan kakao dibawah tanaman kelapa seluas 2.150 ha.

Dalam rangka melaksanakan kegiatan intercropping kebun perlu ditetapkan Pedoman Teknis sebagai acuan teknis bagi Dinas Provinsi yang Membidangi Perkebunan dalam menyusun Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) yang selanjutnya dipedomani oleh Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan dalam menyusun

disusun oleh Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan.

2. Tujuan

Meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman kakao melalui optimalisasi lahan di bawah tanaman kelapa.

3. Sasaran

Terlaksananya intercropping tanaman kakao dibawah tanaman kelapa seluas 2.150 ha di 8 Kabupaten di 5 Provinsi.

4. Ruang Lingkup

Intercropping tanaman kakao dibawah tanaman kelapa merupakan upaya untuk optimalisasi lahan sekaligus meningkatkan produksi kakao nasional.

4.1. Persyaratan Kebun

Intercropping dilaksanakan pada kebun kelapa dengan kondisi antara lain :

a. Tanaman kelapa produktif (>10 tahun) b. Jumlah tegakan/populasi tanaman kelapa

50-100 pohon per hektar.

c. Lahan memenuhi persyaratan kesesuaian teknis.

4.2. Benih

a. Menggunakan benih bina dengan teknik perbanyakan vegetatif sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No.90/Permentan/OT.140/9/2013

Penetapan Kebun Sumber Benih, Sertifikasi Benih dan Evaluasi Kebun Sumber Benih Tanaman Kakao.

4.3. Pestisida

Menggunakan pestisida yang efektif, terdaftar dan mendapat izin dari Menteri Pertanian dengan dosis sesuai anjuran.

4.4. Pupuk

- Pupuk yang digunakan adalah pupuk majemuk (compound) non subsidi formula khusus.

- Dikemas dalam karung bertuliskan “Pupuk Pengembangan Kakao APBN-P 2015”, pada karung ditulis nama provinsi, kandungan pupuk, berat bersih pupuk perkemasan 50kg, nama dan alamat penyedia dan produsen.

- Berbentuk granule (butiran)/tablet/briket dengan formula khusus.

- Untuk Provinsi Sulawesi Tengah,Sulawesi Utara, Aceh, NTB, dan Maluku Utara menggunakan jenis dan dosis berdasarkan hasil analisa tanah.

- Diaplikasikan 1 (satu) kali, yaitu pada awal musim hujan.

4.5. Peralatan

4.6. Bantuan Upah Kerja

Penyediaan dana APBN untuk bantuan insentif kerja bagi petani peserta untuk pemeliharaan kakao, sebesar Rp. 750.000,-(tujuh ratus lima puluh ribu) per hektar.Bantuan upah kerja diserahkan segera setelah pencairan, secara tunai kepada petani/kelompok tani atau melalui rekening tabungan kelompok/petani sesuai dengan tahapan pekerjaan yang telah diselesaikan oleh petani.

5. Pelaksanaan 5.1. Persiapan

a. Sosialisasi

Dinas Provinsi dan Kabupaten yang membidangi perkebunan bersama-sama melakukan sosialisasi kegiatan pengembangan kakao berkelanjutan tahun 2015 kepada petani.

b. Penetapan petani peserta

1) Dinas Kabupatenyang membidangi perkebunan melakukan inventarisasi CP/CL. Seleksi calon petani peserta dilakukan berdasarkan persyaratan sebagai berikut :

a) Petani

- Pemilik Kebun.

- Berdomisili di wilayah kegiatan yang dibuktikan dengan identitas

lengkap seperti KTP dan Kartu Keluarga (KK).

- Bersedia melaksanakan kegiatan intercropping dan mengikuti ketentuan kegiatan sesuai dengan

aturan yang telah

ditetapkan,merawat kebun dan tidak mengganti tanaman kakao dengan tanaman lain (membuat pernyataan tertulis).

- Berusia 21 tahun ke atas atau telah menikah.

- Tergabung dalam kelompok tani kakao yang merupakan kelompok sasaran.

- Jumlah anggota kelompok sasaran lebih kurang sebanyak 20-30 orang.

b) Kebun

- Luas kebun yang dapat mengikuti kegiatan maksimal 1 (satu) hektar per petani peserta.

- Lahan harus dapat disertifikasi.

- Memenuhi persyaratan kebun seperti pada butir 5.1.

2) Calon petani peserta hasil inventarisasi ditetapkan Kepala Dinas Kabupaten

perkebunan, untuk ditetapkan sebagai petani peserta. Bagi satker tidak mandiri penetapan CP/CL sebagai petani peserta oleh Kepala Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan atas usulan Kepala Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan.

c. Pemberdayaan Petani

Petani peserta yang sudah ditetapkan, diikutsertakan dalam pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan sesuai kurikulum yang ditetapkan oleh Ditjen Perkebunan.

d. Pengadaan Bahan dan Peralatan

Pengadaan bahan dan alat intensifikasi dilaksanakan mengacu kepada Perpres No.70 Tahun 2012 beserta perubahannya.

1) Benih

- Pengadaan benih kakao dilakukan oleh ULP Provinsi.

- Benih kakao yang diadakan adalah benih bina dengan teknik perbanyakan vegetatif sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No.90/Permentan/OT. 140/9/2013 tentang Standar Operasional Prosedur Penetapan Kebun Sumber Benih, Sertifikasi

Benih dan Evaluasi Kebun Sumber Benih Tanaman Kakao.

2) Pupuk

Pengadaan pupuk untuk kegiatan intercropping dilaksanakan oleh ULP Provinsi.

3) Peralatan

Pengadaan peralatan dilaksanakan oleh ULP Provinsi.

4) Pestisida

Pengadaan pestisida untuk kegiatan intercropping kebun dilaksanakan oleh ULP Provinsi.

5.2. Pra-Tanam

a. Pembersihan kebun kelapa

- Pembongkaran/penebangan pohon-pohon lain disekitar kebun kelapa dilakukan oleh petani peserta.

- Pemotongan pelepah tanaman kelapa yang sudah tua dan pengaturan pelepah kelapa sebagai naungan pohon kakao, sehingga tanaman kakao nantinya memperoleh penaungan yang proposional.

b. Pemupukan

- Pupuk diberikan 1 (satu) kali, yaitu pada saat tanam/awal musim hujan.

- Jenis dan dosis pupuk yang dipergunakan merujuk kepada rekomendasi hasil analisa tanah.

5.3. Penanaman kakao

- Benih bina dengan teknik perbanyakan vegetatif sesuai dengan Peraturan

Menteri Pertanian

No.90/Permentan/OT.140/9/2013

ditanam pada lubang tanam yang sudah disiapkan.

- Penanaman kakao dilakukan pada awal musim penghujan.

5.4. Aplikasi Pestisida

Penggunaan pestisida dilakukan sesuai kebutuhan di lapangan.

6. Waktu

Pengembangan kakao berkelanjutan melalui kegiatan intercropping tanaman kakao dibawah tanaman kelapa dilaksanakan tahun 2015.

7. Lokasi

Intercropping kebun dilaksanakan di 8 Kabupaten di 5 Provinsi pelaksana kegiatan pengembangan kakao berkelanjutan tahun 2015 dengan rincian sebagaimana pada lampiran.

BAB V

INTEGRASI TANAMAN KAKAO DENGAN TERNAK

Dokumen terkait